Deon Arsenio adalah seoran pengusaha muda yang sukses. Walau perusahaan Deon itu awalnya milik Ayahnya yang di wariskan pada Deon setelah Ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, tapi perusahaan itu tidaklah sebesar saat ini setelah di kelola oleh Deon.
Deon kini hanya tinggal bersama dengan Ibu tiri dan adik adik tirinya. Ibu kandung Deon meninggalkan saat Deon berusia lima tahun dan Deon di rawat oleh Ayah dan Ibu tirinya itu.
Sampai akhirnya saat Deon sudah dewasa dan Ayah Deon yang bernama Agam Arsenio meninggal dan Agam pun mewariskan sebagian besar hartanya pada Deon.
Ibu tiri Deon sangat marah dan tidak terima saat itu. Namun dirinya menahan emosinya untuk mengatur siasat agar harta Almarhum suaminya itu bisa sepenuhnya di ambil alih oleh nya dan juga anak anaknya.
Salah satunya dengan cara menikahkan Deon dengan wanita pilihannya. Namun Deon selalu menolak. Deon pun selalu bersikap biasa saja di depan mereka walau pun sebenarnya Deon tahu kalau mereka tidak menyukainya.
✨✨✨
Hari kini sudah pagi, Deon perlahan membuka matanya. Saat Deon membuka matanya Deon melihat wanita cantik itu masih terlelap.
Cup.
Deon mengecup kening wanita itu dengan sangat lembut. Lalu Deon bangkit dan membukakan pintu kamarnya agar Rio bisa masuk.
Tok tok tok.
"Masuk."Ucap Deon.
Rio pun masuk ke dalam kamar untuk memberikan apa yang di minta oleh Deon tadi malam.
"Permisi Tuan ini pakaian untuk anda dan juga Nona itu."Ucap Rio.
"Taruh saja di sana."Ucap Deon sambil menunjuk kerah meja.
"Bagaimana dengan informasi tentang wanita itu yang aku minta tadi malam?."Tanya Deon.
"Maaf Tuan saya hanya bisa mengetahui sedikit tentang Nona itu. Dan semuanya ada di sini."Jawab
Rio sambil memberikan sebuah map coklat pada Deon."Wanita itu bernama Silfiana Indira. Anak pertama dari keluarga sederhana di Negara B."Ucap Deon.
"Benar Tuan."Ucap Rio.
"Di mana ini?."Ucap Silfiana yang baru saja sadar.
Deon dan Rio yang mendengar suara Silfiana pun langsung menengok ke arah Silfiana.
"Siapa kalian?."Tanya Silfiana saat melihat Deon dan Rio.
Silfiana memegang kepalanya yang masih sedikit pusing dan Silfiana pun berusaha untuk mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Sampai akhirnya Silfiana bisa mengingat apa yang terjadi tadi malam padanya dan Silfiana juga ingat kalau dia meminta tolong pada Rio.
"Ah aku ingat sekarang, tadi malam kamu yang menolongku bukan."Ucap Silfiana.
"Benar Nona."Jawab Rio.
"Tapi kenapa aku bisa ada di sini dan kemana pakaianku?."Tanya Silfiana saat dirinya sadar kalau dia tidak memakai pakaiannya.
"Rio kamu pergi lah dulu siapkan sarapan untuk kami."Ucap Deon.
"Baik Tuan."Saut Rio yang kemudian pergi meninggalkan Deon bersama Silfiana.
Deon berjalan mendekat pada Silfiana lalu Deon pun duduk di samping Silfiana. Deon menatap wajah silfiana yang saat ini sedang kebingungan.
"Sebelumnya aku minta maaf padamu karena semalam sudah dengan lancang meniduri mu. Tapi jujur aku benar benar tidak sengaja, karena saat kamu masuk ke dalam mobil ku aku sedang dalam pengaruh obat dan aku sudah tidak bisa menahannya lagi."Jelas Deon.
"Tapi kamu tidak perlu khawatir aku akan bertanggung jawab dan aku akan menikahi mu saat kita kembali ke negara B nanti."Sambung Deon.
Silfiana menatap mata Deon dan saat itu Silfiana melihat kalau Deon sedang tidak berbohong padanya.
"Baiklah lupakan saja. Lagi pula aku juga dalam pengaruh obat tidur, kalau tidak semua itu tidak akan terjadi."Ucap silfiana.
"Maksud kamu apa?."Tanya Deon tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh Silfiana.
"Kamu tidak perlu bertanggung jawab dan kamu juga tidak perlu menikahi ku."Jawab Silfiana.
"Tidak. Aku tidak mungkin tidak bertanggung jawab pada mu Silfiana, bagaimana pun juga aku sudah menghancurkan hidup mu."Ucap Deon sambil memegang bahu Silfiana.
"Tapi itu terjadi karena tidak di sengaja."Ucap Silfiana.
"Sengaja atau tidak aku tetap akan menikahi mu. Sekarang kamu pikirkan baik baik bagaimana jika suatu saat ternyata kamu hamil, apa kamu mau kalau anak kamu lahir tanpa orang tua yang lengkap dan coba kamu pikirkan apa nantinya anak kamu tidak akan mendapat hinaan dari orang lain."Ucap
Deon meyakinkan Silfiana.Mendengar ucapan Deon, Silfiana pun berpikir akan semua hal itu dan memang yang di katakan oleh Deon itu ada benarnya.
"Baiklah aku mau menikah denganmu."Ucap Silfiana.
"Ya, sekarang kamu bersihkan dirimu dulu setelah itu kita pergi makan."Ucap Deon yang kemudian secara tidak di duga Deon langsung mencium kening
Silfiana.Deg.
Jantung Silfiana berdetak kencang saat Deon mencium keningnya. Ini adalah kali pertama Silfiana di cium oleh seorang pria.
"Siapa nama mu?."Tanya Silfiana.
"Deon. Deon Arsenio."Jawab Deon sambil tersenyum.
Setelah itu Silfiana pun bangkit dari tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sedangkan Deon pergi ke kamar Rio untuk mandi di sana agar mempersingkat waktu.
Silfiana tahu kalau Deon sudah keluar dari kamar. silfiana pun mengambil handphonenya untuk menghubungi orang tuanya yang berada di Negara B.
"Halo."Ucap Silfiana saat sambungan teleponnya sudah terhubung.
"Halo Dira."Ucap orang yang ada di sebrang telpon yang tak lain adalah Ayah dari Silfiana.
"Ayah Dira akan pulang secepatnya. Dan Dira akan menikah."Ucap Silfiana memberi tahu Ayahnya.
"Apa? Apa yang kamu katakan?."Tanya Ayahnya Silfiana.
Silfiana pun akhirnya menjelaskan semuanya pada Ayahnya agar dia mengerti. Dan akhirnya Ayahnya pun menyetujui keputusan anak pertamanya itu.
"Baiklah kalau begitu Ayah akan mempersiapkan diri."Ucap Ayahnya Silfiana.
Setelah itu sambung telpon mereka pun terputus, lalu Silfiana bergegas membersihkan dirinya. Dan setelah dua puluh menit Silfiana sudah selesai mandi, Silfiana pun langsung memakai pakaian yang sebelumnya di berikan oleh Deon padanya.
"silfiana kamu sudah selesai?."Tanya Deon.
"lya aku sudah selesai."Jawab Silfiana.
"Kalau begitu ayo kita makan setelah itu kita langsung pulang untuk menemui orang tuamu."Ucap
Deon."lya."Saut Silfiana.
Mereka pun berjalan menuju restoran yang ada di hotel itu. Mereka duduk di meja yang sudah di siapkan Rio beserta makanan nya. Saat sedang makan mereka mengobrol untuk saling mengenal satu sama lain karena bagaimana pun juga setelah ini mereka akan hidup bersama.
"Hmm Deon, bisa tidak kamu jangan panggil aku Silfiana."Ucap Silfiana.
"Lalu aku harus memanggil mu apa?."Tanya Deon.
"Panggil saja aku Dira."Jawab Silfiana yang memang sudah biasa di panggil Dira.
"Baiklah Dira."Ucap Deon.
Mereka pun melanjutkan makan mereka di iringi obrolan obrolan ringan. Deon yang biasanya tidak suka mengobrol dengan seorang wanita karena tidak merasa nyaman kali ini Deon merasakan sesuatu yang berbeda saat bersama dengan Dira.
"Mungkin ini memang takdir untuk ku bertemu dengan Dira dengan cara seperti ini" Batin Deon