Bab -62-

32.8K 4.5K 2K
                                    

"Puluhan tahun aku simpan rahasia ini demi keluargaku, puluhan tahun aku hidup dengan identitas orang lain, puluhan tahun aku duduk di kursi roda, puluhan tahun aku menderita, tapi perjuanganku tak pernah dihargai oleh keluargaku."
-Berlin Swastika-

Yang kemarin minta double up, angkat tangan.

Aku wujudkan permintaan kalian dan aku panjangin di part ini.

Mau double up lagi?

TARGET: 2 RIBU KOMEN.

Ayo komen, biar target terpenuhi lagi dan aku double up.

MULAI DARI PART INI, NAMA BINAR DIGANTI BERLIN YA.
...............................

Sudah Berlin putuskan untuk jujur pada Faisal mengenai kondisinya yang sebenarnya karena Berlin sudah lelah dengan semua kebohongan ini, ia tak ingin ada kebohongan lagi dalam hidupnya, terlebih ia sering diselimuti rasa takut jika nanti ia terlambat jujur pada Faisal sehingga Faisal mendengar kebenaran mengenai kondisinya dari orang lain, terutama Septhi yang sekarang menjadi musuh keluarga ini.

Saat ini, Berlin sedang duduk di balkon kamarnya bersama Elis yang menemaninya. Ia sedang membicarakan niatannya untuk jujur kepada Faisal dan meminta pendapat Elis.

"Menurutmu, bagaimana reaksi Faisal saat tahu selama ini aku membohonginya mengenai kondisi kakiku dan identitasku?"

"Tuan Faisal mungkin akan marah dan kecewa, Nona. Namun Tuan Faisal sangat mencintai Nona, jadi Tuan Faisal pasti akan memaafkan Nona."

"Tapi bagaimana jika dia tak memaafkan aku?"

"Jangan berpikir seperti itu, Nona. Jika Tuan Faisal mencintai Nona maka Tuan akan menerima Nona dan memaafkan Nona."

Mendengar jawaban Elis membuat Berlin merasa lega walaupun rasa cemas itu masih ada di hatinya. Elis pun pamit undur diri karena ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, Berlin pun membiarkannya dan kini hanya Binar sendirian di balkon. Berlin bicara pada dirinya sendiri untuk meyakinkan dirinya kembali dan menguatkan dirinya.

"Kau pasti bisa melakukan ini, Berlin. Kau tak bisa hidup selamanya dengan identitas Mendiang Kakakmu, kau harus mengungkap kebenaran ini. Apapun konsekuensi dari terungkapnya kebenaran ini, kau harus siap menanggungnya dan tegar menjalaninya."

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Sebelum mengungkap kebenaran pada Faisal. Berlin telah memutuskan untuk mengungkap kebenaran kepada mamanya dan seluruh anggota keluarganya karena ia tak mau lagi memakai identitas mendiang kakaknya. Ia ingin menjadi dirinya sendiri.

Dimulai dengan kedatangannya ke rumah tanpa menggunakan kursi roda. Ia berjalan masuk ke rumah dan beberapa pekerja yang melihat ia berjalan, tampak terkejut bahkan sampai melongo seketika.

Ia berusaha tak mempedulikan mereka dan terus berjalan. Sepertinya takdir mendukung niatnya karena mamanya berada di ruang tamu sehingga ia tak perlu menghampiri mamanya.

"Mama."

Cukup sekali panggilan, mamanya langsung menoleh ke arahnya dan langsung berdiri untuk menghampirinya dengan raut wajah bahagia karena belum menyadari bahwa ia sedang berdiri, bukan duduk di kursi roda.

"Binar, apa kabarmu? Mama sangat merindukanmu, kenapa tidak memberitahu jika ingin datang ke rumah? Mama kan bisa masak lebih dulu untuk ...

"Aku bukan Binar. Aku Berlin, Mama."

Berlin langsung memotong ucapan mamanya dengan nada pelan dan bergetar. Mamanya sontak melepaskan pelukan tersebut dan mundur dua langkah darinya, terlihat terkejut dengan pengakuan yang ia buat, terlebih saat menyadari jika ia sedang berdiri saat ini.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang