26

76 7 0
                                    

Tak selang beberapa lama, datanglah sekelompok orang berbaju hitam ke kediaman Jhon. Mereka adalah anak serigala dari Banu, anggota merah.
Mereka mengucapkan turut berduka cita pada Jhon.

Bukan hanya itu mereka pun mempertanyakan bagaimana nasib dari kelompok serigala merah, apakah ada yang akan posisi Banu atau tidak.

"Tuan saya sebagai tangan kanan Tuan Banu, saya turut berduka cita cita. Dan saya mewakili yang lain ingin bertanya apakah akan ada yang menggantikan posisi Tuan Banu untuk menjadi pemimpin kami?."Ucap tangan kanan Banu.

"Saya tahu kalian pasti akan menanyakan hal ini, tapi jujur ​​saja saya tidak akan meminta, dan jika kalian meminta saya untuk meminta maaf kepada Banu, saya mohon maaf karena saya tidak akan bersedia dan mampu jika harus posisikan
Banu."'Saut Jhon.

"Jadi silahkan saja kalian mencari orang yang pantas untuk menjadi pemimpin kalian."Sambung Jhon.

"Tidak perlu."Ucap Felix.

"Kalian tidak perlu mencari orang lain untuk menjadi pemimpin kalian.'sambung Felix.

"Apa maksudmu Felix?." Tanya Jhon.

"Bukan apa apa Pah. Aku hanya ingin menggantin posisi Om Banu dan aku ingin membalaskan kematian Om Banu."Jawab Felix.

Semua orang tercengang mendengar penuturan Feliks. Karena bagaimana pun hidupan menjadi anggota dari kelompok bawah tanah tidak akan mudah.

"Tapi Felix apa kamu yakin dengan keputusan kamu itu?." Tanya Syasa yang merasa khawatir pada Felix.

"Aku yakin Mah."Jawab Felix.

Felix pun melirik Dira yang kini tengah duduk di samping Deon. Felix yakin Dira mau pun Deon tidak akan pernah percaya kalau Felix akan melangkah jauh seperti itu.

"Bagaimana pun caranya aku harus mendapatkan lagi Dira. Meskipun aku harus masuk ke dunia bawah tanah terlebih dahulu terlebih dahulu untuk
Deon dari hidup mu." Batin Felix.

"Ingin masuk dunia bawah tanah karena ingin mendapatkan istri ku? Kamu pikir dengan masuk dunia bawah itu akan menjadi mudah, kamu hanya orang awam yang belum tahu dengan jelas seperti apa hukum dunia bawah tanah Felix" Batin Deon.

Karena di kediaman Jhon sudah menyangkut duni bawah tanah, dan menurut Deon tidak akan baik untuk Dira. Deon takut Dira menjelaskan banyak hal tentang itu nanti yang akan berpengaruh pada kandungannya. Akhirnya Deon pun mengajak Dira untuk pulang, agar Dira bisa beristirahat dengan tenang dan tidak memikirkan yang tidak tidak.

"Sayang kita pulang saja ya. Lagi pula pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan kita."Ucap Deon yang sedikit berbisik.

"Iya, aku juga ingin istirahat."Ucap Dira.

Deon pun berpamitan pada yang lain untuk pulang. Setelah itu Deon dan Dira langsung pergi dari sana. Saat mereka sudah sampai di kediaman mereka, mereka melihat Rio sedang mengatur para pelayan rumah untuk memasukkan beberapa kotak.

"Kotak apa yang sedang di bawa masuk oleh pelayan?."Tanya Dira.

"Itu adalah makanan yang mungkin akan kamu butuhkan nanti."Jawab Deon.

"'Sebelumnya aku sudah bertanya pada Dokte, kemungkinan apa saja yang akan terjadi pada wanita hamil. Dokter pun memberi tahu semuanya dan memberi saran padaku, karena itu aku membeli semua yang Dokter sarankan pada ku."Sambung Deon.

"Apa perlu sebanyak itu?."Tanya Dira.

"Tidak apa apa sayang. Pokoknya apa pun itu pasti akan aku lakukan untuk kamu dan anak kita."Jawab Deon yang kemudian mengelus perut Dira yang masih rata. Setelah itu mereka pun masuk ke dalam rumah.

"oh iya sayang, aku mau menghubungi Ayah sama Bunda dulu. Aku ingin memberitahukan tentang kehamilan ku."Ucap Dira.

"Baiklah kalau begitu, aku ke ruang kerja. Nanti kalau kamu sudah selesai langsung pergi istirahat saja ya."Ucap Deon.

"Iya." Saut Dira.

Dira pun pergi ke taman belakang untuk menghubungi Herman dan Ayu. Dira duduk di bangku ayunan lalu menelpon Herman.

"Halo Ayah."Ucap Dira saat sambungan teleponnya sudah terhubung dengan Herman.

"Halo sayang, bagaimana keadaan mu sekarang?."Tanya Herman.

"Aku baik baik saja. Bagaimana dengan Ayah, Bunda dan juga Ardian?."Jawab Dira yang bertanya kembali pada Herman.

"Kami semua di sini baik, Ardin juga sudah sadar."Jawab Herman.

"oh iya Dira, ayah sudah mendengar tentang berita kematian Banu. Dan Ayah benar benar tidak menyangka kalau kamu sama sekali tidak berubah walau pun sudah menikah."Sambung Herman.

"Tentu saja, aku tidak mungkin berubah. Tapi Banu sangat beruntung karena aku langsung membunuhnya, jadi dia tidak merasakan penderitaan terlalu lama."Ucap Dira.

"Sudahlah Ayah jangan membiarkan orang yang kini sudah tidak bernyawa lagi. Oh iya Ayah aku ingin memberikan kabar bahagia untuk Ayah dan yang lainnya."Sambung Dira.

"'Apa itu?."Tanya Herman.

"Aku sekarang sedang hamil."Ucap Dira.

"Benarkah itu sayang?."Tanya Herman.

"Benar Ayah."Ucap Dira.

"Syukur lah kalau begitu. Dira Bunda ingin berbicara dengan mu."Ucap Herman.

"Baiklah."Ucap Dira.

"Dira, sayang apa yang Ayah katakan tadi benar kalau kamu sedang hamil?."Tanya Ayu.

"Benar Bunda, sekarang Dira sedang hamil."Jawab Dira.

"Kalau begitu mulai sekarang kamu harus jaga diri kamu dengan baik. Tidak boleh kecapean, jangan melakukan pekerjaan yang berat dan berbahaya. Kali ini kamu harus menuruti apa yang Bunda katakan, karena ini demi kebaikan anak yang dalam rahim kamu."Ucap Ayu.

"iya Bunda. Bunda tenang saja, aku akan menjaganya dengan baik."Ucap Dira.

"lya kamu harus menjaganya dengan benar sayang."Ucap Ayu.

"Ya sudah sekarang sebaiknya kamu istirahat."'Sambung Ayu.

"Baiklah. Ayah, Bunda dan Ardian jaga diri baik baik."Ucap Dira.

"lya kamu tenang saja."Ucap Ayu.

Setelah itu sambung telpon mereka pun terputus. Untuk beberapa saat Dira tetap duduk di sana. Dira terus tersenyum sambil mengelus perutnya yang masih rata.

"Tumbuhlah dengan baik di dalam rahim Mamah sayang. Mamah janji akan menjaga dan selalu memberikan yang terbaik untuk mu. Dan Mamah akan pastikan kamu akan selalu aman."Ucap Dira.

Karena Dira mengantuk akhirnya Dira pergi menuju kamarnya. Saat Dira sampai di kamar, Dira melihat
Deon sedang membereskan kamar di bantu oleh beberapa pelayan.

"Sayang ada apa ini?."Tanya Dira pada Deon.

"Kenapa di kamar kita jadi ada lemari pendingin, dan rak makannya yang penuh makan seperti ini?."Sambung Dira.

"Aku sengaja mengatur ulang kamar kita dan menaruh lemari pendingin dan rak makan di sini agar jika sewaktu-waktu kamu ingin makan atau minum sesuatu kamu tidak perlu turun ke bawah."Jelas Deon.

"Apa perlu seperti ini?."Tanya Dira kembali.

"Tentu saja, aku nggak mau kamu kecapean jika harus naik turun tangga sayang. Makanya semua yang kamu perlukan nantinya aku akan menyiapkan semuanya di sini dan aku juga akan meminta Maya untuk menjaga mu selama di rumah."Jawab Deon.

Dira hanya tersenyum mendengar ucapan Deon. Dira tahu kalau Deon ingin melakukan sesuatu yang terbaik untuk dirinya dan juga anak yang saat ini tengah ia kandungnya.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang