3

3K 199 5
                                    

Happy reading













































Sesampainya dirumah ia disambut oleh tatapan tajam dari jieun , joongi dan yeji. Sementara adik bungsunya hyunjin hanya menatapnya datar.

Ia menghela nafas kasar, masalah dicafe belum selesai dan apa ada masalah baru yang sedang menunggunya?

"Kau mau kemana anak sialan?" Tanya joongi melihat Sana acuh dengan keberadaan mereka.

"Kamar. Aku lelah," jawabnya pelan.

"Beberapa jam lagi kau harus menemui tuan dahyun di restaurant yoo. Kau harus bersiap siap," ucap jieun

Sana pun berbalik suaranya meninggi. "Aku tidak akan bertemu dengannya!! Hari ini aku sudah lelah!! Bilang saja untuk bertemu besok!!"

Joongi dan jieun saling menatap, Ah anak ini memang keras kepala.

"Punya kuasa apa kau ini sampai berani mengubah waktu bertemu dengannya!!" Bentak joongi

"Aku tidak punya kuasa apapunn!! Aku tidak mengenal dia dan... Dann..." Ia berusaha menetralisir kemarahannya. "Dan aku tidak akan mau menikah dengannya!!"

Joongi bangun dari duduknya menghampiri sana

PLAKK

"Kau memang anak tidak berguna Sana!! Kau emang anak menyusahkan!!"

Suasana semakin panas, tidak ada senyuman diantara mereka. Semua saling menatap tajam terkecuali hyunjin yang sibuk dengan game nya, ia tidak tertarik dengan perdebatan keluarganya.

Nafas Sana memburu seiring kekesalannya yang meninggi ia tak mampu menjawab lagi. Hanya tangisan yang keluar dari kedua matanya, melihat itu jieun dan yeji tersenyum puas.

Akhirnya Sana pun terisak karena tak kuat lagi. "Aku... aku benar benar tidak mau hiks... menikah... kumohon hiks... Ayahh... kumohon..."

"Kemari kau!!" Sana pun ditarik kasar oleh joongi sampai tubuhnya hampir saja tersandung kakinya sendiri.

Ia dibawa ke sebuah gudang gelap di belakang rumah. Sana yang sudah tahu hukuman yang akan ia dapatkan terus meronta.

"yah... maafkan aku... aku tidak mau masuk kesana lagi... kumohon yah... aku takuttt... hiks..." Dan

BRUKHH

Joongi mendorong sana sampai keningnya menancap keras ke sudut meja yang tajam.

BRAKk

Pintupun ditutup. Sana berusaha membuka knop pintu seraya terisak memanggil Ayahnya dan ia juga menghiraukan rasa sakit dikeningnya.

Gudang yang cukup sempit dan tak ada pencahayaan sama sekali. Beberapa meja dan barang barang bekas tertumpuk disana membuat udara semakin menipis. Apalagi dengan debu yang masuk kehidungnya membuat Sana semakin kesulitan bernafas.

Ia akhirnya pasrah menyenderkan punggungnya di pintu, mengusap pelan keningnya, tangannya terasa basah walaupun tidak terlihat karena gelap tapi ia sudah pasti tahu itu darah.

Sana menghela nafas berat, ia mulai memeluk lututnya memejamkan mata dan beberapa detik kemudian tubuhnya gemetar ketakutan, keringat dingin membasahi wajahnya. Ia sesekali melihat ke kanan dan ke kiri, tak ada apapun tapi mengapa perasaannya begitu takut, mengapa ia merasa ada seseorang yang hendak menghampirinya.

"Ibu... Sana takut... t-tolong... i-ibu tolong..."

Flashback on

masa dimana sana masih berusia enam tahun seseorang mengejarnya dan Sana kecil berlari ketakutan disebuah hutan. Hutan yang gelap dengan hujan yang deras dan petir yang menggelegar membuat suasana sangat mencengkram.

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang