Deon dan Dira pun pergi dari sana. Tapi bukan untuk pulang ke rumah Deon melainkan pergi ke kastil Dira. Di dalam perjalanan tidak ada yang membuka suara, terlebih lagi Dira yang sudah tertidur kembali mungkin karena memang efek obat yang masih tersisa.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat jauh, mobil Deon pun kini sudah samapi di depan kastil. Deon langsung turun lalu berjalan memutari mobil untuk menggendong dan membawa Dira masuk. Saat Deon masuk, Deon berpapasan dengan Gaby yang berjalan mendekati nya.
"Kak Deon."Ucap Gaby.
"Apa yang terjadi pada Kak Dira?."Sambung Gaby yang melihat Deon menggendong Dira.
"Ceritanya nanti saja, sebaiknya kamu bantu aku untuk membawa Dira ke kamar."Ucap Deon.
"lya Kak."Saut Gaby.
Gaby pun berjalan lebih dulu untuk membantu membukakan pintu kamar milik Dira. Setelah itu Deon masuk lalu membaringkan tubuh Dira di atas tempat tidur.
Deon pun melepaskan alas kaki Dira lalu setelah itu Deon menyelimuti Dira.
Lalu Deon berjalan menghampiri Gaby yang masih berdiri dan memperhatikannya. Deon pun berjalan mendekati Gaby untuk memberitahukan dia tentang keadaan Erina."Gaby duduklah ada yang ingin aku bicarakan dengan mu."Ucap Deon.
"Iya."Ucap Gaby.
Gaby pun duduk di samping Deon, dan entah mengapa Gaby merasakan sesuatu yang tidak enak dalam hatinya.
"Gaby sebelumnya aku ingin meminta maaf pada mu atas nama Dira dan aku sendiri."Ucap Deon.
"Mungkin apa yang ingin aku katakan akan membuat hati mu sakit dan hancur, tapi cepat atau lambat kamu juga akan tahu. Karena itu aku akan mengatakan nya sekarang juga."'Sambung Deon.
Gaby mengepalkan tangannya untuk menguatkan hatinya jika memang apa yang akan di katakan Deon itu sama dengan apa yang ada di dalam pikirannya. "Mamah Erina sudah tiada."Ucap Deon.
Deg.
Gaby hanya diam dengan air mata yang mulai mengalir dengan sendirinya. Meskipun Erina tidak pernah menyayanginya seperti menyayangi llona, tapi tetap saja bukan, kalau Erina itu Mamahnya.
Orang yang sudah mengandung dan melahirkan nya.Deon yang melihat Gaby menangis langsung membawa Gaby dalam pelukannya. Karena Deon tahu kalau saat ini hari Gaby pasti sangat sedih.
"Maaf Gaby."'Ucap Deon kembali.
Gaby tidak menjawab ucapan Deon, Gaby hanya terus menangis di dalam pelukan Deon. Dan setelah beberapa saat Gaby pun mulai tenang.
"Kak aku mau pulang."Ucap Gaby sambil melihat wajah Deon.
"Besok pagi ya."Ucap Deon.
"Sekarang sudah sangat larut, keluar dari area kastil ini juga sangat berbahaya."Sambung Deon.
"Baiklah."Ucap Gaby.
"Ya sudah sebaiknya sekarang kamu istirahat."Ucap Deon dan Gaby pun hanya mengangguk.
Gaby keluar dari kamar Dira dan Deon. Dengan kamarnya dengan terus menangis. langkah kaki yang gontai Gaby terus berjalan menuju Meskipun Gaby sedih karena Erina yang sudah tiada dan Gaby tahu siapa yang sudah melakukan nya, tapi tidak membuat Gaby membenci Deon mau pun
Dira.Gaby tahu kalau semua itu bisa terjadi karena kesalahan dari Erina sendiri.
BBRRUUGG
Gaby jatuh terduduk karena sudah tidak kuat untuk berjalan lagi. Tangis Gaby pun kini semakin kencang. Saat itu Gaby melihat kaki seorang pria di hadapannya, tapi Gaby tidak perduli dengan penmilik kaki tersebut.
"Jangan menangis!."Ucap seorang pria yang kini tengah berdiri di hadapan Gaby.
Karena tidak mendapat respon dari Gaby, pria itu pun berjongkok lalu memegang wajah Gaby dengan kedua tangan nya. Pria itu pun menghapus air mata Gaby menggunakan ibu jarinya.
"Tidak perlu di tangisi lagi. Karena ini yang terbaik untuk nya,lagi pula untuk apa dia tetap hidup jika terus berprilaku seperti itu."Ucap pria itu yang tak lain adalah Raw.
"Ayo berdiri!."'Sambung Raw.
Gaby pun berusaha untuk berdiri tapi kakinya masih lemas, Raw akhirnya membatu Gaby untuk berdiri.
"Bisa berjalan?."Tanya Raw.
"Bisa tapi pelan pelan."Jawab Gaby dengan suara khas orang habis menangis.
"Baiklah aku akan menemanimu berjalan sampai ke kamar kamu."Ucap Raw.
"Ti....."
"Jangan membantah!."Ucap Raw yang memotong ucapan Gaby.
Akhirnya Gaby pun berjalan bersama dengan Raw menuju kamarnya. Untuk sesaat tidak ada pembicaraan dia antar Gaby dan juga Raw. Hingga akhirnya Gaby berani membuka suara.
"Raw kenapa kamu berbicara seperti itu tentang Mamah ku?."Tanya Gaby sambil melihat ke arah Raw.
"Kenapa memangnya, bukankah itu sebuah kenyataan?."Jawab Raw.
"lya memang, tapi kamu dan Mamah itu sama saja jadi kamu seharusnya tidak berbicara seperti itu. Karena kalau kamu mengatakan hal itu bukankan kah sama saja kamu berbicara tentang dirimu sendiri."Ucap Gaby.
"Aku dan dia itu berbeda. Aku tidak pernah melukai ataupun menghabisi orang yang tidak bersalah. Lagi pula aku ini Dokter."Ucap Raw.
"Dokter licik."Saut Gaby.
"Bukan licik tapi cerdik."Ucap Raw sambil tersenyum pada Gaby.
Gaby pun ikut tersenyum, terlebih lagi ini pertama kalinya Gaby melihat Raw tersenyum. Sampai akhirnya mereka pun sudah berada di depan kamar
Gaby.Setelah itu mereka pun berpisah. Gaby masuk ke dalam kamarnya sedangkan Raw pergi entah kemana. Untuk sesaat Gaby melupakan kesedihannya tenang
Erina. Namun kini hatinya mulai diliputi kesedihan lagi. Gaby menyentuh dadanya, saat teringat Ardian. Seorang pria yang dia nantinya selama ini."Andai kamu ada di sini apakah kamu akan menemani ku dan menghiburku?." Batin Gaby yang bertanya pada dirinya sendiri.
"Sudahlah bukan saatnya untuk memikirkan hal itu."Ucap Gaby.
Gaby pun akhirnya memutuskan untuk tidur karena malam yang sudah semakin larut dan Gaby pun harus menyiapkan energi untuk besok. Karena mungkin saja Gaby akan menangis lebih kencang dan lama lagi saat melihat Erina yang sudah terbujur kaku.
✨✨✨
Sedangkan kini Rio dan Ziko sedang membereskan jasad Erina. Ziko memanggil anak buahnya untuk membawa jasad Erina ke kediaman Deon agar tidak ada yang curiga.
Sedangkan Rio membawa mobil Erina kesatu tempat lalu membakar nya. Agar semua orang mengira Erina terbakar di dalam mobilnya.Semuanya di bereskan dengan sangat rapih oleh Rio dan Ziko. Semua ini adalah hal yang sangat mudah untuk Rio maupun Ziko, jadi mereka tidak akan meninggalkan jejak sedikit pun.
Setelah semuanya beres Rio langsung memberitahu Deon kalau pekerjaan nya sudah selesai. Setelah itu Rio maupun Ziko pergi dari sana. Ziko mengantarkan Rio ke tempat tinggalnya terlebih dahulu. Setelah itu
Ziko langsung pergi ke tempat tinggalnya, tepatnya di rumah orang tua Dira.✨✨✨
Semua yang terjadi memang seharusnya terjadi, dan itu semua karena Erina yang terus saja mengganggu ketenangan Deon mau pun Dira dan inilah akibat yang di dapat nya.
