Kau tidak sepintar itu hingga bisa membohongi diriku
Aku tetap memegang kendali hubungan ini
-Faisal Khasan-Binar sedang duduk di ruang makan yang kosong, hanya ada dirinya saja, yang lain tak berniat makan siang bersama, rumah ini menjadi sepi dan sunyi setelah kepergian Levron.
Awalnya Binar sedang makan siang dengan tenang dan menikmati menu makanannya namun semua ketenangan itu hancur saat Harini datang dan menarik kursi di depannya lalu duduk di depannya dan bersikap bagai ratu dengan memanggil pelayan untuk melayani Harini yang ingin makan siang.
"Pelayan!"
"Iya, Nyonya. Ada apa?"
"Ambilkan makan siang saya."
"Baik, Nyonya."
Pelayan itu dengan sigap menyiapkan apa yang diminta oleh Harini. Bahkan Binar pura-pura tak menyadari keberadaan Harini. Namun sepertinya Harini ingin mengajak ribut dengannya dan mulai berbicara dengannya.
"Aku pikir tadinya kau yang akan diceraikan oleh Faisal dan diusir dari rumah ini karena kau cacat. Namun perkiraanku salah."
"Tapi itu malah mempermudah jalanku karena keberadaanmu bukan ancaman jadi aku hanya perlu menyingkirkan dua perempuan saja."
Binar masih diam dan terus makan, ia hendak pergi saat sudah selesai makan namun tiba-tiba saja Faisal datang dan menahan kursi rodanya sehingga tidak bisa ia putar.
"Tetap disini, Sayang. Aku ingin makan siang ditemani oleh Istriku dan Calon Istriku."
Rasanya sangat menjijikan mendengar Faisal mengatakan hal itu, namun entah kenapa Harini malah tersenyum manis seakan kata-kata Faisal adalah hal yang romantis padahal Binar yakin perempuan itu tak suka dengan kehadirannya di tengah-tengah kemesraan dengan Faisal. Tipe perempuan bermuka dua.
Faisal duduk di samping Binar lalu pelayan pun langsung melayaninya, menyiapkan makanan dan minuman untuknya. Suasana hening, hanya ada suara alat makan dari Faisal saja karena Harini pun sudah selesai makan. Binar tak sudi bersuara untuk berbicara pada dua orang menjijikan ini namun sayangnya di detik selanjutnya, Faisal malah bertanya padanya.
"Aku lihat belakangan ini tubuhmu bertambah berisi, Binar."
"Aku .... terlalu banyak makan."
Entah kenapa Faisal bertanya demikian di depan Harini yang membuat perempuan itu memperhatikan tubuh Binar dengan tatapan tak suka. Binar mengerti arti tatapan itu, sebagai sesama perempuan pasti Harini lebih peka terhadap perubahan tubuh saat kehamilan, hal itu membuatnya takut karena Harini bisa saja mengatakan pada Faisal saat ini.
"Faisal, nanti pernikahan kita pakai tema kerajaan ya?"
"Kamu jadi rajanya dan aku jadi ratunya."
"Iya, Harini."
Bodohnya Binar menganggap perempuan itu akan mengatakan pada Faisal soal perubahan tubuhnya. Mana mungkin Harini mau menambah lawannya dengan kehadiran calon anak Binar? Jelas itu tak menguntungkan Harini sehingga perempuan itu mengalihkan pembicaraan dan membahas topik pernikahan. Namun tak semudah itu mengalihkan topik pembicaraan dengan Faisal.
"Periksa ke Dokter, bisa saja kau sedang hamil."
Tubuh Binar langsung terdiam mematung saat mendengar ucapan Faisal terlebih tatapan mata Faisal tertuju padanya. Ia hanya diam dan tak menjawab.
Binar belum siap jika Faisal tahu kehamilannya karena Binar tahu apa yang akan terjadi jika Faisal tahu bahwa ia hamil, terlebih ia juga belum menemukan cara agar Faisal menceraikannya.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Binar dan Elis berjalan keluar rumah untuk berangkat ke toko buku. Setelah libur beberapa hari dan merasa sudah lebih kuat serta sehat untuk beraktifitas seperti biasa.
Namun di depan pintu mereka berpapasan dengan Septhi yang sedang membawa sebuah map berwarna merah. Memutuskan tak peduli dengan apa yang Septhi bawa dan lanjut jalan namun sebelum lanjut jalan, map tersebut terjatuh dari tangan Septhi sehingga isinya berupa kertas-kertas berhamburan keluar. Melihat Septhi yang kesusahan, Binar pun menyuruh Elis membantu karena ia tak mungkin membungkuk untuk mengambil kertas itu.
"Elis, bantu Septhi."
"Baik, Nona."
Elis menghampiri Septhi dan membantu memungut semua kertas tersebut, namun saat hendak mengambil kertas di dekat Binar tiba-tiba saja kertas itu terbang karena terbawa angin dan jatuh di pangkuan Binar. Binar yang melihat hal itu langsung mengambil kertas tersebut, ia hendak memberikannya pada Elis namun tak jadi dan malah ia baca saat tertera tulisan surat cerai.
"Binar, kertasnya."
"Oh iya, maaf. Aku malah membacanya."
Binar sampai lupa memberikan kertas itu sehingga Septhi memintanya, ia pun memberikan kertas itu pada Septhi. Begitu pun dengan Elis yang sudah memberikan kertas yang tadi dipungut. Binar yang sudah membaca isi kertas itu memutuskan bertanya pada Septhi.
"Apa benar Levron selingkuh dengan pria lain? Maaf tadi aku lancang membaca isi surat perceraian itu."
Binar penasaran dengan kebenaran dari tulisan alasan gugatan cerai yang dilontarkan Faisal kepada Levron. Namun ia dibuat terkejut dengan jawaban Septhi yang berbanding terbalik dengan yang tertulis di kertas tadi.
"Levron tak pernah selingkuh. Mungkin aku, Levron, dan Shinta gila harta. Namun kami tak mungkin berani selingkuh, terlebih Faisal benci hal itu dan akan membunuh kami jika selingkuh karena Faisal benci perempuan yang tak setia. Kami selalu takut diceraikan Faisal sehingga tak berani melakukan hal itu."
"Tapi kenapa tertulis bahwa Levron selingkuh?"
"Ini sudah terjadi semenjak perceraian Faisal dengan Ratih. Faisal akan membuat alasan yang penuh kebohongan untuk bercerai dari istrinya agar diterima di pengadilan sedangkan istri Faisal yang hendak diceraikan tak bisa melawan atau menentang hal itu karena kekuasaan Faisal."
Mendengar suara mobil berhenti membuat ketiga perempuan itu menoleh ke arah depan pintu dan ternyata Faisal yang pulang. Septhi pun memutuskan pamit dan lanjut jalan kepada Binar karena takut Faisal melihatnya berbicara tentang berkas perceraian pada Binar. Berkas perceraian yang tadi diberikan oleh pengacara Faisal.
Sedangkan Binar masih terdiam memikirkan apa yang diucapkan oleh Septhi tadi. Ia pun tersenyum saat sebuah ide tercetus di kepalanya.
[][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 27 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
Любовные романыBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...