After Winter

3.4K 321 77
                                    

Felix duduk di pinggir kolam renang dengan buku novel dan juga segelas es jeruk yang menemaninya. Matahari sore itu bersinar cerah namun angin terus berembus membawa udara sejuk yang menyegarkan di tengah musim panas. Suara riak air dari gerakan seseorang yang tengah berenang pun menjadi musik alami yang menemani sore harinya.

Kacamata hitam bertengger manis di hidung Felix, mencoba menghalau sinar matahari yang cukup menyilaukan dari arah Barat. Pemuda manis itu membuka lembar demi lembar buku novelnya hingga matanya melirik ke depan ketika seseorang yang tengah berenang tadi naik ke daratan.

"Apa lihat-lihat? Iri?" Tanya pemuda itu sembari mengusap tubuh kekarnya menggunakan handuk.

Felix hanya mendengus sebelum kemudian kembali fokus pada buku di tangannya. Meski begitu sesekali Felix akan melirik ke depan dimana kakaknya tengah berbaring di kursi santai. Tubuh kekar sang kakak seakan menariknya untuk terus menatap. Iri kah? Sepertinya perasaan itu lebih pada mengagumi dibanding iri. Felix ingat 10 tahun yang lalu tubuh kakaknya masih kurus, tapi entah bagaimana pemuda itu menjadi kekar seperti sekarang. Ketika awal kakaknya menambah berat badan ia sangat suka menyentuh lengan pemuda itu dengan dalih ingin tau seberapa banyak otot kakaknya berkembang, namun sekarang ia tak pernah lagi melakukannya. Gengsi tentu saja.

"Felix."

"Hm," sahut Felix dengan acuh sembari melanjutkan kegiatan membacanya.

"Bantu pijat punggung kakak, nanti kakak beri bonus uang jajan."

"Berapa?"

"Kau mau berapa?"

Felix menutup novelnya kemudian pemuda manis itu bangun untuk menghampiri kakaknya yang masih berbaring santai. Kesempatan tidak boleh disia-siakan, kapan lagi kan kakaknya mau memberinya uang jajan ekstra.

"Jangan uang, belikan aku tiket konser saja," ucap Felix yang hanya dijawab gerakan kakaknya yang membalik tubuh menjadi telungkup.

"Sebelah sini, sepertinya salah gerakan ketika kakak pergi ke gym tadi pagi," ucap pemuda itu sembari menggerakkan bahu kirinya.

Felix duduk di samping kakaknya kemudian pemuda manis itu mulai memijat tanpa banyak bicara. Ini adalah kali pertama Felix menyentuh tubuh kakaknya lagi setelah kurang lebih 2 tahun lamanya. Sebagai saudara tiri sebenarnya mereka cukup dekat, tapi memang mereka bukan tipe orang yang sering melakukan skinship. Cukup mengobrol biasa saja.

Namanya Changbin, usianya lebih tua 5 tahun dari Felix. Mereka pertama kali bertemu ketika Felix berusia 10 tahun dan menjadi saudara tiri 2 tahun kemudian setelah ayah Felix dan mama Changbin resmi menikah. Mereka berdua cukup dekat hanya saja setelah Changbin kuliah di luar kota mereka jadi jarang berinteraksi karena terhalang jarak. Keduanya tak suka berkomunikasi lewat pesan jadilah selama 4 tahun mereka hanya mengobrol ketika Changbin pulang ke rumah. Kini Changbin telah bekerja di perusahaan ayah tirinya, sedangkan Felix masih kuliah di sebuah universitas ternama di kotanya.

"Yang sakit bahuku bukan lenganku," ucap Changbin membuat Felix tersadar dari lamunannya dan segera memindahkan tangannya ke bahu Changbin.

Ternyata Felix masih suka dengan lengan kakaknya. Lengan yang dulu selalu memeluknya ketika ia sedih, juga lengan yang selalu rela menjadi sandarannya ketika ia butuh. Tapi sungguh, lengan kakaknya benar-benar.... Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, yang pasti Felix sangat menyukainya. Ah, tiba-tiba ia jadi haus.

"Apa kau mengalami kesulitan di kampus?" Tanya Changbin membuka obrolan.

"Tidak, semuanya biasa-biasa saja. Kakak tau sendiri aku tak peduli dengan orang lain selain teman-temanku."

"Jangan terlalu cuek Fel, kau juga perlu memperhatikan lingkunganmu."

Felix mengedikkan bahu tak peduli kemudian pemuda manis itu kembali memandangi lengan kekar kakaknya dan juga punggung kokohnya. Pantas saja banyak wanita tergila-gila pada Changbin, fisiknya saja sudah sangat menggoda. Jangankan wanita, Felix saja dibuat kagum melihatnya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang