"Tak perlu menyakiti seseorang untuk membunuhnya, ucapan sudah mampu membunuh orang tersebut."
-Faisal Khasan-Hai, aku update lagi padahal belum sampai target, alasannya karena target kemarin memang terlalu tinggi untuk cerita yang masih baru.
TARGET SELANJUTNYA, 1 RIBU VOTE LANGSUNG UPDATE.
..........................Semua orang langsung menatap terkejut ke arah Faisal, tak menyangka jika Faisal akan memilih pilihan itu padahal mereka yakin Faisal mengerti perkataan dokter yaitu menyarankan Shinta yang diselamatkan.
"Apa kau yakin, Tuan? Presentase bayimu selamat sangat kecil namun presentase Ibunya selamat lebih besar."
"Saya sangat yakin. Silahkan lakukan operasinya, saya akan menandatangani surat persetujuan."
"Baiklah."
Dokter pun tampak pasrah saat Faisal tetap kekeuh pada keputusannya padahal sudah diperingatkan. Saat dokter sudah masuk lagi ke ruang operasi, Faisal hendak berjalan ke arah meja operasi namun dihalangi oleh Binar.
"Binar, minggir. Aku harus segera menandatangani surat persetujuan agar anakku diselamatkan."
"Faisal, cobalah mengerti, anakmu kemungkinan sudah meninggal dalam rahim Shinta, tapi Shinta masih bernafas. Dia butuh kau untuk menyelamatkan. Jangan ambil keputusan ini."
"Aku sudah mengerti apa yang aku lakukan, Binar. Jangan mencoba mengajariku."
"Faisal, aku memohon padamu, bahkan jika perlu aku akan berlutut di kakimu asalkan jangan lakukan itu."
Binar melipat tangan di depan Faisal, memohon dengan nada sedih dan tatapan sendu, bahkan turun dari kursi rodanya dengan perlahan dan bersujud di kaki Faisal. Faisal dan yang lain pun terkejut melihat tindakan Binar.
"Binar, berdiri. Jangan seperti ini, kau membuatku malu."
Faisal mencoba membuat Binar kembali berdiri namun Binar menolak dan terus berlutut sambil memohon padanya.
"Kau punya dua anak, Faisal. Sedangkan Shinta, dia hanya punya dirimu. Selamatkan nyawa Shinta, dia mencintaimu."
Binar masih ingat jelas ucapan Shinta yang menginginkan cinta dan perhatian Faisal. Ia tak sanggup membayangkan jika Shinta akan merenggang nyawa melalui keputusan suami yang dicintainya.
"Yang Binar katakan benar, Faisal. Kenapa kau tetap kekeuh menyelamatkan anakmu yang mungkin sudah meninggal?"
Septhi yang merasa kasihan pada Shinta pun akhirnya berani angkat suara untuk membantu Binar mengubah keputusan Faisal walaupun ia tahu akan berakhir sia-sia.
"Karena dia anakku, sedangkan Shinta hanya istri yang berguna sebagai penghasil anak. Tugas Shinta sudah selesai maka dia tak berguna lagi untukku."
Setelah mengatakan hal itu, Faisal melepaskan tangan Binar di kakinya dengan cukup kasar lalu pergi meninggalkan semua orang yang kini menatap emosi ke arahnya.
"Kau iblis, Faisal!"
"Kau adalah pria paling biadab yang pernah aku temui!"
"Aku bersumpah tak akan memaafkanmu jika Shinta meninggal karena mu!"
Binar tak kuasa menahan emosi dalam dirinya hingga berteriak pada Faisal sambil terisak tangis. Septhi langsung memeluk Binar untuk menenangkannya. Sedangkan Elis membantu Binar naik ke kursi roda lagi.
"Keputusan Faisal sudah bulat, Binar. Tak ada yang bisa mengubah keputusan Faisal saat ini."
"Nyonya Septhi benar, Nona Binar harus tenang, Nona Binar sedang hamil dan emosi tidak baik untuk kandungan Nona Binar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...