"Perlahan-lahan aku mulai nyaman dengan kehadiranmu, perhatianmu, dan kasih sayangmu."
-Binar Swastika-TARGET: 8,5 RIBU PENGIKUT.
Yang baca cerita ini tanpa follow akun wattpad aku, segera di follow ya biar cepat capai target dan langsung update.
....................................Dengan langkah pelan, Elis berjalan sambil mendorong kursi roda Binar, Elis menunduk takut saat Faisal menatap tajam ke arahnya seakan siap mengulitinya. Sedangkan Binar sudah siap mendengar teriakan penuh amarah dari Faisal karena Faisal memang punya hak untuk marah saat melihat ia pulang bersama pria lain padahal statusnya adalah istri Faisal walaupun sebenarnya Binar terpaksa melakukannya agar tak kehujanan.
"Faisal, aku bisa jelaskan semuanya. Ini tak seperti apa yang kau pikirkan."
"Jadi ini alasan mu menyuruh supir untuk tidak menjemput atau mengantarmu ke toko buku?"
Binar spontan menggelengkan kepala karena tak mau Faisal salah paham. Sedangkan Faisal langsung menerka hal itu karena selama ini ia pura-pura tak tahu jika Binar pulang tak bersama supir, awalnya ia bingung kenapa Binar lebih memilih angkutan umum dari pada mobil mewahnya namun sekarang ia tahu alasannya yaitu Arman.
Walaupun ia terbakar api cemburu namun ia berusaha tetap tenang karena tak mau menyakiti atau melukai hati Binar saat amarahnya tak terkendali. Elis pun jadi merasa bersalah melihat kondisi Binar.
"Tidak seperti itu, Faisal. Tadi ingin hujan, kendaraan umum tak lewat jadi aku terpaksa pulang bersama Arman. Kami pun tidak berdua saja dalam satu mobil, ada Elis juga. Benar kan, Elis?"
"Iya, Nona Binar tidak ber ....
"AKU TIDAK BERTANYA PADAMU, ELIS! KEMBALI KE RUANGANMU!"
Tubuh Elis langsung terjingkat kaget setelah mendengar teriakan penuh amarah dari majikannya. Faisal yang tak bisa memarahi Binar akhirnya melampiaskan amarahnya pada Elis padahal ia tak peduli dengan ucapan atau penjelasan pelayan tersebut.
"Saya permisi, Tuan dan Nona."
Elis terpaksa pergi meninggalkan Binar sendirian bersama Elis karena ia tak mungkin melawan perintah Faisal yang merupakan majikan utamanya. Sekarang hanya ada Faisal dan Binar yang saling berhadapan. Walaupun sudah melihat kemarahan Faisal pada Elis tadi namun Binar tetap berusaha menjelaskan pada Faisal bahkan menggenggam tangan suaminya.
"Aku tahu aku salah, seharusnya aku tak ikut pulang bersama Arman padahal aku tahu kau pasti akan marah melihat aku bersama Arman. Maafkan aku, Faisal. Aku tak akan mengulanginya lagi."
Binar mengecup punggung tangan Faisal dengan tatapan sendu dan raut wajah memelas. Faisal yang awalnya emosi pun jadi tak tega untuk memarahi Binar, tak biasanya Binar bersikap selemah ini di depannya sampai memohon, mungkin ini adalah hormon kehamilan yang mengubah perasaan Binar jadi semakin lemah.
Sebelum bersuara lagi, Faisal menghela nafas terlebih dahulu untuk menenangkan diri karena ia telah memutuskan tak memperpanjang masalah.
"Aku akan memaafkanmu asalkan kau mau diantar dan dijemput oleh supir lagi."
"Ya, aku setuju. Terima kasih, Faisal."
"Ayo kita masuk ke dalam."
Binar mengangguk setuju lalu membiarkan Faisal mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah. Baru saja Faisal menutup pintu kamar, seseorang sudah mengetuk pintu kamar berulang kali dan tampak tak sabaran.
"Faisal!"
"Faisal, buka pintunya!"
Faisal dan Binar menoleh sejenak ke arah pintu dengan tatapan bingung, lalu saling menatap satu sama lain dengan tatapan tanya sebelum akhirnya Binar yang bicara lebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...