Waktu terus berlalu dan kini Dira pun sudah di izinkan untuk pulang. Deon membawa Dira pulang di bantu oleh Gaby dan juga Rio.
Saat mereka sampai di rumah, mereka di sambut oleh Erina dan juga llona yang sengaja datang berkunjung ke rumah Deon. Erina tersenyum puas saat melithat Dira yang hanya diam dan duduk di kursi roda.
"Kasian sekali nasib kamu Dira, sudahlah anak mati dan sekarang kamu malah menjadi cacat."Ucap
Ilona."Kak Deon aku sarankan sebaiknya Kak Deon mencari wanita lain yang lebih pantas untuk menjadi istri Kak Deon.'Sambung llona.
"Jaga bicaramu llona."Ucap Deon yang menatap tajam pada Ilona.
Deon membawa Dira menaiki lift yang baru selesai di buat di rumah Deon, agar mempermudah saat membawa Dira ke kamar. Deon menggendong Dira dan membaringkan Dira di atas tempat tidur.
"Aku harap semua ini akan segera berakhir"Ucap Deon yang kemudian mencium kening Dira.
Deon duduk di samping Dira sambil mengelus kepala Dira dengan sangat lembut. Sampai akhirnya Dira memejamkan mata.
✨✨✨
Sedangkan kini di Negara I Ayu sedang marah karena mendengar kabar Dira yang jatuh. Bahkan Ayu sudah meminta Ardian untuk kembali untuk mencari dan membereskan orang orang yang mencelakai Dira.
Tapi hal itu di hentikan oleh Herman. Karena Herman yakin di balik ini semua ada sesuatu yang sangat besar dan Herman pun yakin akan kemampuan dari putrinya itu.
"Kita jangan gegabah, biarkan saja semua itu terjadi dan kita lihat apa yang akan di lakukan oleh
Dira."Ucap Herman."Tapi sekarang Dira sudah tidak bisa apa apa, Dira lumpuh."Ucap Ayu.
"Aku tanya pada kamu Ayu, apa kamu yakin kalau Dira lumpuh? Apa kamu yakin hanya karena jatuh dari lantai yang tidak terlalu tinggi membuat anak mu itu membeku? Apa kamu merasa kalau putri yang kamu lahirkan adalah anak yang selemah itu?"Ucap Herman.
"Ingat anak kamu itu siapa dan selicik apa dia. Dia adalah anak yang aku besarkan dengan pendidikan tinggi dan juga keahlian yang sangat tinggi, jadi aku yakin saat ini anak ku hanya sedang bermain."Sambung Herman.
Mendengar ucapan Herman, Ayu menjadi lebih tenang. Karena memang yang di katakan Herman itu semuanya benar. Bagaimana mungkin Dira bisa seperti itu, terlebih lagi di sana ada Raw yang sangat ahli dalam pengobatan. Meskipun memang Dira lumpuh sekali pun, Raw pasti bisa mengobatinya.
"kamu benar, maaf aku hanya terlalu khawatir"Ucap Ayu.
Herman memeluk Ayu agar Ayu lebih tenang lagi. Herman sangat yakin kalau saat ini Dira pasti hanya sedang bermain seperti dulu.
✨✨✨
Pada sore harinya setelah Erina pergi bersama dengan llona, Erina kembali tidak bersama llona, tapi Erina kembali dengan seorang wanita dan anak kecil yang cantik dan menggemaskan.
Erina mengajak mereka masuk dan duduk bersama untuk mengobrol di ruang tengah. Setelah cukup lama mereka mengobrol Deon turun melalui lift bersama dengan Dira yang di dorong di kursi roda oleh Gaby."Deon kamu mau kemana?."Tanya Erina saat melihat Deon.
"Oh iya kenalkan ini Yasmin dan anaknya Putri."Sambung Erina.
Deon melihat ke arah Yasmin dan Putri dengan tatapan datar. Sedangkan Yasmin tertunduk malu saat Deon melihatnya.
"Oh iya kalau tidak salah dia itu sekertaris kamu di kantor bukan?."Tanya Erina.
"Maaf Nyonya sebenarnya saya sudah tidak bekerja di kantor Tuan Deon lagi."Ucap Yasmin.
"Dan maaf Nyonya sepertinya saya tidak bisa berada di sini lebih lama lagi. Permisi."'Sambung Yasmin yang hendak pergi.
"Tunggu dulu Yasmin, kenapa terburu buru sekali. Oh iya kamu tahu tidak kalau sekarang Dira sudah menjadi wanita cacat."Ucap Erina.
"Maksud Nyonya?."Tanya Yasmin tidak mengerti.
"Kamu lihat saja sendiri."Ucap Erina sambil melihat kearah Dira yang duduk di kursi roda.
"Dia jatuh saat pergi ke mall, lalu dia menjadi cacat dan anak yang di kandung nya pun mati."Sambung
Erina."Cukup Mah! Kenapa Mamah selalu saja mengungkit hal itu. Mamah tahu sendiri bukan kalau saat ini keadaan Dira sedang tidak baik baik saja."Ucap Deon yang sudah tidak tahan dengan ucapan Erina.
Yasmin mendekat pada Deon untuk menenangkan Deon. Lalu Yasmin berjongkok di hadapan Dira sambil memandang Dira dengan tatapan penuh rasa iba.
"Saya tahu apa yang Nona Dira rasakan saat ini, saya juga minta maaf karena sebelumnya saya sudah menyinggung bahkan menyakiti hati Nona
Dira."Ucap Yasmin yang kemudian memeluk Dira."Om Deon pasti saat ini sedih karena sudah kehilangan adik bayi yang Tante Dira kandung."Ucap Putri yang mendekat pada Deon.
"Om Deon yang sabar ya, kan masih ada Putri. Putri mau kok jadi anak Om Deon."Sambung Putri.
"Putri."Ucap Yasmin yang menatap tajam Putri.
"Maaf Bu, Putri hanya ingin menghibur Om Deon."Ucap Putri.
Deon tidak merespon, Deon langsung pergi membawa Dira sedangkan Gaby pergi ke luar.Deon membawa Dira ke taman belakang, saat Deon dan Dira di sana, Deon meminta pada Maya untuk tidak membiarkan siapa pun datang ke sana tanpa seizin darinya.
Saat di taman belakang Deon duduk berhadapan dengan Dira, Deon saling tatap dengan Dira tapi tidak ada pembicaraan di antara mereka. Bukan hanya saling tatap tapi Dira menarik bibirnya ke atas sehingga mengukir senyuman manis tapi mematikan.
Deon mendekat lalu mencium kening Dira setelah itu memeluk Dira, Deon membisikkan sesuatu pada Dira setelah itu Deon tersenyum, senyum yang tidak pernah di lihat oleh orang lain selama ini selain Rio.Tak selang lama Deon mendengar kalau Maya sedang berbicara dengan orang.
"Maaf Nona Yasmin anda tidak boleh pergi ke sana."Ucap Maya.
"Tapi aku hanya ingin mengantarkan bubur ini untuk Nona Dira."Ucap Yasmin.
"Maaf, tetap anda tidak boleh pergi ke sana."Ucap Maya kembali.
"Maya biarkan saja."Ucap Deon.
Setelah mendengarkan ucapan Deon, Yasmin berjalan melewati Maya sambil tersenyum penuh arti dan hal itu tentu saja tidak lepas dari mata Maya.
Yasmin berjalan mendekat pada Deon dan juga Dira sambil membawa bubur yang baru saja di buat nya.
"Boleh saya duduk Tuan?."Tanya Yasmin.
"Hmm."Ucap Deon.
Lalu Yasmin duduk di samping Deon, kemudian Yasmin menghadap Dira dan Yasmin hendak menyuapi Dira bubur yang di buatnya.
"Tunggu! Apa itu?".Tanya Deon yang menghentikan Yasmin.
"Ini hanya bubur yang saya buat tadi Tuan, bukan apa apa. Ini baik untuk Nona Dira."Jawab Yasmin.
"Saya harus mencobanya dulu."Ucap Deon.
Deon menggenggam tangan Yasmin dan mengarahkan bubur yang sudah ada di sendok ke Yasmin tersenyum senang. dalam mulutnya, dan hal itu tentu saja membuat
"Baik kamu boleh memberikan nya pada Dira."Ucap Deon.
Yasmin mengangguk lalu menyuapi Dira bubur yang dia buatnya dan tentunya dengan senyuman puas.
