24

2.3K 196 19
                                    

Happy reading























"felix aku takut." Tubuh sana bergetar hebat seraya berjongkok dengan menutupi kedua telinganya mendengar suara tembakan yang saling bertautan entah dimana.

"Nyonya... Percayalah. Kita semua akan baik baik saja."

Mereka masih berada di tangga darurat lantai tiga.

"Ayo nyonya... satu lantai lagi..." felix berusaha membantu sana berdiri tapi ada suara tembakan yang lebih keras terdengar tiba tiba.

"Aaaaaaaa..." Sana menjerit, felix segera menutup mulut sana agar tidak terdengar oleh pria yang menyerang mereka.

"Nyonya... lihat aku... lihat..." Sana berusaha mendongak menatap felix dengan keringat dingin memenuhi wajahnya dan tubuh yang masih gemetar.

"Nyonya kau percaya dengan tuan dahyun bukan? Kau percaya tuan dahyun akan menyelamatkan mu?"

"Ta-tapi..."

Felix menghela nafas berusaha keras untuk meyakinkan sana kalau semua akan baik baik saja. Wajar saja sana seperti ini, mendengar suara tembakan saja sekalipun dalam hidupnya ia tidak pernah.

"Nyonya kau harus percaya kekejaman suamimu... saking kejamnya ia hampir saja membunuh ayahmu nyonya... kau tahu itu bukan? Hal seperti ini sudah biasa baginya... ancaman tuan dahyun tidak pernah main main."

Sana ingat, mina sahabatnya pernah berkata kalau surat hukuman mati untuk ayahnya dari dahyun bisa saja hanya ancaman omong kosong atau dahyun hanya main main, karena sana sendiri tidak pernah melihat langsung isi perjanjian ayah dan suaminya itu.

Tapi sekarang... ia percaya dengan felix. Felix benar, dahyun kejam. Hal seperti ini sudah biasa untuk dahyun. Terlihat dari awal sana melihat dahyun begitu mudah menusuk pria asing di aula.

Sana akan meminta penjelasan kepada suaminya nanti setelah kondisi aman.

"Ayo nyonya..." Sana mengangguk perlahan berdiri dibantu felix, karena tubuhnya sangat lemas.

Ia kembali menaiki anak tangga untuk ke lantai empat. Tapi setelah di depan pintu darurat.

"Sial!!" felix begitu marah, karena pintu darurat tidak bisa terbuka.

"Tidak ada cara lain felix!" jeongyeon berbicara lewat earphone.

"Kau harus kembali ke lantai tiga untuk masuk ke lift!"

Felix menghembuskan nafas, hanya untuk naik ke lantai empat saja ia harus kembali ke lantai tiga tempat dimana para pria asing itu berada.

"Bagaimana bisa? bukankah lantai tiga tidak aman?"

"changbin sedang membereskannya. Tunggu disitu, jangan bersuara!!" titah jeongyeon

"Ada apa?!" Suara itu berasal dari dahyun yang sedang terengah engah karena baru saja selesai menghabisi puluhan orang di aula.

Earphone mereka saling terhubung satu sama lain. Pembicaraan jeongyeon dan felix tadi juga bisa di dengar oleh dahyun dan yang lainnya.

"Tuan... nyonya Sky..."

"Ada apa dengan istriku, fel?"

Felix segera melepaskan earphone nya dan memasangnya ke telinga sana

"Da—Dahyun..." Sana berbicara terbata karena tubuhnya gemetar hebat dan juga ia hampir menangis.

"Sayang... jangan menangis... Aku kesitu sekarang. Ikuti apa kata felix oke?"

"Ta–tapi..."

"Aku mencintaimu... Aku mencintaimu..." Kalimat itu seperti energi baru untuk sana. Entahlah, sana belum benar benar mencintai dahyun tapi kalimat itu begitu kuat menenangkan hatinya yang ketakutan.

[END] Ruthless MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang