70

79 2 0
                                    

Keesokan harinya Gaby pulang pagi pagi bersama dengan Raw. Sedangkan Deon dan Dira akan menyusul nanti.
Di dalam perjalanan tidak ada yang bersuara. Rawa yang fokus pada jalanan dan Gaby yang diam dengan pikirannya sendiri.

Entah apa yang akan terjadi nanti saat dia sampai di rumah, apakah dia akan kuat melihat keadaan Erina. Dan setelah cukup lama mereka melakukan perjalanan akhirnya mereka pun kini sudah sampai di depan kediaman Deon.

Gaby langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. Sampai akhirnya Gaby melihat Erina yang sudah terbujur kaku dalam keadaan yang mengenaskan.

Gaby pun jatuh terduduk di samping jasad Erina dan air mata pun sudah tak dapat di bendung lagi.

"Mamah.."Ucap Gaby di sela isak tangisnya.

llona yang menderita suara Gaby langsung menengok ke arah Gaby. llona pun langsung mendorong Gaby hingga tubuh Gaby tersungkur.

"Ngapain kamu disini? Pergi sana!."Teriak llona sambil menangis.

"llona jaga sikap kamu!."Ucap Rangga.

"Biarin aja Kak, aku gak perduli. Aku nggak mau lihat muka dia sini, dasar anak gak tahu diri."Ucap llona.

"Harusnya kamu nggak pergi dari sini dan harusnya semua ini nggak terjadi sama Mamah. Ini semua gara gara kamu yang nggak berbakti sama Mamah, kalau saja kamu berbakti harusnya kamu bisa melindungi Mamah dan menggantikan posisi
Mamah saat itu."Sambung Ilona.

Gaby tidak menjawab ucapan llona, Gaby hanya menangis. Hingga akhirnya Raw masuk dan membatu Gaby.

"Kalau begitu kenapa tidak anda saja yang menggantikan Mamah anda, bukankah Anda anak yang berbakti."Ucap Raw.

"Kamu nggak papa?."Sambung Raw yang bertanya pada Gaby dan Geby pun hanya menggeleng.

llona diam saja dan tidak membalas ucapan Raw. Hingga Rangga pun menarik tangan llona untuk kembali duduk. Sedangkan Rangga kini mendekati Gaby lalu memeluknya. Saat itu Gaby pun menangis di pelukan Rangga.

"Jangan dengarkan perkataan llona. Karena menurut Kakak kamu pergi dari rumah ini adalah keputusan yang benar, apa lagi kamu lebih memilih Deon dari pada Mamah."Ucap Rangga.

"Tapi Kak, apa yang di katakan Kak llona benar. Aku bukan anak yang berbakti."'Ucap Gaby.

"Itu berlaku kalau Mamah memang orang yang baik dan berada di jalan yang benar. Tapi kamu tahu sendiri bukan Mamah bukan orang seperti itu, jadi apa yang di katakan llona tidak benar."Jelas Rangga untuk menenangkan Gaby.

Setelah semua persiapan sudah selesai akhirnya kini jasad Erina pun akan segera di makamkan. Semua orang pergi untuk mengiringi pemakaman Erina.

Jasad Erina kini baru saja selesai di makamkan, dan beberapa orang pun sudah mulai berpergian setelah mengucapkan belasungkawa pada keluarga yang di tinggalkan.

Dan kini hanya tinggal keluarga Felix, Ilona, Rangga, Gaby dan juga Raw. Tapi tak lama Deon datang bersama dengan Dira.

"Maaf kami datang terlambat."Ucap Dira.

llona yang melihat Dira langsung terbakar api amarah. llona menghampiri Dira dan Ilona langsung mengayunkan tangannya untuk menampar Dira, namun Gagal karena Dira menghindar dan llona pun kini bertambah marah pada Dira.

"Kenapa kamu lona?."Tanya Dira.

"Tidak perlu berpura pura di depan ku Dira, aku tahu apa yang terjadi pada Mamah pasti karena kamu. Kamu yang sudah membunuh Mamah."Ucap llona.

"Heh, kalau mau menuduh itu harus ada buktinya. Jangan sampai aku melaporkan kamu dengan tuduhan pencemaran nama baik."Saut Dira.

"Tapi sebelum itu terjadi, aku sudah melaporkan kamu terlebih dahulu atas tuntutan pembunuhan berencana."Ucap llona.

"Silahkan kalau berani."Ucap Dira yang sedikit berbisik pada lona.

"Sayang ayo kita pergi dari sini sekarang juga. Lagi pula untuk apa lama lama di sini kalau kehadiran kita saja tidak di inginkan."'Sambung Dira pada Deon.

"Iya."Ucap Deon.

Setelah itu Deon dan Dira pun langsung pergi menuju mobil mereka. Lalu setelah itu mobil mereka pun pergi dari area pemakaman.

✨✨✨

Menjelang siang hari, mereka pun kembali ke kediaman Deon. Saat mereka masuk mereka melihat seorang gadis kecil sedang mengajak berbicara bayi yang ada di depannya.

"Putri."Panggil llona.

Gadis itu menengok ke arah llona, namun sedetik kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya pada bayi yang dia di hadapannya kembali.

"Kalian sudah kembali?."Tanya Dira yang berjalan mendekat pada Putri dan bayi itu.

Dira pun langsung menggendong bayi itu. Lalu Dira melihat ke arah semua orang yang kini tengah melihatnya dengan tatapan aneh dan penuh tanda tanya, kecuali Gaby dan Raw.

"Kenapa kalian menatap ku seperti itu? Seperti tidak pernah melihat seorang wanita yang tengah menggendong anaknya saja."Ucap Dira.

"Anak? Dia anak kamu?."Ucap llona.

"Iya dia anak ku, namanya Pangeran. Sang pewaris."'Saut Dira sambil melihat Ilona dengan tatapan mengejek.

"Gaby kamu pasti lelah, jadi sebaiknya kamu pergi ke kamar dan istirahat."Ucap Dira saat melihat Gaby.

"Putri temani Tante Gaby istirahat di kamar ya."Sambung Dira.

"Baik.'Saut Putri yang kemudian mendekat pada Gaby lalu menarik tangan Gaby untuk segera pergi ke kamar.

Setelah Gaby dan Putri pergi menuju kamar Gaby, tanpa meminta izin dari Dira terlebih dahulu, Rangga langsung menyusul Gaby dan Putri.

Sedangkan llona dan Felix masih diam membisu setelah mendengar ucapan Dira tentang bayi yang di gendongnya. Sedangkan keluarga Felix memilih untuk pamit undur diri meskipun belum bertemu dengan Deon.

Karena mereka tidak ingin ikut terlibat dalam permasalahan llona dan juga Dira.

"Untuk apa kalian masih berdiri di sana?."Tanya Dira pada llona dan Felix.

"Kenapa memangnya, ini juga rumah ku jadi aku bebas mau ngapain aja di sini."Jawab llona.

"llona, aku beritahu ya kalau rumah ini adalah rumah suami ku, Ayah dari anak ku. Jadi rumah ini tidak ada sangkut pautnya dengan kamu."Ucap Dira.

"Heh anak. Dira Dira, kamu pikir aku nggak tahu kalau anak itu hanya anak pungut kamu." Ucap llona.

"Anak pungut bagaimananya sih, kamu lihat wajah dia baik baik! Wajah nya sangat mirip dengan Deon, lagi pula masa kamu tidak mengenali bayi yang ingin kamu bunuh sejak dia masih di dalam kandungan."Saut Dira.

"Itu tidak mungkin, anak kamu sudah mati Dira."Ucap llona.

"Kalau tidak percaya terserah, lagi pula anak ku tidak butuh pengakuan dari kamu. Dan sekarang sebaiknya kalian pergi dari sini."Ucap Dira.

Setelah itu Dira pun pergi meninggalkan llona dan
Felix. lona akhirnya mengajak Felix untuk pergi dan pulang ke rumah.

Namun Felix hanya diam saja sambil melihat Dira yang tengah menaiki anak tangga sambil menggendong pangeran.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang