32

2.2K 190 7
                                    

Happy reading

























Suasana meja makan yang penuh dengan banyak orang masih terasa hening.

Jeongyeon sedang makan Apel dengan santai, sinb sedang makan sandwich. Sekretaris son sedang minum teh.

Dan yang lain hanya diam memandangi piring mereka. Jeongyeon , sinb dan Sekretaris son tidak perduli dengan rasa canggung terhadap dahyun. Toh mereka duduk di meja makan sekarang, itu artinya mereka bebas makan apapun yang mereka mau.

Tapi untuk Pak lee, Bibi yana dan felix and the geng, mereka sangat canggung duduk di meja makan yang biasa di pakai dahyun ini.

"Kenapa diam? makanlah ...," ucap sana

"I-iya Nyonya ..." Mereka mengangguk kompak.

"Kalau tidak mau makan biar loli yang habiskan makanan kalian," ucap sinb yang loli sedang sibuk makan di bawah meja.

"Kau duluan yang ambil makanan nya," bisik jeongin menyikut felix di sampingnya.

"Tidak. Aku tidak berani ..."

"woojin kau duluan, kau yang paling tua!" jeongin kini menyikut woojin yang berada di samping kirinya.

"Kenapa aku? kau saja!!"

Jisung, bangchan dan changbin yang duduk berhadapan dengan felix dan yang lain juga sedang sibuk saling menyikut.

"Tolong ambilkan aku sandwich yang itu," bisik changbin kepada bangchan

"Hei kau pikir aku berani?! Bagaimana satu suapan sandwich itu langsung mengirim ku ke akhirat!" jawab bangchan

"Diamlah jangan banyak bicara!" bisik jisung

Tanpa mereka sadari mereka berenam jadi bahan tatapan dahyun , Sana dan yang lain. Dahyun dan yang lain bingung kenapa felix and the geng saling berbisik seperti itu.

"Apa kalian pikir aku memberikan racun di makanan ini?!" ucap dahyun

"T-tidak, Tuan," jawab felix

"Makanlah!"

Dengan perintah dahyun akhirnya mereka langsung mengambil makanan apa saja yang tersedia di meja.

"Pak lee, Bibi yana, Makanlah ..."

"I-iya, Tuan."

Sana tersenyum melihat mereka semua. Ini kali pertama untuknya makan bersama seperti ini. Dulu ketika di rumah joongi, Sana hanya di tugaskan untuk memasak saja. Setelah memasak ia akan makan sendirian di dapur.

Suara sendok dan garpuh saling bertautan, meja makan ramai dengan mereka yang saling berebut makanan. Suara tawa dan canda memenuhi ruangan.

Diam-diam dahyun tersenyum dengan tatapan haru melihat mereka. Kenapa dari dulu ia tidak berfikir untuk mengajak mereka makan bersama seperti ini. Kenapa dahyun membiarkan kesepian masuk ke hidupnya, padahal ada ratusan orang di mansion.

Kenapa ia membiarkan meja makan yang panjang ini hanya boleh di duduki oleh dirinya sendiri. Semuanya terasa sepi sebelum Sana datang mengubah suasana mansion menjadi ramai seperti sekarang.

Andai saja Sana tidak mengajak mereka makan bersama mungkin keramaian seperti ini tidak akan ada di mansion nya.

Dahyun mengalihkan pandangan ke arah sana yang sedang makan. Ia memegang tangan Sana lalu berbisik di telinga nya.

"Terimakasih," ucapnya lalu tersenyum.

Sana hanya menaikkan satu alisnya bingung. Dahyun hanya ingin berterimakasih dengan keramaian dengan keseruan makan bersama seperti ini dan ini semua terjadi karena Sana.

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang