Tak perlu mempunyai anak untuk tahu bagaimana cara memperlakukan anak kecil, hanya diperlukan hati nurani untuk memperlakukan anak kecil
-Binar Swastika-Beberapa hari tinggal di rumah Faisal, Binar baru tahu ada tradisi kumpul bersama dimana semua anggota keluarga yang terdiri atas suaminya, istri-istri dan anak-anak suaminya harus berada dalam satu ruangan yang sama pada waktu yang ditentukan dan jika tak hadir maka akan diberikan hukuman. Tak ada alasan untuk tidak hadir kecuali sakit. Menurut Elis, pelayan pribadi Binar, acara ini sudah ada semenjak Faisal mempunyai dua istri yaitu Levron dan Septhi, berarti tiga tahun lalu.
Acara ini dibuat untuk memperkuat hubungan antara keluarga atau mungkin lebih tepatnya agar istri Faisal tidak saling bertengkar lagi walaupun menurut Binar, acara ini tidak bermanfaat.
Bukannya saling membicarakan soal hubungan keluarga atau menceritakan kisah masing-masing, semua orang malah sibuk dengan kegiatan masing-masing, walaupun raga mereka di ruang keluarga namun pikiran mereka entah sudah melayang kemana.
Faisal sibuk dengan laptop di pangkuannya, Levron sibuk dengan ponselnya, Septi sibuk dengan majalah fashion, Shinta sibuk memakan cemilan sambil menonton televisi, dua anak Faisal sibuk bermain boneka. Hanya Binar yang diam karena tak tahu mau melakukan apa. Acara keluarga macam apa ini?
Rasanya Binar ingin segera masuk ke kamarnya dan tidur saja di kamarnya dari pada berada di ruang tamu bagai orang bodoh dan tak ada kegiatan. Namun ia tak bisa melakukan itu karena Faisal sudah mengancam dengan hukuman.
"Sayang, malam ini kamu tidur di kamar aku ya, kasihan calon anak kita mau dekat sama Ayahnya."
"Engga bisa, Shinta. Sesuai peraturan, selama sebulan aku akan berada di kamar istri baru."
Baru saja Binar merasa senang dengan permintaan manja Shinta namun rasa senang itu langsung lenyap saat mendengar jawaban suaminya.
"Kamu tega mengacuhkan calon anak kita?"
"Bukan begitu, Shinta. Dibuatnya peraturan untuk dipatuhi, lagi pula jika aku menuruti permintaan kamu maka aku akan berbuat engga adil pada Binar."
"Engga kok, aku setuju. Aku ikhlas jika kamu ada di kamar Shinta. Saat ini Shinta sedang hamil, ibu hamil harus sering berdekatan dengan suaminya."
Senyum lebar langsung menghiasi wajah Shinta saat mendengar ucapan Binar. Sedangkan Binar langsung menunduk saat mendapat tatapan tajam dari suaminya padahal ia hanya memberi jawaban.
"Binar saja sudah setuju, terus apalagi alasan kamu?"
"Shinta, jangan manja seperti ini. Kamu bukan istri pertama yang mengandung anak aku, aku sudah punya dua anak sebelumnya jadi jangan merasa spesial."
Perempuan mana yang tak sakit hati saat menginginkan sesuatu malah dihina oleh suaminya? Binar tahu apa yang dirasakan Shinta setelah mendengar jawaban Faisal, istri ketiga suaminya itu langsung diam dan tak lagi memohon. Sedangkan dua istri Faisal lainnya malah tersenyum mengejek. Lingkungan seperti ini tidak baik untuk perempuan hamil.
"Mama, lihat boneka aku, boneka aku sudah didandani, cantik ga?"
"Ehm."
Anjani yang tadinya dengan riang dan semangat menunjukkan boneka beruang nya yang sudah diganti baju dan diberi topi kepada mamanya langsung cemberut saat melihat respon mamanya yang terlihat tak peduli. Ia pun jadi malas bermain boneka lagi dan membuang boneka itu.
"Anjani benci bonekanya!"
"Anjani! Jaga sikapmu! Ambil boneka itu!"
Semua orang terkejut dengan teriakan penuh amarah dari Faisal. Faisal melotot ke arah puterinya yang bersikap tak sopan dengan berteriak padahal ada orang yang lebih tua, terlebih puterinya membuang begitu saja boneka tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...