85

114 2 0
                                    

Setelah membereskan semuanya Dira pun pergi ke rumah sakit untuk menyerahkan semua dokumen dokumen penting pada Herman.

"Ayah ini adalah dokumen dan berkas berkas yang telah aku ambil alih dari Hardi."Ucap Dira.

"Dan mulai sekarang Ayah tidak perlu khawatir lagi tentang dia, karena dia sudah tidak punya apa pun lagi. Perusahaan dan kekuasaan nya sudah menjadi milik kita sekarang."'Sambung Dira.

"Ayah tidak tahu harus bicara apa sama kamu Dira. Ayah benar benar tidak habis pikir bagaimana bisa kamu melakukan ini semua? Sedangkan Ayah saja bisa dalam keadaan terancam oleh Hardi."Ucap Herman.

"Itu karena Hardi sangat mengenal Ayah. Jadi Hardi tahu titik lemah Ayah. Tapi tidak dengan aku, dan semuanya bisa berjalan dengan sangat lancar itu karena bantuan dari Deon, Rio dan juga Ziko."Ucap Dira.

"Ayah tahu." "Deon, Rio dan Ziko terimakasih sudah bersedia membantu saya dan anak saya."Ucap Herman.

"Ayah tidak pernah sungkan seperti itu padaku." Saut Deon.

"Benar Tuan, karena apa yang kami lakukan memang sudah menjadi kewajiban untuk kami."Ucap Ziko.

Mendengar hal itu Herman hanya tersenyum.

Deon dan yang lainnya terus mengobrol menmbahas yang lainnya, sedangkan Dira kini duduk di samping
Ardian yang masih terbaring tak berdaya.

Dira menggenggam tangan Ardian sambil menatap wajah Ardian. Sangat terlihat jelas sekali kalau Dira begitu menyayangi dan mencintai Ardian.
Rasa yang tak pernah berubah sedikitpun dari saat kelahiran Ardian. Dira pun mencium tangan Ardian.

"'Sampai kapan kamu akan tidur terus seperti ini? Apa kamu tidak merasa lelah?. Dan apakah kamu tidak ingin melihat keponakan mu yang sangat lucu dan tampan itu?"

"Ardian ayo bangunlah, ayo kita pulang bersama lalu kita bermain bersama dengan Pangeran."Ucap Dira.

"Ardian ada satu hal yang ingin Kakak tanyakan padamu, dan ini mengenai Gaby. Bagaimana menurut mu jika Gaby bersama dengan pria lain? Kamu tidak akan keberatan bukan?."

"Kakak tahu kamu tidak mencintainya dan Kakak juga sekarang tahu kalau ada pria yang begitu mencintai dan menyayangi Gaby. Saat ini mereka tinggal bersama, Kakak yakin selama mereka tinggal bersama pria itu sudah menmberikan sejuta kasih sayang dan perhatian pada Gaby dan Kakak juga yakin Gaby sudah memiliki perasaan padanya, meskipun masih ada nama mu di hati Gaby tapi perlahan pasti perasaan Gaby padamu akan hilang seiring berjalannya waktu. Jadi kamu tidak akan keberatan bukan jika pada akhirnya Gaby lebih memilih pria itu?." Ucap Dira dengan terus menggenggam tangan Ardian.

Setelah itu entah kenapa tiba-tiba saja Ardian meneteskan air matanya. Dan hal itu tentu saja tak lepas dari penglihatan Dira. Dira yang melihat hal itu tentu saja terkejut.

"Hei kenapa kamu menangis?."Ucap Dira sambil menghapus air mata Ardian.

"Kenapa? Apa kamu mencintai Gaby? Dan apa kamu tidak rela jika Gaby bersama dengan pria lain?"Tanya Dira.

"Kalau memang iya, gerakan tangan kamu Ardian! Kakak tahu kamu mendengar apa yang Kakak katakan."Sambung Dira.

Dan jari tangan Ardian pun bergerak, Dira yang sedang menggenggam tangan Ardian tentu saja merasakan pergerakan jari Ardian.

Setelah itu Dira pun memanggil Dokter. Herman dan Ayu yang tahu kalau Dira memanggil Dokter langsung mendekat pada Dira.

"Ada apa sayang?."Tanya Ayu.

"Apa terjadi sesuatu pada Ardian?"Tanya Herman.

"Aku tidak tahu, tapi tadi Ardian terus merespon apa yang aku katakan. Dan semoga saja kondisi Ardian sudah membaik."Jawab Dira.

Tak lama Dokter pun datang. Dokter langsung memeriksa keadaan Ardian, dan setelah selesai memeriksa Dokter pun memberitahu kalau Ardian sudah berhasil keluar dari komanya dan mungkin Ardian akan sadar dalam beberapa hari.

Mendengar Dokter berkata seperti itu tentu saja membuat semua orang sangat senang. Terlebih lagi Ayu dan Hernman, mereka terus saja mengucap syukur atas senmua yang terjadi saat ini.

Sedangkan Dira kini hanya tersenyum sambil menatap wajah Ardian.

"Apa karena aku katakan bahwa ada pria yang mencintai Gaby di sisinya sehingga kamu langsung membaik seperti sekarang ini? Kamu mencintai
Gaby? Kamu tidak ingin kehilangannya?." Batin Dira.

"Tapi Ardian jika apa yang di pikirkan Kakak itu benar dan ternyata Gaby lebih memilih pria lain dari pada dirimu, maka Kakak tidak bisa memaksa kehendaknya dan kamu pun tidak bisa memaksanya' Batin Dira kembali.

✨✨✨

Hari terus berganti dan pada hari ini akhirnya Ardian pun sadar. Semua orang sangat senang melihat
Ardian yang sudah sadar.

Dira yang baru saja sampai di rumah sakit langsung memeluk Ardian.

"Akhirnya kamu sadar juga Ardian."Ucap Dira sambil terus memeluk Ardian.

"Kak aku ingin melihat Gaby."'Ucap Ardian lirih.

Dira yang mendengar ucapan Ardian, memeluk Ardian dengan sangat erat. Dira kini yakin kalau secara tidak sadar Ardian menyukai Gaby. Tapi Dira tidak tahu apakah perasaan Gaby untuk Ardian masih sama seperti dulu atau masih adakah yang tersisa untuk Ardian. Karena rasanya mustahil jika
Gaby tidak memiliki perasaan pada Raw setelah apa yang Raw lakukan pada Gaby selama tinggal bersama. Dira tahu semuanya dari Lusi yang selalu melapor pada Dira.

"Kak.'Panggil Ardian lirih.

"lya."'Saut Dira.

"Gaby Kak "Ucap Ardian kembali.

"Kalau kamu memang ingin bertemu dengannya, maka kamu harus cepat sembuh agar kita bisa pulang bersama."Ucap Dira.

"lya."Ucap Ardian.

Setelah itu Dira pun melepas pelukannya. Ardian pun kembali beristirahat agar keadaannya cepat membaik.

✨✨✨

Di tempat lain tepatnya di kampung halaman Raw, Gaby kini tengah menimang Pangeran di bawah pepohonan di temani oleh Lusi dan juga Dini anak Bi Lastri.

"Non Gaby sudah pantas menjadi seorang Ibu loh Non."Ucap Dini.

"Benarkah?."Tanya Gaby.

"Iya. Apalagi kalau Non Gaby dan Mas Raw tengah bersama menjaga Pangeran, huuh kalian tuh seperti keluarga kecil bahagia."Ucap Dini.

"lya kan Mbak Lusi?."'Sambung Dini yang bertanya pada Lusi.

"lya benar. Kenapa Nona Gaby dan Raw tidak menikah saja? Bukankah kalian saling mencintai."Ucap Lusi.

"Entahlah. Dan untuk menikah rasanya aku belum memikirkan hal itu."'Ucap Gaby.

"Bagaimana bisa aku menikah dengan Raw, sedangkan perasaanku saja tidak jelas untuk siapa." Batin Gaby.

Tak lama Raw datang menghampiri mereka. Raw pun mengambil alih Pangeran dari Gaby. Lalu Gaby pun duduk bersama dengan Dini dan juga Lusi.

Hubungan Raw dan Gaby memang semakin dekat, apalagi semenjak kehadiran Pangeran. Raw dan Gaby benar benar berperan sebagai seorang Ayah dan Ibu yang begitu menyayangi Pangeran. Bahkan mereka sering kali tidur di atas tempat tidur bersama dan mereka hanya terhalang Pangeran yang tidur di antara mereka.

Dan semenjak hari itu, hari dimana Raw mengungkapkan perasaannya pada Gaby, Raw tidak pernah ragu atau canggung lagi pada Gaby.

Raw mencurahkan semua kasih sayang dan cintanya pada Gaby. Tak perduli dimana pun mereka berada, bahkan di depan umum pun Raw tak ragu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada Gaby.

Dan Gaby tentu saja merasa nyaman dan senang dengan apa yang di lakukan oleh Raw padanya.

Karena saat itu Gaby merasa kalau dirinya adalah wanita paling sempurna karena di perlukan begitu istimewa oleh Raw.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang