No Right To Love You

1.4K 141 90
                                    

Di usianya yang baru menginjak kepala 2, Changbin sudah menemukan jati dirinya. Jati diri yang sebelumnya selalu ia pendam dan coba abaikan kini sudah ia terima sepenuhnya. Ketika masih berada di bangku sekolah Changbin berusaha keras menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Bersikap jantan dan ikut serta menonton video dewasa yang diberikan temannya meski dalam hatinya ia menjerit tak suka.

Setelah lulus sekolah pemuda itu merantau ke kota besar untuk melanjutkan pendidikannya. Disanalah ia menemukan dirinya. Menemukan sebuah komunitas dimana ia bebas mengekspresikan diri. Takjub, tak menyangka bahwa ada banyak laki-laki lainnya yang bersembunyi di balik kata straight yang mudah diucapkan. Meski begitu, Changbin belum juga menemukan pasangan yang pas, yang bisa membuat hatinya bergetar seperti definisi jatuh cinta pada umumnya.

"Jangan lupa, laporan praktikum harus dikumpulkan lusa."

Keluhan para mahasiswa bersahutan menyuarakan keberatan dari tenggat waktu yang diberikan seorang asisten dosen. Chan, selaku komting di kelas tersebut diberi tatapan memelas oleh teman lainnya hingga ia terpaksa buka suara.

"Lusa kami harus mengumpulkan makalah penelitian yang ditugaskan prof Budi, apa kami bisa mendapat perpanjangan waktu untuk mengumpulkan laporan ini kak?" Tanya Chan mewakili teman-temannya.

"Tidak bisa," ucap si asisten dosen dengan tegas.

Chan menyenggol lengan Changbin yang duduk di sampingnya hingga pemuda itu pasrah turut bersuara.

"Jujur kami tidak sanggup jika harus menyelesaikan kedua tugas secara bersamaan, kecuali kami tidak tidur selama 2 hari berturut-turut. Kami memohon kebesaran hati kakak untuk sedikit memperpanjang batas pengumpulan tugas ini," ucap Changbin dengan sopan.

Gadis dengan matanya yang terbingkai kacamata beralih menatap Changbin sebelum kemudian gadis itu mengangguk dengan terpaksa.

"Baiklah, 4 hari dan tidak lebih. Siapapun yang terlambat mengumpulkan tugas tidak akan aku terima."

Changbin kembali menjadi pahlawan di mata kuliah tersebut. Sudah menjadi rahasia umum bahwa si asisten dosen menaruh perhatian lebih pada pemuda itu, sehingga Changbin selalu menjadi harapan teman-temannya dalam bernegosiasi dengan gadis yang terkenal judes itu.

Tak hanya satu, Changbin menarik banyak perhatian gadis karena memiliki fisik dan karakter yang menarik. Tubuhnya yang bugar hasil olahraga rutin selalu menjadi daya tarik, memberi anggapan bahwa pemuda itu sangat kuat dan pastinya bisa melindungi. Sikapnya yang ramah dan baik pada semua orang menjadi poin tambahan, namun ia mulai tak nyaman ketika kebaikannya diartikan berbeda oleh beberapa gadis. Mulai saat itu Changbin mencoba membatasi diri karena ia sudah lelah dianggap sebagai laki-laki tukang tebar pesona dan pemberi harapan palsu.

Pukul 8 malam Changbin sampai di kosnya setelah sebelumnya mampir ke ruang BEM. Ia tinggal di sebuah kos khusus laki-laki dengan bentuk menyerupai rumah yang memiliki beberapa kamar di dalamnya. Bapak kos tinggal di kompleks yang sama namun rumah yang berbeda menyebabkan beberapa penghuni kos yang nakal berani membawa pacar mereka ke dalam kamar.

Pintu bercat putih di ujung koridor menjadi tempat Changbin beristirahat. Pemuda itu masuk dan segera menjatuhkan diri di ranjang membiarkan pintu kamarnya sedikit terbuka.

Tok tok

Changbin yang baru saja terpejam kembali membuka mata dan menatap seorang pemuda yang melongokkan kepalanya masuk.

"Ada apa?"

"Boleh numpang tidur disini? Ali berisik karena membawa pacarnya ke kos."

Changbin paham maksudnya. Pemuda itu mengangguk, mempersilahkan pemuda itu agar masuk dan duduk di karpet kamarnya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang