Idée Fixe II

1.1K 209 66
                                    


Felix berjalan menuruni tangga dengan seragam lengkap yang membalut tubuhnya. Papanya yang seperti biasa membaca koran di meja makan melongo sebelum kemudian beralih menatap jam dinding yang masih menunjuk angka 6.

"Sayang, anakmu kenapa?"

Ayah Felix yang sedang sibuk mengganti gas di dapur mendongak hingga ekspresi yang sama turut muncul di wajahnya.

"Felix, kau sakit?"

"Sehat, yah. Sangat sehat."

Felix duduk manis di depan papanya, meraih segelas susu yang ada di meja dan meminumnya dengan tenang tidak seperti biasanya yang penuh dengan keributan.

"Ini masih jam 6," ucap ayah Felix sembari mendekati anaknya untuk mengecek suhu tubuh anak SMA itu.

"Biasanya kau masih tidur seperti mayat," sahut papa Felix yang diangguki oleh ayahnya.

"Aku kan tidak mau membuat ayah buang-buang tenaga di pagi hari. Sebagai anak berbakti tentunya aku harus meringankan beban orangtua."

Papa dan ayah Felix saling pandang, tak biasanya Felix seperti ini. Sangat aneh dan mencurigakan.

"Kau kenapa? Ada masalah?" Tanya ayah Felix sembari menarik kursi di samping anaknya.

"Ada, yah."

"Masalah apa?"

"Hati."

"Kau menyukai seseorang?"

Felix mengangguk pasti. Semalam belum sempat curhat dengan ayahnya karena ia sibuk menghubungi Changbin yang sama sekali tak menanggapinya, jadi sekarang ia ingin memanfaatkan kesempatan untuk konsultasi.

"Aku menyukainya tapi orangnya tidak memberi respon. Cara apa yang paling cepat untuk menarik perhatiannya? Selain pelet ya, yah. Aku tidak mau mendatangi tempat yang bau kemenyan."

"Jangan main dukun lah."

"Papa yang mengusulkan itu."

Papa Felix buru-buru menutup wajahnya dengan koran, menghindari tatapan mematikan dari ayah Felix yang sudah memasang wajah garang.

"Jangan dengarkan papamu."

"Iya ini aku mendengarkan ayah. Jadi, aku harus bagaimana?"

"Coba bicara baik-baik, jangan terlalu menekannya."

"Jangan main halus nanti keburu diembat orang. Dulu papa pakai cara memaksa juga akhirnya ayahmu jatuh ke pelukan."

Papa Felix menyahuti. Menggebu-gebu sembari mengepalkan tangan memberi semangat. Sesat. Mana Felix mengangguk setuju pula.

"Maaf, yah, kali ini aku berpihak pada papa."

Miris. Ayah Felix hanya bisa menghela nafas pasrah. Demi mengirit tenaga agar tidak terbuang percuma lelaki itu memilih undur diri dan menyiapkan sarapan untuk dua orang lainnya yang tidak berguna di rumah itu. Ada sih, berguna untuk dimarahi.










"Hai, sendiri saja?"

Pagi-pagi Felix sudah genit di tempat parkir. Tangannya menenteng sebuah helm meski tak ada motornya. Modus saja ia bawa untuk pura-pura, padahal berangkatnya diantar ayahnya naik mobil. Yang disapa melirik sekilas sebelum kemudiam melengos dan pura-pura tidak dengar.

Felix mendekati Changbin yang sedang melepas helm sebelum kemudian dengan santainya Felix meletakkan helmnya di jok motor Changbin.

"Nanti pulangnya boleh nebeng?" Tanya Felix mulai melancarkan aksinya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang