Bab -73-

22K 2.1K 68
                                    

Terkadang hidup begitu kejam dengan memaksa anak menjadi dewasa sebelum waktunya melalui kematian orang tercinta
-Anjani-

Hai!

Maaf baru bisa update setelah sekian purnama berlalu. Beberapa bulan ini aku sibuk karena ikut pertukaran mahasiswa dan engga ada waktu untuk nulis.

TARGET VOTE 1 RIBU, BARU AKU UPDATE. AYO VOTE!
_______________________

Anjani sedang bermain bersama ayahnya, Faisal. Kini mereka sedang berenang bersama di kolam renang, Faisal mengajari putrinya tentang gaya-gaya dalam berenang seperti gaya kupu-kupu, gaya bebas, dan lain-lain, ia juga mengajari Anjani bagaimana caranya bernafas saat berenang.

Anjani yang memang pintar bisa memahami ajaran ayahnya dengan mudah dan sudah bisa berenang walaupun masih amatir. Ayah dan putri itu begitu bahagia menghabiskan waktu bersama.

"Lihat aku, Ayah. Aku bisa berenang sendiri tanpa bantuan siapa pun."

"Wah, Putri Ayah cerdas."

"Permisi, Tuan. Ada tamu datang ingin menemui Tuan dan Nona Anjani."

Faisal yang merasa tak membuat temu janji dengan siapa pun menatap bingung ke arah pembantu tersebut, sedangkan Anjani lanjut asyik berenang.

"Siapa tamunya?"

"Tuan Arman, Pak."

"Suruh datang ke kolam renang."

"Baik, Pak."

Faisal naik ke permukaan dan memakai bathrobe, lalu menyuruh putrinya selesai berenang, walaupun keberatan namun Anjani tetap melakukan perintah ayahnya. Faisal mengeringkan rambut putrinya dengan handuk lalu memakaikan bathrobe pada tubuh putrinya. Tak lama kemudian Arman datang dengan raut wajah cemas.

"Ada apa kau datang ke sini, Arman?"

"Kau belum mendapat kabar tentang Septhi?"

"Mama kenapa, Paman? Mama baik-baik saja kan?"

Anjani yang mendengar nama mamanya disebut langsung panik, Faisal merasa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Septhi hingga Arman datang langsung ke sini, ia pun langsung memanggil pelayan untuk mengambil Anjani.

"Bawa Anjani ke kamarnya dan pakaikan Anjani baju."

"Baik, Tuan. Ayo ikut Bibi, Nona."

"Tidak mau! Aku mau tahu apa yang terjadi pada Mama."

"Anjani, dengarkan Ayah. Pergi ke kamarmu dan ganti baju."

Mendengar ayahnya yang berucap dengan tegas dan tatapan tajam ayahnya membuat Anjani tak berani melawan lagi dan mengikuti pelayan. Mereka masuk ke dalam rumah mewah tersebut, sekarang hanya ada Faisal dan Arman.

"Apa yang terjadi pada Septhi?"

"Septhi mengalami kecelakaan dan meninggal, aku berniat mengajakmu dan Anjani ke rumah sakit untuk melihat dan mengambil jenazah Septhi untuk dimakamkan karena Septhi tak punya keluarga."

"Apa? Baru beberapa minggu yang lalu dia menemui ku, sulit dipercaya kini dia sudah meninggal. Bagaimana kronologis kecelakaannya? Kecelakaan tunggal atau tabrakan dengan mobil lain?"

Faisal jelas terkejut dengan berita ini, ia mungkin sempat berselisih dengan Septhi namun Septhi pernah ada di hidupnya sebagai istrinya dan tetap menjadi bagian hidupnya karena ibu dari putrinya Anjani. Ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan kabar duka ini pada Anjani karena putrinya pasti sangat sedih mendengar kabar ini. Anjani masih sangat kecil untuk berpisah dengan mamanya untuk selamanya.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang