Bab -42-

45.9K 4.3K 86
                                    

"Aku benci rasa yang ada di hatiku untukmu, aku benci perubahan ini."
-Binar Swastika-

TARGET: 1,6 K ATAU 1600 VOTE, LANGSUNG UPDATE.
...................

Faisal baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk pada bagian pinggang sampai lutut, ia baru selesai membersihkan diri, namun ia dibuat terkejut dengan kehadiran Septhi yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Aku merindukanmu, Faisal."

Faisal bisa merasakan ada yang aneh dengan perilaku Septhi saat istri pertamanya itu memeluknya dengan cukup erat. Ia masih diam mematung sampai mendengar ucapan selanjutnya dari istrinya.

"Aku mohon balas peluk aku, Faisal."

Faisal melakukan apa yang diminta oleh Septi dan selama beberapa menit keduanya hanya berpelukan. Hingga akhirnya Septi melepaskan pelukan tersebut dan menarik tangan Faisal dengan lembut hingga duduk bersampingan di pinggir tempat tidur.

"Selama bertahun-tahun pernikahan kita, kita tak pernah berbicara santai tentang kehidupan satu sama lain, aku ingin mendengar cerita hidupmu, Faisal."

"Kau kenapa, Septhi? Tiba-tiba aku berubah sikap. Apa terjadi sesuatu?"

Entah kenapa Faisal jadi panik melihat kelakuan istrinya yang berbeda dari biasanya. Septhi yang ia kenal tak terlalu suka mencari perhatiannya, tak suka berbasa-basi, lebih suka mempertahankan posisinya dengan tindakan nyata. Namun Septhi yang sekarang terlihat lebih lembut, perhatian, dan penuh kasih sayang. Septhi baru menjawab setelah mengecup pipi Faisal.

"Tidak terjadi apapun, aku hanya ingin mengubah pernikahan kita perlahan-lahan dari hal kecil seperti saling mengenal satu sama lain."

"Walaupun pernikahan kita tidak seperti pernikahan sewajarnya, tapi aku tahu ada yang mengganjal di hatimu, katakan Septhi."

Kematian Shinta dan Aruna membuat Faisal mulai mengubah sifatnya dari dingin dan tak mau mengerti masalah orang lain, kini menjadi lebih perhatian karena Faisal takut melakukan kesalahan yang sama lagi dan menjadi pembunuh untuk kedua kalinya.

"Aku takut kau meninggalkan aku, Faisal. Kau telah menceraikan Levron, Shinta pun sudah meninggal, Harini pun kau tinggalkan. Jangan tinggalkan aku, Faisal. Aku tidak mau terlambat seperti Shinta, jadi aku katakan sekarang. Aku mencintaimu, Faisal."

Faisal pikir awalnya masalah Septhi tentang uang atau barang mewah namun ia dibuat terkejut saat mendengar ucapan Septhi. Ia tak pernah mengenal cinta dalam hidupnya jadi ia bingung harus membalas apa, terlebih ia tak merasakan apapun pada Septhi, berbeda saat bersama Binar.

"Jujur, aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu karena aku tidak merasakan hal yang sama padamu."

"Tidak masalah, aku mengerti hal itu, aku pun tak ingin memaksakan perasaanmu padaku, setidaknya hatiku sudah lega karena telah mengatakan hal itu. Sudah lama kita tidak menghabiskan malam bersama, kau punya untuk diriku malam ini?"

Faisal mengangguk sebagai jawaban dan membuat Septhi tersenyum bahagia. Septhi berdiri dan mendorong Faisal hingga berbaring di ranjang, lalu tersenyum nakal sambil mengambil borgol di laci.

"Mari bersenang-senang, kita akan mencoba gaya baru yang lebih bergairah."

Tidak bisa Faisal pungkiri jika Septhi berhasil mengembalikan suasana hatinya menjadi lebih baik dengan cara uniknya sendiri yang berbeda dengan istrinya yang lain. Jika Levron memanjakannya dengan sikap manis, mendiang Shinta ingin selalu diperhatikan oleh dirinya, Binar dengan sikap judes nya, maka Septhi dengan gairah dan kenakalannya.

"Kau tidak berubah, Septhi. Masih sama seperti dulu, sangat nakal dan seksi."

Di sela-sela Septhi memborgol tangan dan kakinya ke sisi kursi, Faisal berbisik di telinga istrinya yang sedang menindih tubuhnya. Septhi tertawa mendengar ucapan Faisal lalu balik berbisik setelah selesai memborgol suaminya.

"Aku suka saat kau memujiku, nikmati permainan malam ini karena aku akan membuatmu terus memikirkanku dan gairah di antara kita."

Septhi berdiri dan menggeser semua barang di meja kerja Faisal hingga jatuh berhamburan di lantai, namun keduanya tampak tak peduli dengan suara bising yang mungkin bisa mengganggu yang lain. Setelah meja kosong, Septhi langsung naik ke atas meja dan membuka perlahan-lahan kancing piyamanya untuk memulai permainan, tatapan menggoda dan desahan sensual itu mampu membuat Faisal bergairah.

"Ayolah, Septhi. Jangan membuatku menunggu dan tersiksa."

"Sabar, Sayang. Aku bahkan baru memulainya."

Melihat Septhi yang mulai menyentuh diri sendiri dan menunjukkan tubuh indahnya membuat Faisal ikut mendesah dan bisa merasakan gairah dalam diri istrinya saat mencapai puncak kenikmatan. Malam itu keduanya menghabiskan malam bersama dengan gairah yang menggelora dan membakar keduanya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

"Nyonya Septhi memang sangat hebat dalam memuaskan Tuan Faisal."

Binar menoleh ke arah pintu saat mendengar ucapan Elis yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan membawa apa yang ia inginkan yaitu buah mangga dan susu cokelat. Keningnya mengerut pertanda bingung dengan ucapan Elis yang tiba-tiba.

"Maksudmu?"

"Tadi dua pelayan sedang mengobrol di dapur dan membicarakan tentang Tuan Faisal dan Nyonya Septhi yang sedang bersama di kamar, pintu kamar terbuka sedikit dan terdengar suara desahan. Sepertinya mereka sedang bercinta."

Binar yang sedang menulis di diarynya langsung terhenti saat mendengar penjelasan Elis. Seharusnya ini bukan hal yang aneh baginya malah tergolong wajar karena keduanya adalah pasangan suami istri yang sah tapi entah kenapa hal itu mengusik hatinya.

"Hal tabu seperti itu seharusnya tidak kau ceritakan dengan santai nya, Elis. Itu privasi mereka."

"Maaf, Nona. Saya tidak akan melakukan kesalahan itu lagi."

Elis langsung merasa bersalah setelah melihat reaksi Binar. Ia lupa jika Binar juga istri Faisal. Sedangkan Binar semakin merasa aneh pada dirinya karena ia sampai membentak Elis karena hal kecil seperti ini. Pertanyaan dari Elis membuat ia langsung merasa gugup.

"Apa Nona merasa cemburu pada Nyonya Septhi?"

"Buat apa aku merasa cemburu? Aku malah bahagia Faisal menghabiskan malam dengan Septhi sehingga dia tak perlu datang ke kamarku dan memaksakan kehendaknya padaku. Berhenti membicarakan keduanya dan bantu aku naik ke kasur."

"Baik, Nyonya."

Elis bergegas membantu Binar naik ke atas kasur lalu menyuapi buang mangga kepada Binar. Walaupun bibir majikannya mengatakan tidak, namun tatapan dan kegelisahan itu bisa dirasakan oleh Elis. Elis hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah Binar yang menolak mengaku sedang cemburu pada Faisal dan Septhi.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 27 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang