73

44 2 0
                                    

Saat sambungan telepon Ardian dan Dira terputus, Ardian kini hanya diam dan memikirkan apa yang tadi di bicarakan Dira dan Gaby.

"Gaby memang cantik dan baik, tapi aku benar benar merasa kalau hati aku tidak bisa menerima dia. Tapi kenapa aku juga merasa kalau aku tidak rela saat Kak Dira bilang pada Gaby untuk membuka hatinya untuk orang lain." Batin Ardian.

"Apa mungkin aku menyukainya?." Tanya Ardian pada dirinya sendiri.

"Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak mengenal Gaby dengan baik jadi bagaimana bisa aku menyukainya."Ucap Ardian. Ardian akhirnya kini milih untuk beristirahat.

✨✨✨

Sedangkan kini Gaby tengah duduk di gazebo yang ada di halaman depan. Gaby duduk sambil melamun, sampai sampai Gaby tidak sadar ada orang yang duduk di sampingnya.

Orang itu hanya tersenyum melihat Gaby yang tidak bergerak dari tadi. Entah apa yang di pikirkan oleh
Gaby dia pun tidak tahu, tapi yang jelas pikiran Gaby saat ini sedang berkelana jauh entah kemana.

"Sudah sampai mana pikiran mu itu pergi?."Tanya orang itu.

Gaby yang mendengar seseorang berbicara di sampingnya pun langsung menengok. Gaby merasa heran kenapa orang itu tiba tiba saja ada di sampingnya.

"Kenapa kamu biasa ada di sini?."Tanya Gaby.

"Kenapa memangnya? lagi pula tidak ada larangannya aku di sini."Jawab orang itu yang tak lain adalah Raw.

"Iya menmang tidak ada. Tapi sejak kapan kamu di sini?."Ucap Gaby.

"Sejak kamu melamun."Jawab Raw.

"Aku sebenarnya heran padamu, kenapa kamu selalu saja melamun. Memang kamu mendapatkan apa saat melamun?."Sambung Raw.

"Bicara apa sih, aku nggak ngerti."Saut Gaby yang langsung memalingkan wajahnya dari Raw.

Sedetik kemudian Raw langsung bersandar di pundak Gaby. Dan hal itu tentu saja membuat Gaby kaget.

"Hai apa yang sedang kamu lakukan?."Tanya Gaby.

"Aku sedang bersandar di pundak mu." Jawab Raw enteng.

"Tapi kenapa?."Tanya Gaby kembali.

"Karena aku ingin."Jawab Raw.

"Kamu pake parfum apa? Harumnya membuat ku merasa nyaman. Aku sangat menyukai nya."Sambung Raw.

"Aku tidak pakai parfum."Ucap Gaby.

"Benarkah? Wah luar biasa sekali."Ucap Raw.

Gaby tidak berbicara atau pun meminta Raw untuk pergi. Karena meminta Raw pergi pun tidak ada gunanya. Raw tidak akan pergi jika di ingin tetap tinggal.
Dan entah sejak kapan Gaby sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Raw di sisinya.

Begitu pula dengan Raw. Raw lebih suka saat saat seperti ini, berdua bersama Gaby meskipun tak melakukan apa pun.

Raw merasa kalau dia ingin selalu ada untuk Gaby, terutama di saat Gaby bersedih. Dan sebenarnya
Raw sudah mulai menyadari kalau dirinya menyukai Gaby.

Walaupun Raw pun tahu kalau cintanya tak akan pernah terbalas, karena Gaby sudah memiliki pria yang di cintai nya, yaitu Ardian adik dari Bosnya sendiri.

Tapi bagi Raw tidak ada salahnya kalau hanya sekedar mencintainya secara diam diam. Lagi pula Raw juga tidak ada niatan untuk merebut cintanya yang telah dia berikan untuk Ardian.
Raw hanya ingin terus berada di sisi Gaby saat Gaby membutuhkan sandaran, membutuhkan tangan untuk memeluk dan menghapus air matanya.

"Haaaa, apa yang sedang kau pikirkan Raw" Batin Raw.

"Mau pergi dengan ku?"Tanya Raw pada Gaby.

"Kemana?."Tanya Gaby kembali.

"Mencari kebahagiaan."Jawab Raw.
Raw pun mengulurkan tangannya dan akhirnya Gaby menerima uluran tangan Raw.

Raw pun tersenyum pada Gaby. Dan tanpa Raw tahu kalau senyumannya itu membuat Gaby berdebar tak karuan.
Akhirnya mereka pun pergi berdua.
Dan hal itu tak lepas dari pandangan Dira, dan tak lupa Dia pun memotret kebersamaan Gaby dan Raw. Lalu Dira mengirimkannya pada Ardian.

"Kamu pantas bahagia Gaby, meskipun tidak dengan Ardian."Ucap Dira.

"Dan kita lihat nanti apakah Ardian benar benar tidak menyukai kamu atau justru sebaliknya."Sambung Dira.

✨✨✨

Raw membawa Gaby pergi menggunakan mogenya. Saat di dalam perjalanan mereka hanya diam.
Sampai saat moge Raw keluar dari kota, Raw pun membuka suaranya.

"Gaby."Panggil Raw.

"ya."Saut Gaby sambil mendekatkan kepalanya pada Raw.

"Sekarang ikuti apa yang aku katakan!"Ucap Raw.

"Untuk apa?."Tanya Gaby.

"kuti saja."Jawab Raw.

"Rentangkan kedua tangan kamu, lalu berteriak lah sekerasnya!."Ucap Raw.

Gaby pun langsung mengikuti apa yang di katakan oleh Raw. "Aaaaaa ..."

"Lebih keras lagi Gaby! Luapkan amarah kamu, luapkan kesedihan kamu. Agar dunia tahu dan setelah itu kamu akan merasa jauh lebih baik."Ucap Raw.

"Aaaaa....... AAAAAAAAAAAAA..."

Gaby terus berteriak dengan sangat keras dan setelah itu Gaby langsung memeluk dan bersandar pada Raw. Gaby pun menangis saat itu juga.
Raw menyentuh tangan Gaby dengan sebelah tangannya dan Raw berharap tangannya dapat menyalurkan kekuatan pada Gaby.

"Jangan menyentuh tangan ku saat ini! Tetap fokus dan pegang kendali motor mu dengan baik aku tidak ingin jatuh."Ucap Gaby di sela tangisnya.

"Bagilah Tuan Putri."Ucap Raw sambil tertawa.

Raw terus mengendarai mogenya hingga akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan yang cukup jauh dari perkotaan. Gaby pun melihat lihat sekitar. Gaby sebenarnya merasa bingung kenapa Raw membawanya pergi jauh sekali. Tapi Gaby suka dengan pemandangan di desa ini.

Tak lama Raw menghentikan mogenya di depan sebuah rumah. "Gaby turunlah."Ucap Raw.

Gaby pun langsung turun sambil melihat sekitar. "Ini di mana?."Tanya Gaby.

"Di desa."Jawab Raw sambil membuka kunci rumah.

"Aku tahu ini di desa, aku bisa melihatnya."Ucap Gaby. 

"Tapi di mana? Dan rumah siapa ini?."'Sambung Gaby.

"Ini kampung halaman ku. Dan ini rumahku."Jawab Raw.

"Ayo masuk."Sambung Raw yang mengajak Gaby masuk ke dalam rumah nya.

"Di sini tidak ada orang?."Tanya Gaby.

"Tidak ada. Aku sudah tidak punya siapa siapa lagi."Jawab Raw.

"Dulu aku masih punya seorang Kakak laki laki tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."'Sambung Raw.

"Maaf, aku tidak tahu."Ucap Gaby yang merasa tidak enak pada Raw.

"Tidak papa."'Saut Raw.

Gaby pun duduk di ruang tamu sedangkan Rawa pergi kebelakang untuk mengambil air minum.

Tak lama Raw sudah kembali sambil membawa dua gelas air minum. Kemudian Raw duduk di samping
Gaby dan membiarkan air minum itu pada Gaby.

Karena haus Gaby pun langsung meminum air itu sampai tak tersisa setetes pun. Raw hanya menggelengkan kepalanya melihat Gaby minum seperti itu.

"Kamu langsung meminum air itu tanpa ada rasa takut kalau aku menaruh sesuatu di sana."Ucap Raw.

Gaby langsung menengok kearah Raw dan Gaby pun menatap mata Raw saat mendengar ucapan Raw tadi.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang