Bab -41-

44.4K 4.8K 279
                                    

"Jati diriku adalah sebuah bayangan dari dirimu."
-Berlin Swastika-

Banyak yang bilang kok sedikit part-nya, padahal nyatanya jumlah katanya sama, jadi sengaja aku lebihkan jumlah kata pada part ini.

TARGET: 1,5 ATAU 1500 VOTE, LANGSUNG UPDATE.
............................

Semua orang sontak menoleh ke asal suara tersebut dan ternyata orang itu adalah Septhi yang kini mengangkat sebuah buku tebal. Mata Binar sontak melotot karena terkejut diary miliknya ada pada Septhi. Ia langsung menggerakkan kursi rodanya hingga Elis melepaskan tangan dari kursi rodanya.

Setelah sampai di depan Septhi, Binar langsung merebut paksa buku diary tersebut dan untungnya Septhi tidak menahan buku tersebut. Terlihat sekali bahwa Binar sangat kesal dengan tingkah Septhi yang menurutnya sudah kelewat batas kali ini.

"Apa kau tak punya sopan santun lagi, Septhi?! Kau mengambil barangku tanpa izin!"

"Kau seharusnya tidak melakukan hal ini, apapun alasannya."

"Kenapa kau mengambil diaryku?! Apa kau sudah membaca isinya?!"

Semua orang kembali dibuat terkejut lagi dengan tingkah Binar yang memarahi Septhi padahal Binar dikenal baik, lemah lembut, dan pemaaf. Terlebih barang yang mereka kira adalah barang mewah, ternyata hanya sebuah diary biasa. Rasanya terlalu berlebihan reaksi Binar. Faisal pun datang untuk menengahi keduanya sebelum bertengkar hebat.

"Binar sudah cukup, ini masalah sepele. Yang terpenting barangmu sudah ditemukan. Mungkin saja kau menaruhnya sembarangan dan Septhi tak sengaja menemukannya."

"Ini bukan masalah sepele! Ini tentang privasiku, hal yang hanya boleh aku pegang dan aku miliki. Orang lain tak berhak memegang dan memilikinya. Kenapa jika menyangkut diriku maka kau begitu menyepelekannya, Faisal? Apa karena aku cacat sehingga kalian pikir aku tidak bisa marah dan melawan saat privasiku diusik?!"

Binar yang tak menyangka jika diarynya berada di tangan Septhi menjadi panik dan memeriksa diarynya, namun saat Faisal hendak melihat isi diarynya, ia langsung menutup diary tersebut dan menggerakkan kursi rodanya lalu masuk ke dalam kamar.

Faisal yang melihat perilaku Binar menjadi semakin penasaran dengan isi diary tersebut yang sepertinya sangat rahasia sampai membuat Binar semarah. Faisal hendak bertanya pada Septhi tentang isi diary tersebut namun Septhi langsung pergi menyusul Binar dan menutup pintu seakan hanya mereka berdua yang boleh mendengar pembicaraan tersebut.

"Kalian bubar dan kerjakan tugas masing-masing, masalah sudah selesai."

"Baik, Tuan."

Para pekerja yang tadi dikumpulkan Binar akhirnya membubarkan diri. Tersisa Faisal yang masih menatap pintu kamar Binar, ingin rasanya masuk dan mendengar pembicaraan di antara kedua istrinya namun saat ingat kemarahan Binar akan privasi membuat ia memutuskan menekan rasa penasarannya dan masuk ke kamarnya sendiri.

Faisal tak mau menambah masalah lagi dengan membuat Binar marah. Kejadian tadi membuat ia sadar bahwa ia belum mengenal sepenuhnya sosok Binar.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

"Kenapa kau masuk ke kamarku? Keluar, Septhi."

Binar langsung mengusir Septhi dengan kata-kata bernada datar setelah mengunci laci dimana ia meletakkan lagi diary tersebut. Septhi tak menurut dan malah berjalan ke arah Binar lalu duduk di pinggir kasur, tepat di hadapan Binar.

"Kenapa kau tidak pernah mengatakan semua kebenaran tersebut? Kenapa kau menyembunyikannya dari semua orang dan membiarkan orang-orang merendahkanmu?"

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang