Bab -8-

52.2K 3.8K 14
                                    

Suatu kehormatan bisa dibawa ke Kantor oleh Faisal
Namun perempuan itu malah menolak
Dasar bodoh!
-Levronka Messya-

Pagi hari yang cerah, Binar terbangun dan tak menemukan suaminya di sampingnya, mungkin Faisal marah dengan ucapannya dan keluar dari kamar. Namun suara air mengalir mengubah pemikiran Binar akan keberadaan suaminya. Berarti suaminya sedang mandi di kamar mandi saat ini.

Tak lama kemudian Faisal keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang melilit bagian pinggang sampai paha. Jika di novel atau film romantis, sang perempuan akan merona melihat penampilan seksi sang pria, dan sang pria menggoda perempuan tersebut, berbeda dengan kisah nyatanya. Binar tampak biasa melihat Faisal dan berusaha naik ke atas kursi roda. Sedangkan Faisal mencari pakaian kerjanya yang sudah ditaruh pelayan semenjak kedatangan Binar.

"Apa kegiatanmu hari ini?"

"Tidak ada."

"Apa?"

"Tidak ada."

Binar memutar mata jengah saat harus mengulang jawabannya dua kali karena suaminya tidak mendengar dengan jelas. Sedangkan Faisal menatap tak percaya ke arah istri keempatnya yang sangat berbeda dengan tiga istri lainnya yang suka bersosialisasi di luar dan punya banyak kegiatan.

"Jangan katakan seharian kau akan berada di rumah ini saja."

"Lebih tepatnya di kamar ini."

"Sehampa itu hidupmu, Binar? Kau hanya kehilangan kakimu, bukan kehilangan hidupmu."

"Aku tak mau membicarakan hal ini, Faisal. Stop bersikap seakan kau peduli padaku."

"Aku akan tetap membicarakan ini sampai kau berubah, Binar. Hidupmu masih panjang dan kau mau menghabiskannya dengan berdiam diri saja?"

Tangan Binar mengepal kuat saat mendengar ucapan suaminya. Tanpa perlu dijelaskan oleh Faisal, ia juga tahu bahwa hidupnya sehampa itu, hidupnya tak memiliki warna lagi, ia juga ingin mengubah hidupnya namun tak bisa.

"Kau tidak lumpuh, Faisal. Kau sempurna, kau tidak tahu bagaimana rasanya malu saat keluar rumah, bagaimana orang-orang menatapmu seakan kau hanya bisa menyusahkan orang lain, dan bagaimana semua orang menjauhimu. Kau tidak tahu itu, Faisal."

Sudah cukup pembicaraan ini, Binar buru-buru masuk ke kamar mandi setelah mengambil pakaian ganti di lemari, ia tak mempedulikan panggilan Faisal karena ia sudah muak membicarakan soal kekurangannya.

Binar pikir setelah selesai mandi maka Faisal tak ada lagi di kamarnya, namun ia salah. Suaminya masih berada di ruangannya dan langsung menghampirinya saat ia keluar dari kamar mandi.

"Kau tidak berangkat kerja?"

"Masih ada waktu sejam lagi."

"Kau tidak sarapan?"

"Aku menunggumu, ayo sarapan."

Entah bagaimana bisa keduanya melupakan pertengkaran sesaat dan kembali bersikap biasa saja pada satu sama lain seakan tak ada pertengkaran sebelumnya. Binar pun bisa bernafas lega karena Faisal memutuskan tak mengungkit hal itu lagi. Ia pun mengangguk setuju dan membiarkan suaminya mendorong kursi rodanya menuju ruang makan.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

"Hari ini Binar akan ikut aku ke kantor."

"Apa?! Kita tidak pernah membicarakan ini sebelumnya, kenapa kau langsung mengambil keputusan seperti itu?"

Di saat ketiga istri Faisal merasa iri dan cemburu karena ini pertama kalinya Faisal akan membawa salah satu istrinya ke kantor, Binar malah protes dan tak suka dengan keputusan Faisal.

Sedangkan Faisal hanya diam dan tak merespon protes yang diucapkan istri keempatnya, Faisal malah lanjut makan dengan santainya.

"Faisal, aku bicara padamu."

"Kalau Binar tak mau diajak, aku saja yang kau ajak, Faisal."

Levron langsung mengatakan hal itu untuk mengambil kesempatan emas yang ditolak oleh Binar. Kedua istri lainnya pun tak mau kalah dan membujuk Faisal agar mereka saja yang ikut ke kantor. Bisa ikut Faisal ke kantor dan dikenalkan dengan semua pekerja sebagai istri Faisal adalah sebuah kehormatan besar dan berarti spesial, namun Binar tak peduli dan tak menginginkan kehormatan itu.

"Sayang, aku juga mau ikut. Aku sedang hamil dan mungkin ini keinginan bayi kita."

"Ajak aku saja, Faisal. Aku akan sangat senang bisa menemanimu ke Kantor."

"Berhenti bicara semuanya. Keputusanku tetap yaitu Binar yang ikut ke Kantor, bukan yang lain."

"Tapi aku tidak mau, Faisal. Yang lain mau ikut denganmu, lalu kenapa aku?"

"Karena kau tak punya kegiatan lain di rumah. Kau bisa gila lama-lama jika terus berdiam diri di rumah dan merasa sepi karena sendirian."

Jawaban Faisal mengundang gelak tawa dari tiga istri lainnya karena merasa Faisal sedang menghina istri keempatnya. Sedangkan tangan Binar yang sedari tadi menggoyang tangan suaminya agar mengganti keputusannya pun terlepas dan diam mematung sambil menatap tak percaya jika suaminya bisa mengatakan hal sekejam itu padanya.

"Aku memang cacat fisik, Faisal. Tapi aku tidak selemah itu hingga akan mengalami cacat mental."

Binar menatap suaminya dengan tatapan sakit yang terlihat jelas di matanya lalu pura-pura lanjut makan padahal ia sudah tak nafsu makan. Sedangkan yang lain pun lanjut makan, begitu pun dengan Faisal. Bahkan suaminya tak meminta maaf karena sudah menghinanya di depan ketiga istri lainnya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 13 September 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang