31

2.3K 191 6
                                    

Happy reading

































Sekitar pukul sepuluh malam dahyun perlahan beranjak dari kasur setelah melihat sana tidur terlelap. Ia menyelimuti tubuh istrinya itu sebelum keluar.

Dahyun segera turun ke halaman. Ia melihat woojin and the geng, Pak lee, Sekretaris son, jeongyeon dan sinb yang tidak tau kapan mereka datang ke mansion.

Jeongyeon dan bangchan memegang seorang pria yang berhasil di ikat tangan nya ke belakang. Satu pria tergeletak tak bernyawa di halaman mansion dengan luka tembak di lehernya.

"Siapa dia?" tanya dahyun

"Anak buah Drakness," jawab jeongyeon

Dahyun tersenyum sinis ke arah pria itu. Pria itu memberikan tatapan permusuhan kepada dahyun

"Jangan melihatku seperti itu!! Kau lah yang menghampiri kematianmu sendiri dengan masuk ke mansion ku!!"

"Sekarang, katakan dimana markas Drakness berada?!"

Pria itu tidak menjawab ia masih terus menatap tajam dahyun

"Katakan sekarang!!"

BUGH

Dahyun menendang wajah pria itu sampai tersungkur ke belakang. "KATAKAN SIALAN!!"

Jeongyeon dan bangchan membantu pria itu kembali duduk, darah keluar dari hidungnya.

Dahyun memperhatikan wajah pria yang memandang sinis ke arahnya itu. Ia seperti merasa ada yang janggal.

Dahyun berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan pria di hadapannya.

"Buka mulutmu!!"

Pria itu masih diam menatap tajam dahyun.

"BUKA MULUTMU!!"

Karena pria itu masih bergeming dengan terpaksa dahyun membuka mulut pria itu dengan kasar.

Ia membulatkan mata.

"Di mana lidahnya?!"

Jangan tanya seberapa kaget mereka semua dengan pertanyaan dahyun. Mereka saling melirik satu sama lain dengan bingung.

"Apa kalian memotongnya?!!" teriak dahyun.

"Tidak!" jawab jeongyeon

Sinb segera berlari menghampiri satu pria yang sudah tak bernyawa itu. Ia mencoba melihat mulutnya.

"Dia juga tidak punya lidah!!" teriak sinb.

Dengan tergesa-gesa dahyun merogoh semua saku yang ada di jaket dan celana pria di depannya. Dan ia menemukan sebuah kertas putih.

...DRAKNESS...

Hai Mr Damon ... bagaimana kejutan dariku? Kau sedang mencariku bukan? Ah, aku sedang menikmati segelas teh di malam hari seraya memikirkan istrimu yang cantik itu.

Jangan memaksa anak buahku untuk berbicara karena aku sudah memotong setengah lidahnya. Dan jangan memaksa mereka menulis karena mereka hanya manusia bodoh yang tidak pandai menulis dan membaca.

Aku akan memberitahu tempatku asalkan Sana mu sudah berada dalam genggamanku.

Drakness sengaja memotong setengah lidah anak buahnya agar tidak bisa bicara dengan jelas. Mungkin itu untuk melindungi kemungkinan bocornya markas mereka.

Dahyun meremas kertas itu dengan geram sampai membuat urat-urat di tangan nya terlihat. Rahangnya mengeras dengan tatapan tajam, giginya menggertak kesal. dada nya naik turun dengan tubuh yang dikuasai amarah.

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang