Felix masuk ke rumah dengan mata sembab. Pemuda manis itu berjalan lurus ke kamarnya dan membanting pintunya hingga bundanya yang sedang menata vas terperanjat kaget."Felix! Jangan membanting pintu!" Teriak wanita itu gemas sembari mendekati kamar putranya.
Merasa ada yang aneh, bunda Felix mengetuk pintu kamar putra bungsunya dan tidak mendapat jawaban apa-apa.
"Felix, ada apa?"
Tak ada jawaban, justru wanita itu mendengar suara isakan dari dalam. Bunda Felix khawatir karena terakhir kali beliau mendengar Felix menangis adalah ketika pemuda manis itu masih SD. Itu juga karena ikan kesayangan Felix mati. Sekarang Felix sudah tidak punya ikan, berarti alasannya menangis bukan karena itu kan?
"Sayang, mau bunda masakkan apa?"
Masih tak ada jawaban. Bunda Felix akhirnya memutuskan untuk pergi dan memberi waktu pada putranya untuk menenangkan diri.
"Cukup, aku akan menutup gym ini lebih cepat jika kau masih begini."
Chan menahan barbel yang Changbin angkat dan meletakkannya di atas penyangga. Lelaki itu memperhatikan tubuh Changbin yang sudah basah karena peluh, wajahnya terlihat lelah namun Changbin tak kunjung menghentikan kegiatannya meski dua jam telah berlalu.
"Sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi," ucap Chan sembari menatap Changbin dengan menuntut penjelasan.
"Aku menyakitinya," ucap Changbin sembari mengusap kasar wajahnya.
"Dengan cara?"
"Menyuruhnya pergi."
Chan mendengus sembari memberikan sebotol air minum pada sahabatnya.
"Aku kira dengan bertambahnya usiamu kau bisa lebih dewasa menyikapi masalah, tapi ternyata aku salah. Kau masih sama dengan dirimu yang muda."
"Aku tau. Aku selalu bisa menyelesaikan seluruh masalahku dengan mudah, tapi kali ini aku seperti tak tau arah. Aku panik dan rindu sampai bibirku mengucapkan kalimat-kalimat aneh yang menyakitkan."
Chan duduk di samping Changbin. Menepuk bahu sahabatnya untuk memberinya kekuatan.
"Kau sudah pernah merasakannya, harusnya kau tau apa yang harus dilakukan dan bukannya melakukan sebaliknya. Jangan terlalu memikirkan orang lain, cobalah ikuti perasaanmu lebih dulu. Kau jelas memiliki keinginan untuk bersama dengannya, kau hanya perlu memberikan pengertian pada Areum maupun Felix agar mereka bisa mengerti, bukannya menghindar dengan memperlihatkan jika kau berat sebelah. Aku tau Areum anakmu, tapi kau juga harus tegas dengan memberinya pengertian bahwa ayahnya juga berhak bahagia. Kau sudah melakukan tugas yang baik menjaganya sebagai seorang single parent dan tak pernah sekalipun kau menginginkan sesuatu untuk kebahagiaanmu sendiri. Sekarang kau memilikinya, kau harus mengejar kebahagiaanmu sebelum kau jadi kakek-kakek dan tak lagi punya kekuatan untuk bersenang-senang menikmati cinta."
Changbin terdiam, merenungi setiap ucapan Chan yang semuanya benar. Ah, rasanya seperti ia kembali ke masa mudanya dimana ia dibingungkan oleh cinta.
"Sana pulang, jangan kesurupan disini," usir Chan sembari menendang pelan kaki Changbin.
Felix demam, serumah panik karena Felix yang sedang sakit sangatlah merepotkan dan juga aneh. Pagi tadi Felix menghabiskan jatah makan orang serumah seorang diri. Pemuda manis itu makan dengan sangat lahap meskipun bibirnya terus mengeluhkan betapa pahit seluruh makanan yang masuk ke mulutnya. Siangnya suhu tubuhnya naik hingga membuatnya menggigil, tapi Felix tidak mau dibawa ke rumah sakit dan malah minta dibelikan sekotak es krim berukuran sedang. Tak ada yang melarang, semua orang di rumah menurutinya karena hanya dengan cara itu Felix akan cepat sembuh. Jangan heran, Felix memang sudah aneh dari sananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 6 [ChangLix]
FanficKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : July 3rd, 2022 Ended : August 2nd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearr...