No Right To Love You V

976 134 82
                                    

Hari yang dinanti akhirnya datang. Sebuah kencan yang ditunggu-tunggu akhirnya akan segera terlaksana. Changbin baru saja selesai mandi ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Pemuda itu segera berbusana seadanya sebelum kemudian membuka pintu dimana Felix adalah orang yang mengetuk pintunya. Pemuda manis itu sudah rapi, bahkan parfumnya sangat wangi membuat Changbin tanpa sadar tersenyum menatap pemuda manis itu.

"Semangat sekali kelihatannya," goda Changbin yang dijawab dengan senyum malu dari Felix.

"Kau masih lama?"

"Mungkin sekitar 30 menit lagi aku selesai," ucap Changbin sembari mengusak rambutnya menggunakan handuk yang tersampir di pundaknya.

"Kalau begitu aku keluar sebentar ya?"

"Mau kemana?"

"Ke warung depan untuk beli permen."

"Kenapa tidak sekalian nanti saja?"

"Kau kan belum siap, jadi lebih baik aku keluar sebentar agar nanti kita bisa langsung pergi kencan."

Changbin tersenyum dan mengangguk setelahnya. Ia senang karena ia tak bersemangat sendirian untuk pergi kencan. Felix jelas merasakan semangat yang sama kan?

"Jangan lama-lama," ucap Changbin sembari memberikan usakan lembut di kepala Felix.

"Iya sayang," goda Felix yang setelahnya kabur meninggalkan Changbin yang berhasil dibuat salah tingkah.

Sepeninggal Felix, Changbin buru-buru menyelesaikan dandannya. Memakai pakaian terbaik dan tak lupa menata rambutnya agar terlihat berbeda dari biasanya. Sebuah kemeja biru dan celana jeans menjadi pilihannya. Ini kencan pertamanya, jadi ia ingin terlihat rapi dan bersih agar kencannya berjalan sesuai penampilannya. Pokoknya hari ini Changbin tidak mau ada halangan apapun.

Setelah memastikan dirinya rapi dan siap pergi, pemuda itu pun mengecek jam tangannya dimana waktu menunjukkan pukul 7 lewat 15 menit. Sudah lebih dari 30 menit tapi Felix tak kunjung kembali membuatnya memutuskan untuk keluar dan menunggu Felix di gazebo. Baru kakinya melangkah melewati pintu depan ia kembali mundur, mengintip sedikit keluar dimana ada Felix dan seorang gadis yang tak bisa Changbin kenali lantaran tertutup punggung pemuda manis itu.

Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan hingga ia menyadari siapa orang di hadapan Felix. Ya, mantan kekasihnya. Changbin menghela nafas pelan kemudian menyandarkan punggungnya di tembok sembari memperhatikan dua orang di luar sana. Ia teringat pada ucapan Felix yang mengatakan bahwa gadis itu ingin minta maaf dan mengembalikan gelangnya. Hal itu membuatnya merasa tenang. Untuk apa sedih jika Felix sudah berjanji untuk pergi kencan dengannya?

"Lama sekali, apa yang sedang mereka bicarakan?" Gumam Changbin sembari makin melongokkan kepalanya keluar.

Ia tak bisa mendengar obrolan dua orang itu tapi yang bisa ia pahami adalah Felix yang mencoba menenangkan tangisan si gadis dengan menepuk-nepuk bahunya. Hal yang wajar untuk dilakukan. Iya, kelihatannya begitu hingga ia dibuat terkejut ketika dua orang itu tiba-tiba berciuman. Bukan kecupan, tapi ciuman.

Tak dapat memproses keadaan, tubuhnya terhuyung ke belakang dengan perasaan sesak yang perlahan menjalar ke hatinya hingga berefek pada tubuhnya yang melemah. Matanya terpejam dan tangannya bergetar hebat.

Perlahan kakinya melangkah mundur kemudian ia kembali ke kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Segera tubuhnya terjatuh ke lantai, duduk bersandar pada pintu dengan kepala yang menunduk lesu. Menyedihkan, hari yang paling ia tunggu justru berbalik menjadi hari yang paling ia benci. Hatinya hancur berantakan hingga Changbin yang tak pernah menangis tanpa sadar menitikkan air mata.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang