32

122 5 0
                                        

Erina marah dan tidak terima jika llona di perlakukan seperti itu oleh Felix. Karena bagaimana pun juga Erina tidak pernah menyakitillona apa lagi membuat llona menangis seperti ini.

"Maya...Maya..."Teriak Erina memanggil Maya. Tak lama Maya pun datang menghadap Erina.

"lya Nyonya."Ucap Maya.

"Di mana Deon?."Tanya Erina.

"Saya tidak tahu Nyonya, yang jelas Tuan Deon pergi bersama dengan Nona Dira."Jawab Maya.

"Pergi bersama Dira? Kemana?."Tanya Erina.

"Saya tidak tahu."Jawab Maya kembali.

"Jika tidak ada lagi yang lain saya permisi Nyonya, masih banyak yang harus saya kerjakan."Sambung Maya.

Tanpa menunggu jawaban dari Erina, Maya langsung pergi meninggalkan Erina yang tengah duduk bersama dengan llona.

Erina jadi penasaran kemana Deon pergi bersama dengan Dira.
Sebenarnya Erina tidak peduli tentang mereka hanya saja Erina takut jika Dira mempengaruhi Deon dan pada akhirnya Deon akan memberikan semua hartanya pada Dira.

"Sepertinya aku harus membayar orang untuk mengawasi mereka dan saat ada kesempatan langsung singkirkan Dira agar tidak ada ancaman lagi untuk aku dan juga anak anak aku." Batin Erina.

✨✨✨

Setelah Deon dan Dira merasa puas dengan kios bunga itu, Deon langsung pamit untuk pergi ke kantor. Karena Dira tidak mau di antar pulang akhirnya Deon mengantar Dira ke rumah orang tuanya.

Tak butuh waktu lama mereka pun sampai di depan rumah orang tua Dira. Deon sebenarnya kini mengantar Dira masuk ke dalam, namun karena sedang terburu buru Deon langsung pergi meninggalkan Dira.

Dira terus melihat mobil Deon sampai tak terlihat lagi. Setelah itu seseorang menghampiri Dira.

"Ketua."Ucap orang itu. Dira menengok ke arah orang yang memanggilnya. Saat itu Dira melihat anak buahnya.

"Tuan dan Nyonya sudah menunggu di dalam."Ucap orang itu.

"lya."Ucap Dira.

Dira pun berjalan menuju rumah untuk segera bertemu dengan orang tuanya dan juga Ardian.

Setelah Dira masuk kedalam rumah orang tadi menutup pintu rumah itu dari luar.

"Sayang ayo duduk."Ucap Ayu.

"Iya Bunda."'Saut Dira. Dira pun duduk di kursi berhadapan dengan orang tuanya dan juga Ardian.

Tak hanya ada Herman,Ayu dan juga Ardian tetapi di sana juga ada beberapa orang kepercayaan Dira di dalam kelompoknya.

"Dira, mereka memberitahu kami kalau serigala merah sudah memiliki pemimpin yang baru dan dia pun sedang mencari pembunuh dari Banu, yang itu artinya mereka sedang mencari kamu."Ucap
Herman.

"Aku sudah tahu akan hal itu Ayah. Dan aku juga tahu siapa pemimpin mereka yang baru."Saut Dira.

"Tapi ketua, saya mendapat informasi kalau pemimpin yang baru adalah seorang pria yang usianya tidak jauh berbeda dengan ketua. Dan saat ini dia sedang melatih kemampuannya untuk menghabisi ketua."Ucap salah satu orang kepercayaan Dira.

"Itu akan terjadi kalau dia mengetahui siapa pembunuh Banu sebenarnya. Dan kalian tidak perlu khawatir, pemimpin mereka yang baru memang lebih muda dan mungkin sedikit lebih pintar dari pada Banu. Tapi tetap saja dia hanya orang awam di sini dan untuk membunuh aku itu tidak mungkin."Ucap Dira.

"Dira Bunda tahu kamu memang tidak bisa di anggap enteng, tapi kamu juga tidak boleh meremehkan lawan kamu."Ucap Ayu.

"Aku tahu Bunda. Aku tidak pernah meremehkan lawan kalau memang lawan ku itu benar benar kuat.
Tapi yang satu ini, aku rasa aku tidak perlu turun tangan untuk menghabisinya."'Saut Dira.

"Memangnya kamu benar benar tahu siapa dia?."Tanya Herman.

"Tentu saja, karena dia berbicara dengan lantang di hadapan aku, kalau dia akan menggantikan posisi Banu sebagai pemimpin kelompok serigala merah dan akan membalas atas kematian Banu."Jawab Dira.

"Kalian tahu siapa dia?."'Sambung Dira.

"Siapa?."Tanya Ardian penasaran.

"Fe....Lix." Jawab Dira.

"Hahaha.. Hahaha."Gelak tawa Ardian menggema di dalam rumah sedangkan yang lainnya hanya tersenyum.

"Aku kira siapa, ternyata Felix."Sambung Ardian yang kemudian kembali tertawa.

"Kalau begitu tidak ada yang perlu di hawatir kan."Ucap Herman.

Setelah itu anak buahnya Dira yang tadi ikut berbicara bersama langsung pergi saat pembicaraan itu selesai dan tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi.

Dira pun menyampaikan pada Ayu untuk menemaninya saat berada di kios bunga, Ayu pun bersedia menemani Dira karena Ayu pun tidak terlalu sibuk akhir akhir ini. Saat hari mulai sore Dira pulang dengan di antar oleh Ardian menggunakan mobilnya. Di dalam perjalanan Dira bertanya mengenai kuliah Ardian.

"Bagaimana dengan kuliah mu?."Tanya Dira.

"Tidak tahu Kak, aku masih malas masuk kuliah."Jawab Ardian.

"Jangan seperti itu Ardian. Kuliah itu penting karena masa depan kamu masih panjang dan kamu perlu banyak ilmu untuk menuju masa depan kamu itu."Ucap Dira.

"lya aku tahu."Saut Ardian.

"Jadi kapan kamu akan kembali kuliah?."Tanya Dira kembali.

"Besok atau lusa."Jawab Ardian singkat. "Bagus."Ucap Dira.

Setelah itu tidak ada pembicaraan antara Dira dan Ardian lagi, tak terasa akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang rumah Deon. Setelah Dira masuk ke dalam Ardian pun langsung pergi dari sana.

Ardian sebenarnya sudah tidak ingin melanjutkan kuliahnya kembali, apa lagi sudah sangat lama Ardian berhenti kuliah. Bukan karena Ardian tidak mampu membayar uang kuliahnya hanya saja Ardian malas untuk belajar.
Meskipun begitu Ardian bukanlah anak yang bodoh, karena Ardian selalu mendapat nilai yang tinggi jika menyangkut pelajaran.

Mungkin itu karena faktor keturunan, bagaimana pun juga Herman dan Ayu memiliki kecerdasan di atas rata rata, terbukti dengan beberapa perusahaan mereka yang berada di Negeri asal mereka.

Perusahaan itu terus berkembang pesat meskipun Herman dan Ayu tidak berada di tempat. Saat Dira masuk Dira di sambut dengan tatapan tajam dari Erina dan juga llona sedangkan Gaby hanya bersikap acuh. Dira sendiri tidak perduli dengan mereka, Dira terus berjalan melewati mereka.

"Tunggu!!"Ucap llona.

Dira pun menghentikan langkah kakinya, lalu Dira membalikkan tubuhnya dan menatap llona yang kini sudah berdiri di depannya.

"Ada apa?"Tanya Dira.

"Aku minta sama kamu jangan ganggu Felix lagi."Ucap llona.

Dira yang mendengar ucapan llona hanya tersenyum dan merasa aneh dengan orang yang kini ada di hadapannya ini.

"llona, kalau kamu menghentikan langkah aku hanya untuk mneminta aku jangan mengganggu Felix, aku rasa itu perlu. Tahu kenapa? Karena sedikit pun aku tidak pernah terpikir untuk mengganggu nya."Ucap Dira.

Setelah itu Dira langsung berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. llona kini menjadi kesal sendiri karena llona tidak pernah bisa melawan perkataan Dira, padahal llona ingin sekali melampiaskan amarahnya pada Dira.

Namun entah kenapa saat berhadapan langsung dengan Dira, Ilona tidak pernah berhasil justru hanya membuatnya bertambah kesal.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang