57

1.9K 169 28
                                    

Happy reading



















"Thankyou, Dad ..." lirih dahyun menatap pigura mendiang Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

Setelah Sana menceritakan masa kecilnya bersama wilson, dahyun sangat ingin sekali memeluk Ayahnya dan mengatakan kalau cemerlang sekarang menjadi istrinya, ia ingin berterimakasih secara langsung karena wilson sudah menyelamatkan Sana. Kalau bukan karena wilson mungkin Sana tidak akan selamat dan dahyun tidak akan pernah bersama gadis itu.

"Dia bersamaku, Dad. Cemerlang baik-baik saja sekarang. Aku sama sepertimu, tidak akan membiarkan siapapun menganggu dia," lirihnya lagi dengan tersenyum getir.

Dahyun menghela nafas berat. Lalu berbalik menghampiri istrinya di sofa. Mereka masih di sana, di ruangan favorit dahyun dan wilson

Pria itu langsung memeluk istrinya. "Pilihanku tidak salah untuk tidak membiarkan mu datang ke mansion ini saat kau kecil sayang ... seandainya kau tinggal di sini, kau akan menjadi adikku dan kita tidak mungkin bisa menikah."

Sana tersenyum. "Aku juga tidak mau datang ke mansion orang yang menyebut namaku jelek."

"Kau bilang namaku jelek huhh ..."

Dahyun terkekeh. "Itu karena Dad bilang namamu cemerlang, bukan sana. Walaupun artinya sama tapi nama cemerlang jelek."

"Heii!!" Sana mencubit perut dahyun membuat pria itu semakin terkekeh.

"Aku sangat merindukan Paman," ucap Sana

"Panggil dia Daddy ... dia mertuamu sayang," sahut dahyun

"Daddy ..." ucap Sana seraya melihat foto wilson di dinding . Dahyun tersenyum mendengarnya.

Sana menoleh ke arah pigura di samping foto wilson. Pigura itu masih di tutup kain putih.

"Itu foto siapa, Honey?" tunjuk Sana

Dahyun mengikuti arah pandang istrinya lalu ia tersenyum. "Kemari."

Ia mengenggam tangan Sana mendekati pigura itu.

"Kau ingin tahu siapa di balik kain putih ini?"

Sana mengangguk. Dan dahyun langsung menarik kain putih itu.

Sana mengerutkan dahi nya lalu menoleh ke arah dahyun karena pigura itu kosong, tidak ada foto siapapun di sana.

"Kenapa kosong?" tanya Sana

Dahyun berjalan memeluk sana dari belakang. "Itu untukku nanti, sayang. Setiap pemimpin yang mati akan di pajang di sana."

Sana langsung menoleh ke arah dahyun. "A-apa maksudmu."

Dahyun tersenyum tipis lalu mengelus pipi Sana. "Aku juga akan mati, tidak tahu kapan tapi itu pasti terjadi, bukan. Kalau aku mati lebih dulu, maka kau yang akan memajang fotoku di sana. Kalau bukan kau, mungkin anak kita nanti yang akan memajangnya."

"Setiap keturunan Damon harus ada seorang pria sebagai penerus. Seandai nya anak pertama ku perempuan aku akan membuat anak perempuan ku hidup normal seperti orang lain."

"Dan aku berharap anak laki-laki ku yang memajang foto kematian ku kelak, bukan kau sayang. Aku tidak mau melihatmu sedih ketika memajang fotoku di sana nanti."

Sana menghela nafas. "Aku harap kematianmu tidak secepat Daddy wilson. Aku ingin kau hidup dan melihat anak kita menikah sampai kau punya cucu kelak."

Dahyun tersenyum. "Kita akan mewujudkan perkataanmu itu."

Wilson tidak sempat melihat dahyun menikah dan wilson juga tidak akan melihat cucu nya nanti. Sana sedikit takut mengingat wilson meninggal karena di bunuh. Bagaimana jika dahyun mengalami hal yang sama.

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang