Bab -63-

28K 3.4K 69
                                    

"Mungkin ini adalah balasan atas kelalaian hatiku yang mencintaiku dan melupakan bagaimana brengseknya dirimu pada perempuan."
-Berlin Swastika-

Selamat hari natal untuk yang merayakan.

Jangan loncat bab ya, tetap vote dan komen walaupun double up. Follow akun aku juga.
.........................

Di dalam mobil saat perjalanan pulang menuju rumah Faisal, Berlin terlihat begitu sedih karena sudah meninggalkan rumah, Lefi pun mendukung kakaknya agar kakaknya kembali bahagia.

"Semua itu sudah berlalu, Kak. Lupakan dan mulai hidupmu yang baru. Jangan terus bersedih."

"Terima kasih atas dukunganmu, Lefi."

"Sebagai saudara, untuk apa berterima kasih? Aku ingin meminta maaf padamu karena tak bisa memahami dirimu, pantas selama ini kau begitu dingin padaku dan keluarga, namun kau sangat ceria dengan Kak Aruna. Semua itu karena hanya Kak Aruna yang mengerti keadaanmu, Kak Aruna berusaha mengungkap kebenaran namun Ayah terus menyangkalnya. Maafkan aku, Kakak. Aku memang bukan Adik yang baik untukmu."

Selama ini Lefi terus bertanya-tanya kenapa kakaknya tak bisa bersikap ceria pada dirinya dan keluarga, seakan menutup diri. Namun kejadian hari ini menjawab semuanya. Entah sudah berapa kali kakaknya menderita karena harus hidup dalam identitas orang lain, membayangkan berada di posisi kakaknya saja membuat hatinya nyeri, mungkin ia akan memutuskan mengakhiri hidupnya karena ia tak sekuat kakaknya.

"Jangan berkata seperti itu. Wajar jika kau tak mendukung atau memberiku semangat selama ini, saat itu kau tak tahu kebenarannya. Sekarang, kau akan tinggal bersamaku untuk selamanya, Faisal pasti menyetujuinya."

"Oh ya, Kak. Apa Kak Faisal sudah tahu tentang kebenaran ini?"

"Belum."

"Kakak tak berniat memberitahu Kak Faisal?"

"Aku ingin memberitahu Faisal secepatnya, tapi aku tak tahu harus memulai dari mana, tapi aku pasti akan mengatakan yang sebenarnya."

Mobil yang mereka tumpangi terhenti dan percakapan di antara keduanya tak dilanjut lagi. Lefi keluar dari mobil, sedangkan Berlin masih duduk di dalam mobil dan menatap ragu ke depan, ia berniat untuk menunjukkan pada Faisal bahwa ia bisa berjalan dengan masuk ke rumah tanpa kursi roda namun ia masih ragu.

"Kak, ada apa? Kenapa kau hanya diam?"

"Lefi, mungkin aku harus memberitahu Faisal saat ini juga bahwa aku tidak lumpuh."

"Apapun yang ingin kau lakukan, aku akan mendukung dan selalu berada di sisimu, Kak."

Sejenak Berlin menghela nafas lebih dulu baru akhirnya keluar dari mobil, ia berusaha menenangkan diri terutama kakinya yang terus bergetar karena rasa gugup. Setelah merasa tenang, Berlin menggandeng tangan adiknya memasuki rumah Faisal. Namun saat berada di pintu, Berlin langsung berhenti melangkah dan menahan adiknya agar ikut berhenti melangkah karena mendengar suara teriakan dua orang yang saling berselisih.

"Binar itu tidak lumpuh! Dia selama ini membohongimu dengan pura-pura lumpuh agar kau merasa kasihan padanya, merasa kagum pada perjuangannya, sekaligus merasa tertarik untuk menaklukannya! Itu adalah taktik dia untuk menjebakmu, Faisal! Akhirnya dia berhasil menjebakmu dan membuatmu menyingkirkan semua istri dan perempuan yang ada di hidupmu, sehingga kau sepenuhnya milik Binar!"

Berlin kenal betul suara siapa tersebut, suara teriakan dari Septhi, ia tak perlu melihat pemilik suara itu untuk tahu siapa yang berbicara. Ia dam Lefi bersembunyi di luar, di balik pintu sambil terus mendengarkan ucapan Septhi.

Berlin tak menyangka jika Septhi akan memfitnahnya dengan membongkar rahasianya, ia ingin langsung keluar dari persembunyian dan menolak semua tuduhan Septhi namun hati kecilnya memintanya untuk tetap bersembunyi agar bisa mendengar balasan dari Faisal.

"Aku tahu dia tidak lumpuh, Binar bisa berjalan."

"Apa?! Kau tahu segalanya namun kau tetap diam?!"

Bukan hanya Septhi yang terkejut dengan jawaban Faisal, Berlin dan Lefi pun terkejut. Berlin tak menyangka jika rahasianya telah diketahui oleh Faisal. Hatinya bertanya-tanya apa motif Faisal tetap diam walaupun sudah mengetahui rahasianya? Ia merasakan firasat buruk untuk ucapan selanjutnya yang akan keluar dari bibir Faisal. Ia ingin pergi saja karena takut ucapan Faisal akan menyakitinya terlalu dalam namun pikirannya terlalu keras kepala dan tetap ingin mendengar semuanya.

"Aku tidak peduli dia lumpuh atau tidak, aku hanya peduli pada Calon Penerusku, hanya Binar yang bisa memberikan ku anak laki-laki sehingga aku tetap mempertahankannya walaupun sudah membohongiku."

Air mata langsung turun dari mata Berlin saat mendengar jawaban dari Faisal, tangannya mengepal kuat berusaha menahan amarah dalam dirinya karena merasa tak dihargai di hidup Faisal. Lefi yang melihat kakaknya menangis dalam diam berusaha menguatkan kakaknya dengan merangkul kakaknya.

Nyatanya rasa sakit yang sudah Berlin prediksi tentang jawaban Faisal, jauh lebih sakit hingga ia tak mampu bertahan dan akhirnya pingsan. Suara seseorang jatuh membuat Septhi dan Faisal menoleh keluar lalu saling pandang dan berjalan keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Lefi berusaha membawa kakaknya pergi namun tenaganya tak seberapa hingga ia gagal menyembunyikan kakaknya dan keberadaan mereka diketahui oleh dua orang licik tersebut.

Faisal terkejut saat tahu Berlin telah mendengar semuanya, sedangkan Septhi tersenyum miring karena usahanya sudah berhasil walaupun ia sempat merasa usahanya gagal karena Faisal sudah tahu rahasia Berlin, tapi kondisi Berlin sekarang membuktikan ia telah berhasil melakukan balas dendam.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 25 Desember 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang