48

70 5 0
                                        

Keesokan harinya setelah Deon pergi ke kantor, Dira langsung membuka email yang di kirimkan oleh Ziko tadi pagi. Dira tahu pasti Ziko mengirimkan informasi tentang Alex yang di minta Dira kemarin.

Saat Dira membaca informasi tentang Alex, Dira mengepalkan tangannya sambil tersenyum devil. Karena sesuai dengan dugaan Dira, kalau Alex yang menyerang Deon kemarin adalah Alex yang sama dengan Alex yang memiliki urusan dengan Dira.

"Akhirnya aku bisa menemukan kamu Alex."Ucap Dira.

"Aku tidak menyangka kalau si tua Bangka itu mengirim anaknya ke sini, mungkin dia pikir anaknya akan aman jika berada di sini. Baiklah kita lihat saja nanti."Sambung Dira.

Setelah itu Dira mengambil handphone nya lalu menghubungi Ziko.

"Ziko aku mau kamu awasi pergerakan dari Alex."Ucap Dira.

"Baik Nona."Jawab Ziko dari sebrang telpon.

Mungkin saat ini Dira tidak bisa melakukan apa pun, tapi bukan berarti Dira tidak bisa melakukan sesuatu di luar sana tanpa harus bertindak. Karena merasa bosan berada di kamar, akhirnya Dira pun pergi ke taman belakang untuk menghirup udara segar. Saat Dira sedang duduk di sana, Rangga datang lalu duduk di samping Dira. Rangga melirik Dira sekilas.

"Bagaimana rasanya jadi istri dari seorang Deon, membosankan bukan?."Tanya Rangga tapi tidak di gubris oleh Dira.

"Seharusnya Deon lebih memberikan waktunya pada kamu yang sedang mengandung anaknya, bukannya malah mempersibuk diri di kantor"Ucap Rangga kembali.

"Kalau aku yang menjadi suami dan Ayah dari akan kamu aku pasti akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kamu."Sambung Rangga.

"Oh ya tentu saja, karena kamu memang kurang kerjaan. Bahkan perusahaan kamu pun tidak sebesar perusahaan Deon, karena itu wajar saja kalau kamu lebih memiliki waktu luang. Kalau boleh aku kasih saran sebaiknya kamu pergi dan kerjakan perkerjaan kamu dengan benar, agar kamu tidak berharap sesuatu dari Deon."Ucap Dira.

Dira bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rangga seorang diri. Dira tahu maksud dari ucapan Rangga tadi, tapi Dira tidak perduli dan tidak mau tahu.

Dira benar benar tidak pernah mendapat ketenangan di rumah ini, semua penghuni rumah ini terus saja mengganggu nya dan tidak pernah membiarkannya hidup tenang.
Dira pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantor Deon dengan di antar oleh supir.

Sesampainya di kantor Dira langsung masuk ke dalam dan berjalan menuju ruangan Deon. Dira pun menaiki lift untuk pergi ke lantai paling atas di mana ruangan Deon berada.

Saat sudah sampai di lantai atas, Dira langsung berjalan menuju ruangan Deon. Saat Dira melewati tempat kerja sekretaris Deon yang tak lain adalah
Yasmin, Dira heran karena tidak melihatnya di sana.

Ceklek.

Dira membuka pintu ruangan Deon saat itu Dira melihat kebersamaan Deon dengan Yasmin dan juga seorang anak kecil.

Deon yang mendengar pintu ruangannya di buka pun langsung menengok ke arah pintu. Saat Deon melihat Dira berdiri dan menatap nya, Deon langsung tersenyum sambil bangkit dari duduknya lalu menghampiri Dira.

"Sayang kamu datang? Kenapa tidak menghubungi aku dulu sebelumnya?."Tanya Deon sambil berjalan mendekat pada Dira.

"Kalau aku hubungi kamu lebih dulu, mungkin aku tidak akan melihat adegan yang bahagia ini.'Saut Dira.

Deon tersenyum mendengar ucap Dira. Deon tahu pasti saat ini Dira sedang berpikir yang tidak tidak terhadapnya. Deon menuntun Dira masuk lalu mendudukkan Dira di kursi kebesarannya.

"Yasmin bawalah Putri keluar dulu!."Ucap Deon pada Yasmin.

"Baik Tuan."Saut Yasmin.

"Ayo sayang kamu ikut lbu keluar sebentar"'Sambung Yasmin yang berbicara pada seorang anak kecil yang bernama Putri.

"Tapi kenapa Bu? Putri masih mau main sama Ayah."Ucap Putri.

"Putri patuhilah apa kata lbu kamu."Ucap Deon.

Setelah itu Putri pun keluar dari ruangan Deon bersama dengan Yasmin. Putri terlihat sedih karena
Putri masih ingin bermain dengan Deon.

Setelah Yasmin dan Putri keluar, Deon pun menjelaskan pada Dira siapa Putri dan apa hubungannya dengan Yasmin dan juga dirinya.

"Sayang aku tahu kamu pasti saat ini sedang salah faham padaku. Baiklah biar aku jelaskan padamu."Ucap Deon.

"Gadis kecil itu bernama Putri dia adalah anak dari Yasmin. Dan memang Putri memanggil aku dengan sebutan Ayah karena sudah dari kecil Putri mengenalku dan menganggap aku adalah Ayahnya."Sambung Deon.

"Apa Ayah kandungnya tidak keberatan kalau anaknya memanggil orang lain dengan sebutan Ayah?"Tanya Dira.

"Sebenarnya Putri tidak mempunyai Ayah."Jawab Deon.

"Hmmm jadi ayah Putri sudah meninggal? Apa memang mungkin tidak pernah ada?."Tanya Dira kembali.

"Ya begitulah, dan aku merasa tidak tega padanya. Apa lagi semua itu terjadi karena aku meminta Yasmin mengantarkan dokumen pada ku saat malam hari, karena dokumen itu tidak sengaja terbawa oleh Yasmin pulang"Jelas Deon.

"Itu karena kesalahan dan kecerobohan dia sendiri, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah padanya."Ucap Dira.

"Tapi ya terserah kamu saja, hanya saja aku tidak mau kalau sampai anak aku lahir nanti kasih sayang dari Papah terbagi apa lagi dengan anak yang jelas bukan darah dagingnya."Sambung Dira.

"Tentu saja. Cepat atau lambat aku akan meminta Yasmin memberi pengertian pada Putri kalau aku bukan Ayahnya."Ucap Deon.

Setelah itu Deon mencium kening dan perut Dira, yang artinya Deon mencium anak nya. Dira tahu kalau Deon sangat menyayangi nya dan juga anak yang ada dalam kandungannya.

Hanya saja Dira ingin orang yang berada di balik pintu ruangan Deon sadar diri, kalau sampai kapan pun dia tidak akan mendapatkan posisi di sisi Deon, meskipun dengan cara melalui anaknya itu.

Ya, yang di maksud Dira adalah Yasmin. Dira tahu kalau saat ini Yasmin masih di depan dan sedang mendengarkan pembicaraan nya dengan Deon. Dira tahu karena Yasmin tidak menutup pintunya dengan rapat.

"Olivia baru saja di singkirkan, ternyata sudah ada ular yang lebih berbisa yang berusaha mendapatkan
Deon." Batin Dira.

Yasmin yang mendengar pembicaraan Deon dan Dira merasa sakit hati, entah mengapa tapi Yasmin pun tidak tahu. Akhirnya Yasmin mengajak putri pergi ke tempat kerjanya.

Yasmin menatap Putri dengan tatapan sayang dan kasihan, karena Putri harus hidup hanya berdua dengan nya dan tanpa ada seorang Ayah yang bisa menjaganya.

"lbu, Tante cantik tadi itu siapa?"Tanya Putri.

"Dia itu istri nya Ayah."Jawab Yasmin.

"|stri itu apa Bu? Dan kenapa Ayah memanggil nya dengan sebutan sayang, sama seperti memanggil aku? Padahal lbu saja tidak pernah di panggil sayang oleh Ayah."Ucap Putri.

Yasmin tidak menjawab pertanyaan dari Putri karena Yasmin sendiri tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Jujur saja Yasmin tidak ingin melihat anaknya sakit hati.

CINTA YANG SESUNGGUHNYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang