Bab -7-

53.5K 4K 45
                                    

Di rumah ini
Kehamilan dijadikan ajang menguatkan posisi sebagai istri Faisal
-Septhi Primitya-

Sepertinya melihat pertengkaran tiga istrinya lebih baik dari pada satu kamar dengan suaminya.

Namun Binar tak bisa keluar dari kamar karena Faisal sudah memerintahkannya mendekat dengan gerakan jarinya.

"Aku sudah menunggumu dari tadi."

Faisal mengangkat tubuhnya lalu memangku tubuhnya dan mencium lehernya dengan tertubi-tubi serta meninggalkan jejak di lehernya. Binar berusaha menghentikan Faisal namun pria itu tak mau berhenti.

"Kenapa kau ada di kamarku? Kau punya empat istri dan seharusnya kau adil pada keempatnya. Lagi pula Shinta sedang hamil, dia butuh perhatian dan kehadiranmu di dekatnya."

"Jangan banyak bicara, Binar. Nikmati saja."

"Aku lelah, Faisal. Rasanya masih sakit."

"Aku tidak mau mendengar penolakan apapun."

Binar hanya bisa menghela nafas pasrah saat Faisal merobek pakaiannya, ia sudah berusaha menghentikan Faisal namun pria itu tak mau mendengarkan.

Malam itu Faisal kembali menidurinya namun Binar akui tak sesakit kemarin, mungkin karena perlahan Binar sudah terbiasa tidur dengan Faisal. Setelah Faisal selesai dan sudah tertidur pulas, Binar pun membuka laci dan mengambil pil-pil yang merupakan obat pencegah kehamilan yang dibelikan Elis atas perintahnya. Pendapat dan respon Faisal tentang anak membuat Binar semakin yakin untuk tidak memiliki anak dari pria itu.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Binar terpaksa keluar dari kamar di tengah karena merasa lapar tiba-tiba, mungkin karena pergumulan bersama Faisal telah menguras habis tenaganya. Ia menggerakkan kursi rodanya ke arah dapur dan berniat mengambil beberapa cemilan. Saat hendak keluar dari dapur, Binar berpapasan dengan Septhi yang sepertinya ingin mengambil air minum, terlihat dari botol minum yang dipegang perempuan itu.

"Permisi."

Binar tak ingin berlama-lama di dapur terlebih ada istri kedua suaminya, namun Septhi tak mau menyingkir dari pintu dan tetap menghalangi pintu dengan senyum miring di bibirnya.

"Shinta sudah mengamankan posisinya sebagai istri Faisal dengan kehamilannya. Selanjutnya posisimu yang terancam."

"Aku tak pernah memikirkan tentang posisi di rumah ini."

"Oh ya? Aku tidak percaya. Perempuan cacat sepertimu tidak punya kelebihan untuk bertahan, jika kau tak punya anak juga, maka kau pasti akan tersingkir. Sama halnya dengan dua istri Faisal yang dulu."

"Apa? Faisal punya dua istri lain?"

Binar merasa terkejut mendengar ucapan Septhi, ia pikir hanya ada empat istri Faisal termasuk dirinya. Ternyata pria itu lebih mesum dari yang ia pikir. Sedangkan Septhi hanya mengangguk sebagai jawaban lalu lanjut bicara.

"Pasti Faisal tak memberitahu mu soal hal itu karena kau tak dianggap penting olehnya. Istri pertama Faisal bernama Ratih, dia diceraikan karena tak mau di madu oleh Faisal yang ingin menikah dengan Levron. Lalu istri keempat Faisal diceraikan karena Faisal ingin menikahimu dan menurut agama hanya boleh menikah sebanyak empat kali. Istri keempat Faisal bernama Sahira, dia mandul jadi dianggap tak berguna oleh Faisal. Seperti Sahira, begitulah nasibmu ke depannya."

Bukannya merasa takut atau khawatir perkataan Septhi akan terwujud, Binar malah berdoa semoga hal itu terjadi karena ia ingin cepat pisah dari Faisal. Ia tak tahan dengan sikap tak setia pria itu. Faisal adalah tipe pria yang jauh dari pria idaman Binar. Binar tak pernah ingin punya pria tampan dan kaya. Ia hanya ingin memiliki pria yang baik, mencintainya dengan tulus, setia, dan lembut. Sehingga Binar tak masalah hal itu terjadi.

"Sudah selesai bicaranya? Kalau begitu aku ingin keluar."

Septhi mendengus kesal dengan respon Binar yang tak sesuai dengan keinginannya, namun ia menyingkir dari pintu sehingga Binar bisa keluar. Binar pun menggerakkan kursi rodanya menuju ke kamar dan meninggalkan Septhi sendirian di dapur.

Di dalam kamar, Binar memakan cemilannya sambil menatap wajah suaminya yang sedang tertidur. Ia membayangkan betapa sedihnya Ratih dan Sahira yang diceraikan hanya karena nafsu suaminya yang mirip dengan nafsu binatang.

"Belum tidur?"

"Belum, tadi aku lapar."

Tiba-tiba saja suaminya terbangun dan membayarkan lamunannya. Faisal pun mengubah posisinya menjadi duduk lalu menatap Binar dengan raut wajah datar.

"Kau tak bisa berjalan lagi seumur hidupku?"

"Tidak."

"Sudah mencoba berobat ke dokter terbaik? Aku punya banyak kenalan dokter terbaik untuk membuat kakimu kembali berjalan."

"Percuma. Aku pun tak mau berjalan lagi."

"Kenapa?"

Faisal tak habis pikir dengan istrinya yang menolak kesembuhan, ia pun jadi menyesal karena sempat merasa kasihan pada istri keempatnya ini. Sedangkan Binar sebenarnya risih membahas tentang fisiknya namun ia tetap menjawab setiap pertanyaan Faisal karena takut pria itu marah lagi.

"Mimpi dalam hidupku hanya satu yaitu jadi atlet lari. Kalau pun aku sudah bisa berjalan lagi, tapi aku akan tetap kesulitan berlari dan Negara tak menerima atlet lari yang punya masalah pada kakinya baik di masa lalu maupun masa sekarang."

"Kau terlalu terobsesi pada lari sehingga melupakan hal lain, kata Ayahmu dulu kau suka melukis. Kenapa tidak lanjut melukis?"

"Tidak perlu mengajari ku tentang apa yang harus aku lakukan. Kakiku yang lumpuh itu masalahku, keinginanku jadi atlet itu adalah keinginanku, kau tidak sepenting itu hingga bisa mencampuri masalahku dan keinginanku."

Binar memutuskan berhenti makan cemilan walaupun masih lapar, ia pun langsung naik ke tempat tidur dengan usaha sendiri lalu berbaring di kasur dan membelakangi Faisal. Binar tak suka saat orang lain menasehatinya atas landasan kasihan.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 13 September 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang