Bab -3-

68.5K 4.2K 29
                                    

Aku tak suka dengan sikapnya yang menentang perintahku
Semakin dia memberontak, semakin besar keinginan untuk menaklukannya
-Faisal Khasan-

Pelayan membawanya masuk ke kamar di lantai satu, mungkin karena ia lumpuh jadi ditaruh di lantai dasar agar tak merepotkan saat ingin keluar kamar. Padahal ia lebih suka di lantai atas agar bisa melihat pemandangan dari balkon, namun ia sadar ini bukan rumah orang tuanya dimana ia bisa meminta hal seperti itu.

"Ini kamar Nona, silahkan istirahat terlebih dahulu, Nona. Jika butuh sesuatu katakan saja pada saya lewat telepon rumah khusus yang disediakan Tuan untuk mempermudah Nona menghubungi saya."

"Terima kasih. Kau bisa tinggalkan aku sendirian, aku tidak butuh apa-apa lagi."

Akhirnya pelayan itu keluar dari kamarnya dan menutup pintu. Binar pun mulai mengganti gaun pengantinnya dengan pakaian tidur, lumayan sulit karena ia tak bisa berdiri tapi ia mampu melakukannya sendiri. Ia juga menghapus riasan tebal di wajahnya lalu berpindah ke tempat tidur dengan usaha yang cukup keras.

Suara pintu terbuka membuat Binar sadar bahwa ia belum mengunci pintu. Ia pun terkejut melihat suaminya masuk ke dalam kamar dan sudah berganti pakaian menjadi kaos putih dan celana pendek hitam. Niat awal mau tidur pun tak jadi saat tahu ada suaminya di kamar ini. Binar pun hanya duduk di atas kasur dan menatap waspada ke arah suaminya. Binar tak bodoh untuk mengerti arti tatapan penuh nafsu suaminya yang tertuju padanya.

Ingin menolak namun tak bisa karena ingat statusnya sekarang. Ia pun hanya diam saat Faisal mencium bibirnya dan mulai menindih tubuhnya. Sikap Faisal yang terburu-buru membuat Binar sadar bahwa suaminya penyuka hubungan intim yang kasar. Ia pun langsung menahan tangan Faisal yang hendak menurunkan celananya. Terlihat Faisal tak suka dengan tindakannya, Binar pun buru-buru bicara sebelum Faisal emosi.

"Ini .... ini pertama kalinya untukku, bisakah pelan dan lembut?"

Pipi Binar langsung bersemu merah karena malu setelah selesai mengatakan hal itu. Ia hanya takut jika Faisal akan melukainya karena sudah dibutakan oleh nafsunya. Ucapan Binar pun membuat tubuh Faisal diam mematung sejenak sebelum berbisik ke telinga Binar dengan nada bicara serak dan sensual.

"Aku janji akan melakukannya dengan pelan dan lembut, awalnya akan terasa sakit, tapi nanti kau akan merasa nikmat."

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Bohong.

Itulah kata yang terngiang di kepala Binar saat terbangun setelah pergumulan semalam dengan Faisal. Semalam hanya Faisal yang mendesah kenikmatan, sedangkan dirinya terus merintih kesakitan bahkan menangis namun suaminya tak peduli dan tetap memaksakan nafsunya.

Binar merasa dibodohi oleh Faisal karena sempat percaya dengan ucapan pria itu. Ia pun menatap kesal ke arah suaminya lalu memutuskan untuk mandi sebelum rasa kesalnya berubah jadi niat membunuh.

Jika di rumah orang tuanya ada pelayan pribadi yang akan membantunya mandi. Kali ini Binar mau berusaha sendiri, ia pun mencoba turun dari kursi roda dan duduk di lantai kamar mandi setelah menekan shower. Senyum terbit di bibirnya saat ia selesai mandi dan ia bisa melakukannya sendiri, ia pun keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap dan rambut basah.

Suaminya sudah tak ada di kasur, entah kemana perginya Faisal, Binar pun tak peduli. Binar menelepon pelayan kemarin untuk datang ke kamarnya dan tak lama kemudian pelayan itu datang.

"Selamat pagi, Nona. Apa Nona butuh bantuan saya?"

"Iya, tolong bersihkan kamar ini dan bawakan sarapan ke kamarku."

"Baik, Nona."

Sambil menunggu pelayan menyelesaikan tugasnya, Binar memutuskan membereskan barang nya namun pelayan itu melarangnya dan malah menawarkan diri untuk membantu. Tak mau membuat keributan karena tahu pelayan itu tak akan mau membiarkannya bekerja, Binar pun membiarkan pelayan itu memasukkan barang-barangnya ke lemari lalu mengajak ngobrol pelayan itu.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang