Saat kau memutuskan memiliki istri lebih dari satu
Kau telah menggambarkan kepribadianmu yang tak setia
-Binar Swastika-Selama perjalanan menuju ke perusahaan Faal Corp, Binar dan Faisal hanya berdiam diri. Binar tak sudi bicara pada suaminya setelah dihina dan memilih menatap keluar jendela mobil. Sedangkan Faisal sibuk dengan tablet di tangannya untuk memeriksa jadwal hari ini.
Sesampainya di Faal Corp, Faisal langsung turun dari mobil, tadinya Binar pikir suaminya akan jalan duluan dan meninggalkannya namun Binar salah karena suaminya berjalan ke arah pintu mobil dan membukakan pintu untuknya lalu membantunya naik ke kursi roda.
Melihat bangunan pencakar langit di depannya membuat Binar langsung keringat dingin karena cemas tentang respon karyawan Faisal saat melihat Faisal membawa perempuan cacat.
"Faisal, aku mau pulang saja. Aku tidak bisa."
"Kau harus terbiasa dengan keramaian, Binar. Sekarang kau sudah menjadi Istriku dan aku dikenal banyak orang sehingga kau pun akan dikenal banyak orang karena statusmu."
"Tapi ...
"Diam, Binar. Para karyawan mulai memperhatikan kita, aku tak mau ribut di depan karyawan."
Binar menoleh ke arah sekitar dan benar saja yang dikatakan suaminya, para karyawan yang berpapasan dengan mereka akan menatap aneh ke arah Binar. Seakan Binar tak layak berada di sini.
"Selamat pagi, Pak."
"Pagi."
"Pagi, Pak Faisal."
"Pagi."
"Bagaimana kabarnya pagi ini, Pak?"
"Baik."
"Bapak datang dengan siapa?"
Dari sekian banyak sapaan dan pertanyaan yang dilontarkan oleh para karyawan Faisal, Binar langsung merutuk dalam hati saat salah satu karyawan Faisal bertanya tentangnya. Binar tak siap menghadapi keadaan ini dan pura-pura tak mendengar bahkan menatap ke arah lain.
"Istri saya, Binar Swastika."
"Oh."
Hanya itu respon karyawan Faisal saat tahu statusnya. Mungkin mereka berusaha menahan diri agar tidak melanjutkan dengan kata-kata menghina, bahkan sekarang para karyawan perempuan menatap tak suka ke arahnya. Faisal menambah daftar orang yang membencinya. Untungnya Faisal langsung masuk ke lift khusus pejabat tinggi kantor sehingga kondisi lift kosong saat mereka masuk. Di dalam lift, Binar langsung menghela nafas lega karena sudah menjauh dari keramaian.
"Sepertinya kau benar, aku akan gila."
"Tapi bukan gila karena kesepian dan kesendirian, melainkan gila karena punya suami sepertimu."
Faisal tak membalas dengan kata-kata melainkan dengan perbuatan, pria itu mencengkram leher Binar dari belakang dengan cukup kuat sehingga Binar kesulitan bernafas.
"Faisal .... lepaskan! Kau bisa ... membuatku mati!"
Untungnya Faisal mendengarkan permintaannya dan melepaskan tangannya dari leher Binar, Binar pun langsung mengusap lehernya dan menoleh ke arah suaminya dengan tatapan takut. Ini peringatan dari Faisal dan Binar bersumpah tak akan bicara aneh-aneh lagi di depan Faisal.
Pintu lift terbuka dan Faisal pun mendorong kursi rodanya keluar dari lift. Lalu masuk ke sebuah ruangan yang besar dan mewah, pasti ini ruangan khusus CEO dan pemilik kantor.
"Kau duduk di sampingku, jangan banyak bergerak karena aku punya banyak tugas."
"Lalu buat apa kau membawaku ke sini jika kau sibuk dengan pekerjaanmu?"
Faisal tak menjawab pertanyaannya dan langsung memulai pekerjaannya. Binar pun memutuskan untuk diam sambil menatap suaminya. Pekerjaan Faisal mulai dari mengetik, membaca dokumen, menandatangani dokumen, membuat diskusi kecil dengan petinggi perusahaan untuk mengubah beberapa kebijakan, sampai memberi tugas pada sekretaris.
"Aku bosan, Faisal."
"Kau terbiasa berdiam diri di kamar seharian, lalu beberapa jam berdiam diri di kantor langsung bosan?"
"Itu berbeda. Kamar adalah ruangan yang mampu membuatku nyaman dan pastinya tempat privasi ku. Tapi ruangan ini milikmu, aku tak nyaman saat banyak orang keluar dan masuk secara bergantian."
"Di ruangan ini juga ada kamar. Biar aku tunjukkan."
Walaupun niatnya bicara agar Faisal membiarkan ia pulang, tapi setidaknya ini lebih baik karena ia akan berada di kamar yang hanya ada dirinya saja. Namun saat Faisal mendorong kursi rodanya masuk ke kamar itu, Binar dibuat terkejut dengan kondisi kamar itu yang kacau, ada pakaian wanita yang berserakan termasuk dalamannya, baunya pun menyengat, dua kali tidur dengan Faisal membuat Binar tahu bahwa ini adalah bau cairan percintaan.
Faisal pun buru-buru membawa Binar keluar dari kamar tersebut, ia lupa jika belum membersihkan kamar itu setelah dipakai dua minggu lalu ketika menyewa perempuan untuk melayani nafsunya.
Percuma Faisal membawa Binar keluar dari kamar itu karena Binar sudah mengetahui apa yang dilakukan suaminya di samping bekerja.
"Kau sering melakukannya?"
"Ya."
"Kau menyewa perempuan dari mana?"
"Pastinya dari agensi yang terpercaya kebersihan dan keamanannya."
"Lalu kenapa tidak menikahi mereka saja? Kenapa menikahiku?"
"Ada perbedaan antara perempuan terhormat dan perempuan murahan. Perempuan terhormat untuk jadi istri dan perempuan murahan untuk jadi simpanan."
"Oh."
Faisal cukup terkejut dengan respon istri keempatnya saat tahu kelakuan liarnya di kantor, tadinya ia kira Binar akan marah-marah dan menangis seperti yang dilakukan Levron saat tahu ia berselingkuh dengan Septhi atau yang dilakukan Septhi saat tahu ia berselingkuh dengan Shinta. Tapi selanjutnya Binar hanya diam setelah bertanya padanya.
"Kau tidak marah?"
"Saat kau memutuskan mempunyai istri lebih dari satu, saat itu juga kau sudah membuat gambaran tentang pria seperti apa dirimu dan aku sudah menduga suatu saat hal ini akan terjadi bahkan sebelum pernikahan kita terjadi. Tinggal menunggu salah satu perempuan simpananmu hamil dan meminta tanggung jawabmu lalu kau harus memilih menceraikan salah satu dari empat istrimu. Jika itu terjadi, pilih aku untuk diceraikan."
"Sayangnya aku belum bosan denganmu."
Faisal sengaja menghina Binar untuk membuat harapan perempuan itu pupus. Ia tak akan melepaskan Binar sampai perempuan itu jatuh cinta padanya. Binar hanya menghela nafas kasar dan berusaha bersabar.
[][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 13 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...