Mendengar ucapan Dira yang seakan mengerti apa yang saat ini dipikirkan nya, Gaby pun memberanikan diri bertanya pada Dira tentang Ardian. Meskipun pun Gaby masih tidak terlalu yakin.
"Ardian itu orangnya seperti apa sih?."Tanya Gaby.
"Ya seperti manusia pada umumnya." Jawab Dira.
"lya aku tahu, maksud aku sifatnya dan tingkah lakunya gitu."Ucap Gaby.
"Tentang sifat Ardian itu sulit di jelaskan, mungkin jika orang lain yang tidak mengenal Ardian mereka akan mengatakan kalau Ardian adalah orang yang dingin dan tidak punya hati nurani. Dan untuk tingkah lakunya kamu dekati saja dia agar kamu tahu sendiri seperti apa tingkah lakunya."Ucap Dira.
"Aku memang berniat untuk mendekati dia, tapi entah kenapa tiba tiba saja dia menghilang dan satu orang pun tidak ada yang tahu dia pergi kemana, bahkan rumahnya saja pun tidak ada yang mengetahui nya."Saut Gaby.
"Dia sedang ada urusan, dan mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Kalau kamu memang yakin tentang perasaan kamu padanya, tunggu saja dia dan kamu kejarlah saat dia kembali. Tapi kalau tidak, sebaiknya kamu cari pria lain saja."Ucap Dira kembali.
Gaby diam dan memikirkan apa yang di katakan oleh Dira tentang perasaannya pada Ardian. Gaby juga tidak tahu perasaan apa ini, apa ini hanya perasaan suka, atau perasaan penasaran saja apa mungkin ini cinta.
Gaby masih tidak bisa membedakannya karena ini adalah pertama kalinya dalam hidup Gaby merasakan perasaan ini."Tidak perlu terburu-buru untuk meyakinkan perasaan kamu Gaby, sering berjalan nya waktu kamu juga akan mengetahuinya."Ucap Dira.
"Ini coba lah."Sambung Dira sambil memberikan makan yang di masaknya barusan.
Gaby dan Dira pun menikmati makan itu di dapur, tanpa sadar Gaby merasa kalau dirinya tidak kesepian lagi.
"Hmm boleh tidak jika lain kali kita mengobrol bersama lagi seperti ini?."Tanya Gaby.
"Tentu saja boleh."Ucap Dira.
"Bagaimana apakah makanannya enak?."'Sambung Dira yang bertanya pada Gaby.
"lya ini enak sekali."Jawab Gaby.
"Nanti aku akan mengajarkan kamu untuk membuat nya, siap tahu saja suatu saat nanti kau bisa membuatkannya untuk Ardian."Ucap Dira.
"Apa dia menyukai makanan ini?."Tanya Gaby.
"Ya begitulah."Jawab Dira.
Selesai makan Gaby masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamar Gaby memandang langit langit kamar dan memikirkan apa yang di katakan oleh Dira tadi.
Sebenarnya yang saat ini Gaby rasakan hanya rasa penasaran. Tapi entah mengapa Gaby merasa kalau hati kecil nya meminta Gaby untuk tetap setia menunggu Ardian kembali.
Tapi kalau terus setia menunggu Ardian kembali bukankah itu artinya ada perasaan lain selain rasa penasaran. Mungkinkan suka? Apa mungkin cinta?.
"Cinta, bagaimana aku tahu kalau ini adalah cinta. Aku sendiri saja tidak tahu cinta itu seperti apa."Ucap Gaby.
"Kenapa tidak aku tanyakan saja pada Dira, dia sudah menikah dengan Kak Deon itu artinya Dira pasti tahu cinta itu seperti apa. Karena aku selalu melihat Dira bahagia selama ini."Sambung Gaby.
Tanpa sadar Gaby mulai ada rasa ingin berbagi cerita pada orang lain. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya ada orang yang mau mendengarkan dan memberi pendapat pada Gaby.
Bahkan Gaby melupakan kalau Dira adalah orang yang di benci orang Erina, entah apa jadinya nanti kalau sampai Erina tahu jika Gaby dekat dengan Dira.
✨✨✨
Waktu terus berjalan hari terus berganti bulan. Hubungan Dira dan Deon bertambah mesra dengan perut Dira yang kini sudah besar. Dira dan Gaby pun kini semakin dekat, bahkan Gaby lebih sering mengobrol bersama dengan Dira di bandingkan dengan Erina.
Hal itu tentu saja membuat Erina kesal. Erina sudah memberitahu pada Gaby untuk tidak dekat dekat dengan Dira dan menjauh dari Dira. Tapi Gaby menolak permintaan Erina, karena selama ini Dira lah yang menemani Gaby dan menjadi tempat Gaby berbagi cerita suka mau pun duka.
Dira melakukan apa yang tidak pernah Erina lakukan selama ini. Bagi Gaby, Dira sudah seperti Kakak, Ibu dan tema untuk nya. Gaby senang berada di dekat Dira karena Dira perhatian padanya dan selalu mengerti apa yang ada dalam pikiran Gaby.
Sejak hari itu Erina tidak pernah berbicara lagi pada Gaby. Bagi Erina Gaby kini bukan anaknya lagi, karena Gaby sudah tidak ingin mendengarkan apa yang di katakan oleh Erina.
Hari ini karena bosan Dira mengajak Gaby untuk pergi ke mall. Awalnya Gaby menolak karena mengingat kandungan Dira yang sudah besar.
"Kak Dira yakin mau pergi ke mall. Inget loh Kak, kandungan Kakak itu udah delapan bulan."Ucap Gaby memastikan.
Jangan heran kalau Gaby sekarang memanggil Dira dengan panggilan Kakak, karena semenjak dekat dengan Dira, Gaby memanggil Dira dengan panggilan Kakak.
"Yakin dong. Sekalian ada sesuatu yang harus di beli."Ucap Dira.
"Ok, tapi udah izin sama Kak Deon kan?."Tanya Gaby.
"Udah kamu tidak perlu khawatir soal izin sama Deon."Jawab Dira.
"Ya sudah."Ucap Gaby.
Dira dan Gaby pun pergi berdua menggunakan mobil Gaby. Di dalam perjalanan Gaby tiba tiba saja merasakan sesuatu yang tidak enak. Gaby mengajak Dira untuk pergi lain kali saja, tapi Dira ya tetap Dira, keras kepala.
Sesampainya di mall, Gaby terus menggandeng tangan Dira. Awalnya Dira heran dengan sikap Gaby, tapi Dira membiarkannya saja.
Dira dan Gaby masuk ke salah satu tempat yang menjual berbagai jenis barang keperluan bayi. Gaby terus mengekor Dira di belakang, sampai akhirnya Dira ingin mengangkat telepon. Dira meminta Gaby untuk tetap di sini dan jangan mengikutinya sebentar.
Gaby pun menurut dan tidak mengikuti Dira lagi. Dira mengangkat telpon di pinggir pagar kaca pembatas sambil melihat ke lantai bawah.
Karena sedang asik menelpon Dira dan mall yang saat ini sedang cukup ramai, Dira tidak sadar kalau saat ini ada orang yang berjalan mendekat padanya.
Dan dengan cepat orang itu mendorong Dira hingga hampir saja terjatuh. Saat ini Dira tengah memegang pagar pembatas agar tidak jatuh.
"Gaby..."Teriak Dira sekeras kerasnya.
Gaby yang mendengar teriakkan Dira langsung berlari menuju arah teriakan Dira berasal.Orang orang di sekitar pun ikut melihat dan hendak menolong Dira, namun orang yang mendorong Dira menggores tangan Dira. Hingga akhirnya Dira terjatuh kelantai bawah tepat saat Gaby datang. Gaby yang melihat Dira jatuh ke bawah langsung berlari menuju lantai bawah, karena mengandung sepatu tinggi Gaby sempat terjatuh beberapa kali.
Gaby melepaskan sepatunya dan meninggalkan nya begitu saja, Gaby berlari dengan terus memanggil
nama Dira dan air mata yang terus mengalir. Sedangkan orang yang mencelakai Dira berhasil melarikan diri entah kemana.