Bab -6-

56.4K 4K 21
                                    

Tidak ada perbedaan antara anak laki-laki atau anak perempuan
Tidak salah memiliki anak perempuan
Yang salah adalah pemikiran kuno mengenai anak perempuan tidak berguna
-Binar Swastika-

Seharian ini tubuh Binar menjadi sangat lemas dan lemah karena belum makan sejak kemarin malam, Binar ingin makan karena tak tahan lagi dengan kelaparan ini namun ia ingat ancaman Faisal sehingga tak berani makan atau minum apapun.

Ia merintih kesakitan sambil memeluk perutnya yang terasa perih, meringkuk bagai bayi di atas kasur, sekarang waktunya makan malam, Binar tetap berada di dalam kamar karena tak mampu melihat anggota keluarga makan sedangkan ia tidak.

"Perutku terasa sangat perih."

"Sakit sekali."

"Aku tak kuat."

Suara pintu dibuka membuat Binar berhenti mengeluh dan pura-pura tertidur, ia tak mau orang lain melihat kondisinya yang lemah saat ini. Mati-matian ia berusaha tidak merintih kesakitan saat merasa perih di perutnya. Binar tahu orang yang masuk ke kamarnya sedang berdiri di dekatnya, hal itu ia ketahui dari deru nafas orang tersebut.

"Bangunlah, Binar."

"Aku tahu kau belum tidur jam segini."

Binar tahu yang masuk ke kamarnya adalah Faisal dan pria itu juga tahu ia hanya pura-pura tidur. Binar pun membuka matanya dan melihat Faisal kini menatap tajam ke arahnya, Binar hendak bicara namun suara yang berasal dari perutnya lebih dulu bersuara dan membuatnya malu.

"Kau lapar?"

"Tidak."

Ingin berkata iya namun takut pada Faisal sehingga Binar memilih berbohong dan ia yakin Faisal tak akan percaya akan kebohongannya karena ia tak jago dalam berbohong.

"Ayo bergabung makan malam dengan yang lain."

"Tapi kau mengatakan bahwa aku tidak boleh makan hari ini."

"Aku mengubah perkataanku. Cepat bangun atau aku akan berubah pikiran."

Binar buru-buru mengubah posisinya dari telentang menjadi duduk. Faisal pun membantunya duduk di kursi roda lalu mendorong kursi rodanya menuju ruang makan. Entah apa yang terjadi pada suaminya hingga tiba-tiba bersikap baik padanya.

Di ruang makan, semua istri dan anak Faisal sudah duduk di kursi masing-masing. Ketiga istri Faisal menatap tak suka ke arahnya. Hanya Liya dan Anjani yang tersenyum manis ke arahnya, itu pun diam-diam agar tak ketahuan ibu mereka.

"Pelayan siapkan makan malam untuk Binar."

"Baik, Tuan."

Setelah pelayan menghidangkan makan malam di piring Binar. Semuanya pun mulai makan malam dengan tenang. Binar makan dengan lahap karena sudah sangat lapar, ia bahkan menambah nasi dan lauk hingga membuat yang lain heran namun ia tak peduli.

Akhirnya makan malam selesai, Binar hendak kembali ke kamarnya namun tak jadi karena Shinta, istri ketiga suaminya ingin bicara pada semua orang.

"Tetap di tempat semuanya, ada hal penting yang ingin aku bicarakan pada kalian."

"Tentang apa?"

Ternyata Faisal pun tak tahu apa yang akan dibicarakan oleh istri ketiganya dan semua orang pun penasaran kecuali Binar yang ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya.

"Ini hadiah untukmu, Sayang."

Shinta memberikan sebuah kotak yang sudah dilapisi kertas kado kepada Faisal lalu mengecup pipi pria itu dengan mesra. Bukannya merasa cemburu seperti istri lain, Binar malah merasa jijik.

Hadiah untuk Faisal berarti hari ini adalah ulang tahun Faisal dan Binar tak punya hadiah apapun karena ia tak tahu jika hari ini ulang tahun suaminya. Tapi setelah dipikir lagi, percuma Binar memberikan hadiah ke Faisal, pria itu bisa membeli apapun dengan kekayaannya jadi tak perlu diberikan hadiah.

"Terima kasih, Shinta."

"Dibuka dong hadiahnya, Sayang."

Faisal mengangguk lalu membuka kotak tersebut dan mengeluarkan isinya. Ternyata sebuah testpack dengan dua garis biru pertanda positif, hal itu membuat Levron dan Septhi mendengus kesal karena merasa tersaingi. Sedangkan Binar ikut senang saat melihat kebahagiaan di mata Shinta saat memeluk Faisal dan mengungkapkan berita bahagia itu.

"Aku hamil, Sayang. Aku akan jadi Mama dan kamu jadi Ayah. Selamat untukmu, Sayang."

"Iya."

Berbeda dengan Shinta yang terharu, Faisal malah terlihat biasa saja, cenderung tak peduli lalu memasukkan testpack itu ke dalam kotak dan menutup kotaknya. Seakan tak mau melihat testpack itu lagi dan pergi begitu saja.

Binar tak mengerti arah pikiran suaminya hingga bersikap sedingin itu pada berita bahagia ini, ia melihat lagi ke arah Shinta yang terlihat kecewa dengan respon Faisal. Sedangkan dua istri lainnya mengejek Shinta, sepertinya akan ada pertengkaran lagi.

"Kehamilanmu bahkan tak membuat Faisal tersenyum. Menyedihkan."

"Tutup mulutmu, Septhi! Lihat saja saat anak dalam kandunganku lahir dan ternyata laki-laki, maka aku akan mengusir kalian semua dari rumah ini."

"Bermimpi itu memang menyenangkan, Shinta. Tapi jangan lupa untuk bangun atau kau akan terjatuh."

"Bilang saja kau tak suka pada kehamilanku, Levron. Hal itu karena kau tidak bisa memberikan penerus kekayaan Faisal karena anakmu perempuan."

"Kurang ajar!"

Shinta, Levron, Septhi saling adu mulut dan menghina satu sama lain. Binar yang malas melihat keributan itu memutuskan untuk kembali ke kamarnya namun saat masuk ke kamar, Binar menyesali keputusannya karena melihat suaminya sudah berbaring di atas kasur.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 13 September 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang