Catch You If I Can II

841 138 95
                                    


Felix bukan tipe siswa sekolah-pulang seperti beberapa siswa lainnya. Tiap pulang sekolah pemuda manis itu selalu mampir ke warung kopi depan sekolah. Padahal hanya warung sederhana bertembok kayu dengan ibu-ibu penjual yang kelewat ramah (read: bandar gosip), tapi anak laki-laki di sekolahnya justru betah nongkrong disana.

"Rokok," tawar salah seorang siswa pada Felix yang sedang mengunyah pisang goreng.

Felix menggeleng, memilih menikmati kopi dan gorengan tanpa tambahan nikotin. Felix jarang merokok, seminggu sekali juga tidak pasti. Bau rokok sangat menyengat, jadi Felix tidak mau kena omel bunda dan kakaknya karena badannya beraroma tidak sedap. Cih, padahal pacar kakaknya juga perokok. Standar ganda ah.

Ketika sedang enak-enaknya nongkrong, matanya menangkap sebuah motor yang tak asing baginya. Motor sport hitam yang tadi pagi sedang diutak-atik oleh pemiliknya kini bertengger manis di depan sebuah bengkel samping sekolah, bersebrangan langsung dengan warung kopi langganannya. Kok bisa Felix baru sadar ada motor Changbin disana?

"Bu, aku ambil gorengan dua tadi," ucap Felix sembari memberikan selembar uang.

Felix langsung keluar, mencoba peruntungan barangkali si pemilik motor ada di dalam bengkel. Kan lumayan selangkah lebih maju.

"Stres, tampan sekali," gumam Felix ketika melihat Changbin yang sedang berjongkok di samping mobil BMW hitam.

"Hai kak."

Changbin menoleh dan seketika keningnya berkerut melihat seonggok manusia berseragam berantakan berdiri di sampingnya. Wajah dan penampilan tidak sinkron. Wajah imut penampilan mirip kandang marmut.

"Kenapa kau disini?" Tanya Changbin membuka suara.

"Kan sekolahku di samping."

"Oh."

Oh? Hanya oh? Jahat sekali.

"Kakak kerja disini?" Tanya Felix masih tak mau menyerah meski hati seperti dilumuri sambal penyetan, sakit.

"Tidak."

"Lalu ini mobil siapa?"

"Pemiliknya."

Ya... Iya sih, setiap barang pasti punya pemilik, tapi kan.. Apa lebih baik Felix menyerah saja? Susah begini ah gebetannya.

"Kakak membantu memperbaiki?"

"Hm."

Sumpah ya, Changbin ternyata tipe orang yang convo killer. Felix mati kutu, bingung mau membahas apa lagi.

"Kenapa kesini? Motormu rusak?"

Nasib baik Changbin mau bertanya lebih dulu. Tadinya Felix mau menyerah dan berbalik pergi, tapi ternyata harapan baru telah muncul. Senyum si anak SMA mengembang sebelum kemudian menjawab dengan semangat.

"Tidak kak."

"Lalu?"

Mau bertemu kakak, begitu? Aneh ah, kurang berkelas. Kelihatan sekali kalau dirinya kecentilan. Padahal sih iya.

"Kenapa kakak memberiku nomor sedot wc?" Tanya Felix menyuarakan protesnya.

"Aku tidak."

Felix mengambil ponselnya, menunjukkan pada Changbin jawaban dari si sedot wc yang tak ia balas.

"Oh."

Changbin mengambil ponsel Felix, terlihat mengetikkan sesuatu sebelum kemudian mengembalikannya.

"Nomorku, yang tadi salah angka terakhir."

Felix manggut-manggut hingga matanya melotot membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Bukan gebetanmu. Kok? Bodoh! Tadi Changbin membaca nama kontak sedot wc yang ia namai calon gebetan kah? Felix bodoh! Malu kan jadinya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang