78

48 1 0
                                    

Tidak lupa Raw selalu memotret Gaby yang nantinya akan di kirimkan pada Dira. Raw tidak mau kalau Dira atau pun Deon cemas pada Gaby.

Satu hari ini Gaby dan Raw pergi keluar, pergi ke tempat tempat wisata yang tidak jauh dari sana. Raw selalu saja mempunyai cara untuk membuat
Gaby tertawa lepas seakan akan tidak memiliki beban hidup.

Dan hal itu tentu saja membuat Raw senang karena bisa melihat Gaby tertawa. Mungkin jika waktu mempertemukan Raw dan Gaby lebih dulu sebelum Gaby bertemu dengan Ardian, rasa cinta Gaby pasti sudah menjadi milik Raw.

Tapi apa boleh buat, semuanya sudah terjadi. Dan Raw harus menerima kalau dia tidak bisa memiliki
Gaby. Tapi Raw senang karena saat ini dia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Gaby.

Langit kini berubah menjadi gelap dan hujan pun akhirnya turun. Raw dan Gaby berteduh di sebuah gazebo yang ada di tempat wisata itu, dan kebetulan di sana hanya ada mereka berdua.
Hujan turun cukup deras dengan disertai angin yang membuat suasana menjadi lebih dingin. Raw melepas jaketnya dan memakaikannya pada
Gaby.

"Jangan Raw nanti kamu kedinginan. Aku sudah pakai jaket ku kok."Ucap Gaby.

"Pakai saja, aku tahu kamu masih kedinginan kan."Ucap Raw.

Gaby pun akhirnya membiarkan Raw memakaikan jaket padanya. Saat itu Gaby melihat wajah Raw dari dekat, sangat sangat dekat. Gaby melihat sebuah ketulusan di wajah Raw yang membuat Gaby entah mengapa merasa nyaman dan aman.

Dan Gaby pun tersadar sejak bersama Raw dia tidak ingat pada Ardian. Apakah hatinya mulai berubah arah setelah mendapatkan perhatian dari Raw.

"Gaby kamu kenapa?."Tanya Raw saat melihat Gaby diam sambil menatapnya.

"Aku tidak papa."Jawab Gaby.

"Kamu yakin?."Tanya Raw kembali.

Gaby menggenggam tangan Raw lalu mengangguk sambil tersenyum. Dan hal itu membuat Raw merasa tenang.

✨✨✨

Hujan terus saja turun tanpa berhenti dan justru semakin deras. Raw menjadi khawatir karena melihat Gaby yang semakin kedinginan.

Hingga ada orang yang datang menghampiri mereka berdua.

"Mas, Mbak sepertinya hujan akan berlangsung lama. Mas dan Mbak sebaiknya pergi ke penginapan yang ada di depan sana."Ucap orang itu.

"Kalau begitu boleh saya pinjem payungnya Pak?."Tanya Raw saat melihat orang itu membawa payung satu lagi.

"lya Mas boleh."Ucap orang itu.

Raw dan Gaby pun akhirnya pergi menuju penginapan yang di maksud dengan di ikuti oleh orang tadi.

Setelah berjalan sepuluh menit mereka pun sudah sampai di sana. Raw mengembalikan payung pada orang itu sambil memberikan uang.

Setelah itu Raw pun pergi memesan kamar. Dan ternyata kamar yang tersisa hanya ada satu. Dengan terpaksa Raw pun mengambilnya.
Raw dan Gaby langsung menuju kamar mereka.

Setelah sampai di dalam kamar, Raw meminta Gaby untuk beristirahat dan tidur di atas tempat tidur.

Sedangkan Raw hanya duduk di sofa.
Walaupun sebenarnya Raw ingin berada di samping Gaby dan memeluknya, tapi Raw tahu itu tidak baik untuk hatinya.

✨✨✨

Sedangkan kini di kediaman Deon, Dira tengah dilanda kecemasan. Dira merasa kalau sesuatu telah terjadi tapi Dira tidak tahu itu apa. Dira pun menghubungi Deon yang sedang berada di kantor dan menanyakan keadaannya. Hal itu tentu saja membuat Deon heran, terlebih lagi mendengar nada bicara Dira yang sangat gelisah.

"Halo sayang."Ucap Dira.

"Kamu baik baik saja bukan?"Sambung Dira yang bertanya pada Deon dengan penuh kegelisahan.

"lya aku baik baik saja. Memangnya ada apa? Dan kenapa kamu berbicara seperti orang gelisah?." Jawab Deon yang bertanya kembali pada Dira.

"lya karena aku memang sedang dilanda kegelisahan. Aku merasa sepertinya telah terjadi sesuatu, tapi tidak tahu apa itu." Jelas Dira.

"Apa mungkin tentang Pangeran? Di mana dia?."Tanya Deon.

"Bukan, Pangeran ada bersama dengan ku di kamar dan dia sedang tidur." Jawab Dira.

"Gaby"Ucap Deon.

"Apa mungkin terjadi sesuatu pada Gaby?."Sambung Deon.

"Sepertinya bukan, karena aku sudah mendapat kabar dari Raw tadi."Jawab Dira.

"Sepertinya kamu kelelahan, sebaiknya kamu istirahat saja sekarang."Ucap Deon.

"Baiklah, kamu hati hati ya. Kalau terjadi sesuatu lang hubungi aku."Ucap Dira yang kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Deon.

Dira pun menenangkan hatinya. Dan Dira langsung beristirahat karena mungkin apa yang di katakan oleh Deon benar.

"Kakak..."

"Kak Dira...."

"Tolong aku Kak.. ..

"Kak Dira... "

"ARDIAN.... ARDIAN...."

"Ardian."Ucap Dira yang kini terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu.

Dan Dira kini sepertinya tahu kegelisahannya bertuju pada Ardian. Dira pun langsung mengambil handphone nya lalu langsung menghubungi Ardian.

Namun sudah berkali kali Dira menghubungi Ardian tapi tetap saja tidak bisa. Akhirnya Dira memutuskan untuk menghubungi Ayu.

Tapi lagi lagi, tidak bisa di hubungi. Dan kini Dira menghubungi Herman, dan Herman pun langsung mengangkat telepon dari Dira.

"Halo Ayah."Ucap Dira.

"Halo sayang." Jawab Herman dengan nada lesu.

"Ada apa Ayah, apa telah terjadi sesuatu di sana?."Tanya Dira.

"Di mana Bunda?."Sambung Dira yang bertanya kembali pada Herman.

"Bunda ada di samping Ayah."Jawab Herman.

"Lalu kenapa Bunda tidak bisa di hubungi? Dan di mana Ardian Ayah?."Tanya Dira kembali.

Kali ini Herman tidak menjawab pertanyaan Dira. Herman hanya diam saja dan hal itu tentu membuat
Dira semakin cemas.

"Ayah.."Panggil Dira.

"Ayah kenapa dianm saja? Di mana Ardian?"Sambung Dira.

"Ardian."Ucap Herman yang terdengar begitu berat.

"Ardian apa? Ayah jangan sembunyikan sesuatu dari aku, katakan dimana Ardian Yah. Aku sangat khawatir padanya, apa lagi tadi aku bermimpi Ardian meminta tolong padaku dan keadaan Ardian sangat mengkhawatirkan."Ucap Dira.

"Apa yang kamu katakan memang benar sayang, keadaan Ardian saat ini sangat mengkhawatirkan."Ucap Herman dengan suara yang berat.

"Kenapa bisa begitu?."Tanya Dira dengan perasaan yang semakin menggebu.

"Semua itu karena Paman mu Hardi. Dia sudah merencanakan ini semuanya. Dia ingin menghabisi
Ardian, karena Ardian sudah berhasil mengambil alih semuanya kembali."Jelas Herman.

"Dan Ayah tidak tahu rencana Hardi sebelum. Ayah baru mengetahuinya saat Ardian sudah koma di rumah sakit sayang"Ucap Herman yang kini terdengar sangat terluka.

"Kenapa Ayah tidak balas saja dia?"Tanya Dira.

"Ayah dan Bunda saat ini tidak bisa berkutik Dira. Karena Hardi sudah bekerja sama dengan beberapa kelompok besar di sini. Ayah dan Bunda tidak bisa apa apa sekarang, karena kalau pun kita melawan, pasti saat ini Ayah dan Bunda yang kalah." Jelas Herman.

"Maafkan Ayah sayang, karena Ayah tidak bisa menjaga Ardian."Sambung Herman.

"'Ayah tidak perlu meminta maaf. Aku mengerti keadaan Ayah saat ini."Ucap Dira.

"Ayah dan Bunda tenang saja aku akan membereskan semuanya."Sambung Dira.

"Jangan sayang, itu berbahaya!."Ucap Herman.

"Maaf Ayah, Ayah tidak bisa menghalangi jalan ku."Ucap Dira yang kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang