"Sulit untuk orang mengerti bahwa dirinya jatuh cinta dan cemburu, hal itu karena terhalang ego yang besar."
-Faisal Khasan-Banyak banget silent readers di lapak 'Istri Terakhir' jadi aku buat target untuk update selanjutnya.
600 VOTE, LANGSUNG UPDATE.
.........................Berhari-hari sudah berlalu semenjak Faisal pulang dari rumah sakit. Saat ini Binar sedang berada di perpustakaan dan melayani para pengunjung yang hendak meminjam atau membeli buku. Sedangkan Elis sedang membantu para pengunjung yang kebingungan mencari buku. Ada barisan cukup panjang yang mengantri untuk meminjam dan membeli buku. Hingga akhirnya di barisan terakhir ada seorang pria berpakaian kasual membawa satu buku sejarah dengan halaman yang tebal dan dua buku non fiksi lainnya.
"Saya ingin membeli tiga buku ini, berapa totalnya?"
"Baik, tunggu sebentar, Pak."
Binar mengambil buku yang diletakkan di atas meja lalu mulai mengetik di komputer dengan cepat. Tanpa ia sadari pria di depannya yang hanya terbatas meja kasir terus menatap wajahnya.
"Cantik."
"Apa, Pak?"
Binar yang tadi fokus mengetik tak terlalu fokus saat mendengar pria itu berbicara sehingga ia menatap ke arah pria itu, barang kali ada yang dibutuhkan oleh pria itu lagi.
"Bukan apa-apa."
"Baik, totalnya tiga ratus ribu rupiah, Pak."
"Ini."
Pria itu menyerahkan uang cash pada Binar dengan total sesuai harga sehingga tak ada kembalian dan antrian pun berakhir. Binar bisa menghela nafas lega dan merenggangkan otot tangannya yang lelah setelah mengetik sedari tadi. Ia pun memeriksa buku keuangan untuk melihat pemasukan hari ini, namun ia dibuat bingung saat menyadari pria tadi masuk diam di tempat.
"Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?"
"Boleh berkenalan?"
Binar tak menyangka jika pria ini akan mengulurkan tangannya ke hadapan dirinya. Ia yang tadinya ingin menolak pun jadi tak enak hati dan menjabat tangan pria itu untuk sekedar berkenalan.
"Binar."
"Arman."
Binar hanya mengangguk lalu melepas pegangan tangan. Ia merasa canggung berhadapan dengan pria ini, ingin mengusir namun tak sopan, untungnya ada pengunjung lain di belakangnya sehingga ia bisa mencari alasan.
"Maaf, Pak. Tapi ada barisan lain di belakang jika tak ada kepentingan lagi, bisa minggir dulu."
"Oh ya, maaf. Permisi."
"Iya."
Pria itu akhirnya pergi dan Binar kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Ia senang karena hari ini banyak pengunjung pertanda banyak yang menyukai perpustakaan sekaligus toko bukunya. Hingga tak terasa waktunya jam istirahat pun tiba. Ia dan Elis pergi makan siang ke kafe dekat sini seperti biasa namun saat baru keluar dari perpustakaan, Binar dibuat terkejut dengan keberadaan pria bernama Arman tadi yang menunggu di parkiran, sedangkan Elis bingung saat ada pria yang menghampiri mereka dengan senyum manis di bibirnya.
"Anda belum pulang?"
"Belum, saya menunggu kamu. Saya mau mengajak kamu makan siang, apa kamu bisa?"
Binar mulai paham gelagatan Arman yang sepertinya ingin menjalin hubungan dengannya, ia pikir setelah melihat kondisinya tak ada pria mana pun yang mau mendekatinya, tapi Arman yang menurutnya tampan dan sepertinya kaya raya karena dilihat dari penampilannya, tetap mau mendekatinya. Namun sudah terlambat karena ia sudah menjadi istri pria lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...