Akhir Kisah Tragis

21.7K 825 76
                                    

Sesampainya di rumah Faisal yang lama, Berlin langsung disambut oleh bendera kuning dan banyak ucapan bela sungkawa di depan pekarangan rumah Faisal. Banyak mobil mewah yang terparkir dan rumah ramai diisi oleh orang-orang berpakaian hitam. Ia melihat foto Faisal yang dipajang di halaman rumah. Koper di tangan Berlin langsung terlepas karena terkejut dengan semua ini. Ia langsung berlari ke dalam rumah dan mengabaikan tatapan aneh semua orang.

"FAISAL!"

Tak ada sahutan dari Faisal, yang ada hanya peti mati. Air mata mengalir deras di pipinya saat melihat isi peti mati tersebut, ia berjalan pelan sambil menatap wajah Faisal yang pucat, tubuh nya yang kaku, lalu menatap sekitar dan melihat Anjani, Liya, Levron, dan Arman yang menangis pilu.

Levron yang menyadari lebih dulu keberadaan Berlin langsung berdiri menghampirinya dan memeluk Berlin. Levron menangis di pundak Berlin dan mengucap sesuatu yang membuat tubuh Berlin langsung lemas seketika.

"Faisal telah meninggalkan kita semua, Berlin. Dia telah pergi tanpa mengatakan apapun."

"Bagaimana bisa? Apa yang terjadi?"

"Faisal mengidap penyakit AIDS."

Levron menjawab dengan pelan agar tak ada yang mendengar, sesuai dengan permintaan Faisal bahwa hanya keluarga saja yang boleh tahu alasan Faisal meninggal.

Jawaban Levron mengantarkan Berlin ke masa lalu yaitu setahun lalu, rekaman ingatan saat Faisal datang ke rumah sakit lalu beberapa hari kemudian mengirim sudah cerai bahkan tak mau memberinya kesempatan sekali saja membuat ia bisa menarik kesimpulan bahwa Faisal melakukan ini karena mengidap penyakit mematikan dan tertular tersebut. Faisal tak mau ia dan Ankara tertular penyakit tersebut.

Setelah melepaskan diri dari Levron, Berlin melangkah ke arah peti mati Faisal dan tubuhnya langsung jatuh di samping peti tersebut namun Berlin masih sadar untuk mengucap perpisahan terakhir kalinya pada Faisal.

"Kau jahat. Kau membohongi aku, kau membiarkan dirimu menanggung rasa sakit itu sendirian tanpa memberikanku kesempatan untuk merawatku, kenapa kau lakukan ini?"

"Aku ingin ada di sisimu, menemanimu di saat terakhirmu, tapi kau merenggut hakku tersebut. Kenapa kau selalu egois, Faisal?"

"Jawab aku, Faisal!"

"Jangan hanya diam!"

"Aku ingin mendengar suaramu lagi, Faisal."

"Aku ingin melihatmu bangun!"

Setelah berulang kali berteriak pada jenazah Faisal, akhirnya Berlin hanya bisa menangis karena lelah membohongi dirinya dengan harapan bahwa ini hanya mimpi buruk dan saat terbangun maka Faisal akan baik-baik saja. Ia memeluk Faisal dan menggenggam tangan mantan suaminya dengan erat.

"Terima kasih untuk semua cinta yang kau berikan padaku, kau adalah pria pertama yang membuatku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta dan dicintai."

[][][][][][][][][][][][][][][][]

Setelah jenazah Faisal selesai dimakamkan. Semua orang pamit pulang dan menyisahkan Berlin dan asisten pribadi Faisal. Berlin masih terdiam sambil memeluk nisan mantan suaminya, tak peduli jika sudah satu jam ia berada di posisi ini.

"Nona Berlin."

Berlin tak merespon panggilan dari asisten Faisal dan hanya menoleh. Namun ia bingung saat orang tersebut memberikan dokumen kepadanya. Robby, asisten Faisal yang tahu kebingungan Berlin akhirnya menjelaskan maksud ia memberikan ini pada Berlin.

"Ini semua dokumen yang diamanatkan oleh Tuan Faisal untuk diberikan oleh Anda saja. Soal warisan dan lain-lain akan saya beritahu besok bersama pengacara karena saat ini masih hari duka."

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang