"Tak butuh keberanian dan kehebatan untuk mengungkap kebenaran, hanya butuh hati yang tulus."
-Binar Swastika-Levron dan Binar saling melepas pelukan lalu Binar kembali ke posisi semulanya. Tak lama kemudian pihak Faisal kembali memasuki ruang pengadilan, Faisal menatap curiga saat sadar Binar masih ada di ruang pengadilan dan ada Levron serta pengacaranya. Faisal langsung menghampiri Binar dengan tatapan tajam tertuju pada istri terakhirnya itu.
"Kenapa kau tidak ikut ke Kantin tadi?"
"Aku tidak lapar."
"Jangan berusaha mengkhianatiku, Binar. Aku benci perempuan yang tak setia dan pengkhianat."
"Bukankah dari awal pernikahan kita kau sudah membenciku? Begitu pun dengan aku."
Sebelum Faisal sempat mengancam Binar dan membalas ucapan istri keempatnya, hakim sudah datang ke ruang pengadilan dan Faisal terpaksa kembali duduk di tempat awalnya. Sedangkan Shinta dan Septhi merasa kasihan pada Binar yang ditekan oleh Faisal padahal tak bersalah.
"Ini aku bawakan salad buah untukmu, aku khawatir kau kelaparan tadi."
"Terima kasih."
Binar menerima salad buah dari Shinta namun tak ia makan karena ia fokus pada sidang yang kembali dimulai. Sama seperti Septhi, Shinta memberikan kesaksian yang penuh kebohongan. Namun Faisal menyadari ada yang aneh saat Levron bersikap biasa saja setelah mendengar kesaksian Shinta, tak seemosi sebelumnya, Faisal hendak menghentikan pengacaranya saat menyebut nama saksi selanjutnya namun ia terlambat.
"Nona Binar silahkan maju dan memberikan kesaksianmu."
Binar mengangguk lalu menolak bantuan dari Septhi yang benda mendorong kursi rodanya. Ia menggerakkan kursi rodanya maju ke depan namun tak bisa naik mimbar karena ia memakai kursi roda, seperti biasa Binar akan bersaksi di atas kitab suci bahwa yang dikatakannya adalah kebenaran. Faisal terus menatap tajam Binar untuk mengancam perempuan itu namun Binar tak menoleh ke arahnya sedikit pun.
"Saya merupakan istri keempat dari Faisal, saya melihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada pernikahan Faisal dan Levron hingga terjadi perceraiannya. Bukan Levron yang selingkuh namun Faisal."
"Berhenti, Binar! Kau mengkhianati suamimu sendiri!"
Kali ini Faisal yang emosi setelah mendengar pengakuan Binar. Bukan seperti ini skenario yang ia rencanakan, seharusnya Binar mengatakan bahwa Levron bukan ibu yang baik untuk Liya. Faisal maju dan menampar Binar di depan semua orang. Suasana di pengadilan langsung hening setelah terdengar suara tamparan yang begitu nyaring, bahkan semua orang bisa tahu betapa sakitnya tamparan itu lewat suaranya.
Namun bukannya menangis atau merintih kesakitan, Binar malah tersenyum miring di depan Faisal saat pria itu masuk ke perangkap nya dan Faisal pun baru sadar akan kesalahannya yang menunjukkan sikap kasarnya di depan hakim. Pengacara Faisal langsung turun tangan dan menuntun Faisal untuk kembali duduk serta memberikan beberapa nasehat.
"Nona Binar tidak berada di pihak kita, dia lawan kita sekarang, dia sepertinya tahu titik lemah dirimu jadi kendalikan dirimu selama dia bersaksi."
"Perempuan cacat itu memang begitu licik. Lihat apa yang akan aku lakukan padanya setelah sidang ini selesai."
"Tuan Faisal, apa yang kau lakukan tadi sudah termasuk kekerasan dalam rumah tangga, kau bisa terkena pasal 44 ayat 1 karena sudah menampar dan menyakiti istrimu sendiri."
Hakim memberikan peringatan pada Faisal setelah menyaksikan sendiri apa yang dilakukan Faisal. Terlihat hakim yang tadinya mulai mendukung Faisal jadi memihak Levron setelah tahu bahwa Faisal bersikap kasar pada istrinya sendiri. Faisal pun merutuk dalam hal hati sebelum berakting pura-pura menyesal dan bersalah.
"Maaf, Hakim. Saya tidak bermaksud demikian, saya sudah terlanjur emosi dengan pengakuan istri saya."
"Nona Binar, apakah Anda ingin melaporkan apa yang dilakukan oleh Tuan Faisal tadi?"
"Tidak perlu, Hakim. Yang terpenting saat ini adalah perceraian Faisal dengan Levron dan hak asuh Liya, puteri keduanya."
"Baik, silahkan lanjutkan kesaksianmu."
Levron dan pengacaranya mulai bisa tersenyum saat melihat betapa lihainya Binar memutar keadaan hanya dengan satu kesaksian, hal itu membuat Faisal dan pengacaranya harus berpikir dengan keras agar mendapat kepercayaan hakim kembali.
"Sore hari setelah saya pulang dari supermarket, saya melihat Levron sudah menangis sambil bersujud di kaki Faisal, meminta agar tidak diceraikan namun Faisal menolak karena sudah memiliki Harini sebagai pengganti Levron. Faisal memisahkan Levron dari puterinya yang masih Balita. Tanpa perlu saya perjelas, semua orang di pengadilan ini sudah melihat bagaimana Faisal memperlakukan saya dan hal itu juga yang terjadi pada Liya selama tak ada Levron."
"Apa kau punya bukti atas kesaksianmu, Nona Binar?"
"Iya, ini buktinya."
Faisal hendak berdiri dan merenggut bukti itu namun pengacaranya menahannya karena hal itu akan membuat posisi mereka semakin diambang kehancuran. Ternyata bukti Binar adalah foto dan sebuah video yang langsung diputar di depan semua orang. Bagaimana Faisal yang membentak Liya saat menangis memanggil Levron.
"Saya hanya ingin mengatakan pada Hakim, seorang Ayah yang bersikap pada puterinya tak pantas mendapat hak asuh anak tersebut. Terima kasih."
Setelahnya Binar kembali ke tempatnya yang semula dan mendorong kursi rodanya untuk duduk di samping Shinta yang menatap takjub padanya.
"Kau hebat, Binar. Kau perempuan berani, andai aku seberani dan sehebat dirimu, pasti aku akan berkata jujur di pengadilan."
"Tak butuh keberanian dan kehebatan untuk mengungkap kebenaran, hanya butuh hati yang tulus."
Sidang hari ini terpaksa dihentikan dan dilanjut besok karena hakim masih merasa bimbang, walaupun Binar sudah menunjukkan segala keburukan Faisal tapi hakim tak bisa melupakan bukti dan saksi yang telah diberikan Faisal. Keputusan sidang perceraian dan hak asuh Liya akan diputuskan besok.
Faisal langsung berdiri dan menghampiri Binar lalu mendorong kursi roda istrinya dengan cukup cepat. Semua orang tahu apa yang akan dilakukan Faisal pada Binar setelah ini.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 27 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...