Setelah melihat keadaan yang lainnya Rio kembali lagi untuk melihat peluru yang di ambil dari dalam anak buahnya yang terluka. Saat itu Rio melihat ada peluru yang berbeda di sana.
"Dari makan peluru ini?"Tanya Rio.
"Dari orang yang meninggal Tuan Rio."Jawab tangan kanan Rio.
"Baiklah kamu bantu yang lain. Saya akan pergi melapor pada Tuan Deon."Ucap Rio.
"Baik Tuan."Saut anak buah Rio.
Rio pun pergi menuju ruangan Deon untuk melapor padanya. Rio mengetuk pintu ruangan Deon.
Tok tok tok.
"Masuk."Ucap Deon dari dalam ruangan.
CEKLEK.
Rio membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Deon. Rio berdiri tepat di hadapan Deon, lalu Rio mengeluarkan beberapa perlu yang di ambil dari beberapa korban luka tembak.
"Apa maksudnya ini?."Tanya Deon.
"Begini Tuan. Saya baru ingat kalau gedung ini sedari awal memang menggunakan kaca anti peluru lalu saya akhirnya meminta orang untuk mengambil peluru yang memang mengenai anak buah kita untuk melihat perlu apa yang bisa menembus kaca anti peluru di gedung ini."Jelas Rio.
"Dan setelah di lihat peluru peluru ini sama semua, kecuali yang satu ini. Ini adalah peluru yang mengenai salah satu anak buah yang saya tempatkan untuk berada di sisi Tuan dan dia kini sudah meninggal karena luka tembak ini."Sambung Rio.
"Peluru ini sangat berbeda dengan peluru yang lainnya."Ucap Deon sambil memegang peluru itu.
"Benar Tuan karena itu lah peluru ini bisa menembus kaca anti peluru di gedung ini."Ucap Rio.
"Tentu saja karena peluru itu di buat khusus dan peluru itu pun hanya bisa di pesan saja, walau pun banyak orang yang mencari tapi tidak bisa sembarang orang bisa membelinya."Ucap Dira.
Dira mengatakan itu secara tidak sadar karena melihat wajah Deon dan Rio yang kebingungan.Hal itu tentu saja membuat Deon dan Rio saling menatap dan bingung bagaimana bisa Dira mengetahui hal itu.
"Bagaimana anda tahu Nona?."Tanya Rio.
"Hah... Itu hanya sebuah kebetulan saja. Karena dulu aku mempunyai teman yang suka menembak dan dia sering bercerita tentang seputar itu. Kebetulan sekali dia pernah menceritakan itu dan memberi tahu gambarnya makanya aku tahu."Jelas Dira.
"Hiss... Dasar bodoh kamu Dira. Bisa bisa kamu keceplosan seperti itu bagaimana kalau mereka curiga." Batin Dira.
"Ya sudah, kamu cari tahu siapa orang yang sudah mengirim penembak itu."Ucap Deon pada Rio.
"Baik Tuan."Ucap Rio yang kemudian langsung pergi meninggalkan ruangan Deon.
Karena kantor sedang dalam masalah Deon pun memutuskan untuk pulang dan bekerja di rumah. Lagi pula Dira terluka dan perlu beristirahat. Deon langsung bangkit dari duduknya lalu mengajak Dira untuk pulang.
"Kita mau kemana sekarang?."Tanya Dira.
"Kita pulang saja. Lagi pula kantor sedang kacau sekarang."Jawab Deon.
"Hmm bisa tidak kalau kita pergi ke rumah ku dulu untuk mengambil sesuatu?."Tanya Dira kembali.
"Baiklah, tapi kamu mau mengambil apa?."Tanya Deon.
"Gitar."Jawab Dira sambil tersenyum.
"Kamu bisa bermain alat musik rupanya. Kalau begitu sekarang kita pergi ambil gitarmu dan nanti kamu harus menunjukkan keterampilan kamu pada ku sayang."Ucap Deon.
![](https://img.wattpad.com/cover/304940714-288-k184323.jpg)