6

233 8 0
                                    

Keesokan harinya saat Deon dan Dira masih terlelap terdengar suara bising dari lantai bawah yang akhirnya membangunkan Deon dan Dira.

"Aduh kenapa pagi pagi sudah berisik sekali, apa setiap hari selalu begini di rumah kamu Deon?."Tanya Dira.

"Tidak."Jawab Deon.

Karena semakin berisik akhirnya Deon pun bangkit lalu keluar dari kamar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Deon melihat keadaan di bawah dari atas.

"Maya kenapa pagi pagi sekali sudah berisik?."Teriak Deon dari atas yang bertanya pada Maya.

"Maaf Tuan."Ucap Maya.

"Deon kamu turunlah dulu ada yang perlu di bicarakan."Ucap Erina dari bawah.

"Apa sih Mah? Ini masih pagi dan aku masih mengantuk."Ucap Deon.

"Deon, orang tua Oliv datang untuk meminta izin agar Oliv tinggal i sini sementara waktu karena semalam Oliv mencoba bunuh diri. Oliv akan terus berusaha untuk bunuh diri kalau kamu tidak ada di dekatnya."Jelas Erina.

"Terserah saja."Teriak Deon yang kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya.

Deon masuk lalu menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang. Dira pun sangat heran karena tidak biasanya Deon seperti itu. "Kamu kenapa?."Tanya Dira.

Deon menarik nafas panjang lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi. Deon benar benar malas dengan semua ini.

Dira pun menepuk pundak Deon lalu menyuruh Deon untuk tidur kembali. Deon pun tidur kembali karena memang masih terlalu pagi. Sedangkan Dira keluar dari dalam kamarnya untuk melihat keadaan di bawah.

Dira tersenyum saat melihat dan mendengar pembicaraan Erina dan orang tua Olivia. Walau pun jaraknya sedikit jauh Dira masih bisa mendengarnya karena Dira memiliki pendengaran yang tajam.

Setelah itu Dira pun kembali lagi ke dalam kamar untuk melanjutkan tidurnya.

Tepat pukul tujuh Dira dan Deon terbangun. Deon masuk ke dalam kamar mandi lebih dulu sedangkan
Dira menyiapkan pakaian untuk di pakai Deon ke kantor hari ini.

Saat Deon keluar dari dalam kamar mandi Dira langsung masuk untuk menyegarkan dirinya. Dan setelah semuanya sudah selesai Deon serta Dira keluar dari kamar, mereka berjalan menuju ruang makan di sana sudah ada Erina adik adik Deon dan juga Olivia.

Deon langsung duduk di kursinya dan saat Dira akan duduk di samping Deon, Olivia langsung berjalan mendekat pada Deon lalu mengambilkan makanan untuk Deon setelah itu Olivia duduk di tempat duduk Dira.

Dira yang melihat itu tentu saja kesal namun Dira harus bersabar.

"Sabar Dira." Batin Dira.

"Dira kenapa kamu masih berdiri saja di situ Ayo duduk."Ucap Olivia.

Deon melihat ke arah Dira, Deon tahu kalau Dira pasti sangat kesal. Saat Deon akan berbicara tiba tiba saja Dira mengambil piring yang tadi sudah di isi makanan oleh Olivia. Kemudian Dira menambahkan porsinya, lalu meletakkannya di hadapan Deon kembali.

"Dira kamu itu apa apaan sih? Kenapa kamu menambah porsi makannya Deon. Kamu itu benar benar ya."Ucap Olivia yang langsung berdiri dan hendak mengambil piring Deon.

"Tidak perlu di ambil."Ucap Dira sambil menahan piring yang berisi makan itu.

Lalu tanpa di duga duga Dira langsung duduk di pangkuan Deon.

"Aku sengaja menambah porsinya karena memang aku akan makan satu piring berdua dengan Deon. lya kan sayang."Sambung Dira dengan memperjelas kata sayang pada Deon.

"Iya tentu saja"Ucap Deon.

"Hei duduklah untuk apa terus berdiri seperti itu."Ucap Dira pada olivia.

Olivia pun akhirnya duduk, setelah itu mereka langsung menikmati sarapan mereka. Deon dan Dira makan satu piring berdua dan dengan Dira duduk di pangkuan Deon.

Olivia sangat sangat marah bagaimana ini bisa terjadi. Semuanya tidak sesuai dengan apa yang di rencanakan oleh nya.

Setelah selesai sarapan Deon langsung bersiap ke kantor. Saat Deon keluar dari rumah dan hendak masuk ke dalam mobil, Olivia langsung berlari dan membukakan pintu mobil untuk Deon, namun bukan Deon yang masuk saat Olivia membukakan pintu mobil itu, tapi Dira yang masuk.

"oh terimakasih banyak Olivia, aku tidak menyangka ternyata kamu baik sekali pada ku. Tapi menurut ku kamu tidak perlu melakukan itu, aku bisa melakukannya sendiri kok, lagi pula itu kan pekerjaan pelayan. Oh atau kamu sedang belajar menjadi seorang pelayan di rumah ini?."Ucap Dira.

Sedangkan Deon hanya mendengarkan ucapan Dira di dalam mobil sambil tersenyum karena Deon sudah masuk ke dalam mobil lewat pintu yang di bukakan oleh Rio.

"Maya."Panggil Dira.

"lya Nyonya "Jawab Maya.

"Tolong kamu ajarkan Nona Olivia menjadi pelayan di rumah dengan baik ya."Ucap Dira.

"Baik Nyonya."Saut Maya sambil membungkuk.

Setelah itu Dira langsung menarik pintu mobil itu dengan kencang. Karena Dira melakukan itu secara tiba tiba akhirnya tangan Olivia yang sedang memegang pintu mobil pun terjepit.

Olivia langsung menjerit kesakitan karena hal itu sedang Dira tertawa terbahak bahak. Deon dan Rio hanya tersenyum melihat itu.

"Apakah kamu senang sayang?."Tanya Deon.

"Tentu saja bahkan aku sangat sangat senang." Jawab Dira.

"Tapi apa menurutmu aku keterlaluan?."'Sambung
Dira yang bertanya pada Deon.

"Tidak. Itu tidaklah ada apa apanya untuk orang yang berusaha memisahkan kita."Jawab Deon.

Dira tersenyum puas karena Deon mendukungnya. Sebenarnya Dira ingin melakukan sesuatu yang lebih namun belum saatnya lagi pula Olivia pun masih menggunakan cara cara yang norak seperti tadi.

Setelah tiga puluh lima menit mereka pun sampai di kantor milik Deon. Lalu mereka langsung masuk ke dalam.
Saat mereka masuk mereka langsung di sambut oleh para karyawan di kantor Deon.

Saat mereka berjalan menuju lift pribadi yang hanya boleh di gunakan oleh Deon, Rio dan orang orang penting saja. Tiba tiba seseorang berteriak memanggil Deon.

"Deon."Panggil orang itu dengan nada berteriak. Deon, Dira dan Rio pun langsung menengok ke arah sumber suara. Saat itu mereka melihat seorang pria paruh baya datang bersama dengan anak buahnya.

"Kurang ajar kamu. Bisa bisanya kamu membatalkan kerja sama kita begitu saja dan mencabut kembali modal yang sudah kamu berikan."Ucap orang itu dengan nada bicara yang sangat tinggi.

"Tentu saja saya membatalkannya. Lagi pula untuk apa melanjutkan kerja sama yang hanya akan merugikan perusahaan saya."Jawab Deon.

"Dasar bocah tengik sialan kamu Deon." Ucap orang itu.

Lalu orang itu mengarahkan sebuh pistol pada Deon dan tanpa pikir parnjang langsung menembakan peluru ke arah Deon. Deon dan Rio pun refleks menghindar sedangkan Dira masih tetap berdiri di posisinya dan Dira hanya memiringkan kepalanya sedikit untuk menghindari peluru itu. Tentu saja semua orang terkejut melihat itu karena Dira terlihat sangat tenang dalam kondisi yang seperti tadi. Deon yang sangat khawatir dan takut terjadi sesuatu pada Dira pun langsung menarik Dira dan meminta Dira untuk bersembunyi beberapa saat bersama dengan yang lainnya sedang Deon dan Rio beserta anak buah Rio yang ada di perusahaan berusaha untuk menghadapi orang itu dan anak buahnya.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang