Bab -44-

42.7K 4.5K 194
                                    

"Keluarga ini memiliki kisah kelam dibalik keharmonisannya."
-Aruna Swastika-

TARGET: 1,8 ATAU 1800 VOTE, LANGSUNG UPDATE.
..............................

Esok hari pun tiba, Faisal, Binar, dan Septhi sudah siap untuk berangkat ke rumah keluarga Binar. Septhi yang mendorong kursi roda Binar berbisik di telinga Binar.

"Kau harus kuat."

"Terima kasih, Septhi."

Akhirnya keduanya ikut masuk ke dalam mobil setelah Faisal masuk. Binar. Mereka tidak memakai supir sehingga Faisal yang menyetir, Septhi tadinya ingin membantu Binar naik ke kursi depan, di samping Faisal, namun Binar menolak karena ia ingin duduk di kursi belakang sendirian. Alhasil Septhi yang duduk di kursi depan. Selama perjalanan hanya ada keheningan, Faisal fokus menyetir tanpa menyadari kecemasan Septhi untuk Binar dan rasa gugup Binar.

Sesampainya mereka di sana, mereka disambut oleh keluarga Binar yang sudah menunggu kedatangan mereka.  Lefi, adik Binar langsung berlari memeluk kakaknya dengan senyuman lebar lalu mengambil alih kursi roda Binar. Terlihat sekali bahwa remaja perempuan itu sangat bahagia dengan kehadiran kakaknya dan sangat merindukan kakaknya. Sedangkan orang tua Binar menyambut kedatangan Faisal dan Septhi.

"Kau tidak pernah datang mengunjungi kami setelah menikah, bahkan kau semakin jarang meneleponku, padahal aku sangat merindukanmu dan ingin bertemu denganmu."

"Jangan bersikap manja, Lefi. Kau sudah kuliah sekarang, jadi harus lebih dewasa."

Lefi memutar mata jengah melihat kakaknya yang sangat serius bahkan sulit mengekspresikan perasaannya. Namun walau begitu ia tetap berbicara pada kakaknya dan mengantar kakaknya masuk ke dalam.

"Aku tak pernah melihat Kak Berlin karena dia meninggal sebelum aku lahir. Tapi aku bisa melihat wajahnya darimu. Kalian kembar yang sangat serasi."

Ucapan itu spontan keluar dari bibir Lefi saat melihat foto Berlin yang berukuran besar dipasang di dinding khusus untuk acara ini. Bahkan Faisal yang hanya tahu Berlin adalah saudari Binar tidak menyangka jika ternyata Berlin merupakan saudari kembar juga. Awalnya ia terkejut dengan foto gadis kecil yang sangat mirip dengan Binar bahkan ia sampai bertanya pada ayah Binar yaitu Jacob Swastaro.

"Foto Berlin mirip sekali dengan Binar saat dewasa, apa mereka kembar?"

"Iya, Berlin adalah adik kembar Binar. Apa Binar belum memberitahumu soal ini?"

"Belum, mungkin dia lupa."

Faisal mencoba bersikap biasa saja karena tak mau Jacob tahu kehidupan pernikahannya dengan Binar. Jujur ia kecewa karena hal sebesar ini disembunyikan Binar dari dirinya, padahal ia berharap bisa semakin dekat dan mengenal Binar namun sepertinya sangat sulit.

Di sisi lain Binar tetap diam dan tak merespon ucapan adiknya. Ia fokus menatap foto tersebut hingga tak sadar meneteskan air mata. Lefi yang melihat kakaknya menangis akhirnya menghapus air mata kakaknya dan kembali memeluk kakaknya membuat Binar tersadar dari lamunannya.

"Aku tahu ini sulit untuk Kakak terima, kematian Kak Berlin adalah hal yang menyakitkan bagi semua tapi Kakak harus tegar dan kuat. Kak Berlin sudah tenang di Surga, dia pasti sedang tersenyum saat ini melihat kita sedang berkumpul untuk mendoakannya."

"Berlin belum meninggal, jaga ucapanmu."

Lefi menganggap ucapan kakaknya sebagai rasa sakit karena tak sanggup kehilangan kembarannya karena pasti batin dua saudari itu terhubung pada satu sama lain.

"Lebih baik kita duduk dan bergabung dengan yang lain."

Binar hanya mengangguk lalu mereka pun duduk di sofa dan bergabung bersama orang tua mereka, Faisal, dan Septhi yang sedang berbicara.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang