19

2.3K 178 2
                                    

Happy reading


































Sana sedang mencuci piring menggantikan jieun. Awalnya jieun menahan sana agar tidak masuk ke rumahnya tapi sana terus memaksa demi bertemu dengan joongin ayahnya.

Akhirnya jieun mengeluarkan otak licik nya, mengizinkan sana masuk dengan syarat membereskan rumahnya yang berantakan, sana pun akhirnya setuju.

Jieun dan yeji sedang sibuk makan cake di meja, lihat dua macan betina ini tadi menghina sana tapi tentengan dari sana tetap di makan juga.

"Ma, bukan kah sana menikah dengan pria kaya, kenapa masih bekerja di cafe kecil itu?" tanya yeji yang melihat seragam cafe tempat sana bekerja.

"Ya begitulah namanya juga perempuan munafik, muka dua. Kerja di cafe pasti cuman pengen di puji orang lain doang. Istri kaya raya yang sederhana."

"Cih benar, mah. Munafik!"

Hyunjin baru saja menuruni anak tangga melihat jieun dan yeji sedang menyuapkan cake ke mulutnya lalu beralih menatap sana yang sedang mencuci piring.

"Kemari hyunjin. Makan disini," Panggil jieun

Hyunjin acuh , ia melengos begitu saja melewati jieun dan yeji untuk menghampiri sana

"Dasar anak itu!" jieun menggelengkan kepala dengan sikap dingin hyunjin.

Hyunjin mengambil gelas untuk menuangkan air.

"Apa kau baik baik saja?" Tanya hyunjin kepada sana

Sana yang sedang mencuci piring memandang hyunjin

"Kau bertanya tentang keadaanku jin?" hyunjin mengangguk, Sana tersenyum.

"Makasih. Baru kali ini ada yang perduli denganku di rumah ini."

"Maaf," ucap hyunjin.

Sana mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

"Karena baru sekarang aku berani menanyakan kabarmu. Sebenarnya aku selalu menanyakan kabarmu, tapi di dalam hatiku saja. Aku terlalu malu untuk menanyakan langsung, mengingat kau membenciku."

"Kalau saja aku menanyakan kabarmu secara langsung setiap hari, kau tidak akan menerima perjodohan itu dan akan tetap berada di rumah ini bukan? Kau menerima perjodohan itu karena merasa di rumah ini kau diasingkan oleh semua orang, termasuk papa. Iya kan?"

Sana ternganga kenapa sikap hyunjin yang terkenal dingin ini berubah 180°. Kemana hyunjin yang tidak pernah mau ikut campur dengan urusan keluarga di rumah ini, kemana hyunjin yang hanya diam ketika satu rumah beradu mulut, kemana hyunjin yang lebih suka bermain game dari pada berbicara dengan orang orang di rumah ini.

Sikap hyunjin benar benar membuatnya terkejut, bahkan ucapan adiknya terdengar begitu tulus dengan nada penyesalan di dalamnya. Benarkan hyunjin menyesal karena tidak bisa bertanya langsung keadaan dirinya atau ini hanya akting seperti mama, yeji dan Ayahnya.

Sana memegang kedua bahu hyunjin. "K-kau, kau benar hyunjin?"

"Iya...Kakak." Sana kembali membulatkan mata. Panggilan kakak pertama kali terdengar jelas di telinganya, dari dulu yeji dan hyunjin tidak pernah memanggilnya kakak.

Sana mulai berkaca kaca, begitupula dengan hyunjin. Cairan bening mulai membasahi pipi sana, rasa sakit di dalam dadanya terasa terangkat walaupun hanya setengah. Terangkat dengan panggilan kakak yang keluar dari mulut adik laki lakinya ini.

Sana tidak bisa menahan lagi, ia memeluk hyunjin. Begitu pula dengan hyunjin, ia memeluk sana dengan erat seraya terisak.

"Aku tidak pernah membencimu, hyun. Jangan pernah berfikir aku membencimu."

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang