Felix masih berada di rumah kakeknya untuk mencari ketenangan. Daerah itu cukup sepi membuat perasaan Felix menjadi jauh lebih baik. Pagi itu rumah sepi lantaran kakeknya pergi ke kebun ditemani neneknya yang turut membantu.Felix yang bosan memutuskan untuk pergi ke sebuah ruangan yang dulu sering ia kunjungi. Ruangan yang berisi beberapa rak tinggi dengan berbagai macam buku yang memenuhi. Sebutlah ruangan itu sebagai perpustakaan mini milik kakeknya yang menyukai literasi. Kakek Felix adalah seorang mantan dosen yang memilih mundur dari pekerjaannya dan pindah ke desa untuk berkebun. Tak ada yang tau alasan lelaki itu tiba-tiba melepas karirnya, namun semua orang menghargai keputusannya.
Felix melihat-lihat buku yang ditata rapi di sebuah rak dekat jendela. Matanya menyusuri setiap judul buku bersampul usang tanda usianya sudah tua. Pandangannya berhenti di rak teratas, sebuah buku berwarna cokelat sedikit terlihat meski tertumpuk buku lainnya. Felix jadi penasaran karena kakeknya tak biasanya meletakkan buku secara sembarangan. Pemuda manis itu pun segera mengambil kursi sebelum kemudian menaikinya hingga ia bisa meraih buku yang menarik perhatiannya itu.
"Jatuh cinta pada ketidakmungkinan," gumam Felix membaca judul yang tertulis di sampul.
Felix mendudukkan dirinya di lantai, bersandar pada sebuah rak dan mulai membuka lembar pertama buku tersebut.
Namanya Lira, gadis cantik dengan rambut hitamnya yang tergerai indah tersenyum manis dari sebuah negeri yang jauh disana. Tangannya melambai lembut seolah menyesuikan diri dengan angin yang bertiup pelan menerbangkan selendangnya. Luar biasa, hanya itu definisi yang tepat untuk menggambarkannya.
"Sejak kapan kakek suka membaca buku dongeng?" Gumam Felix yang kemudian membuka lembar kedua dimana sebuah paragraf kembali menjadi satu-satunya hal yang tertulis disana.
Pernahkah kau mendengar tentang negeri di bawah laut? Karang yang berubah menjadi istana, anemo laut yang berubah menjadi makhluk menyerupai manusia, atau hewan-hewan aneh dengan tubuh setengah manusia yang menjadi penjaga.
Merasa tertarik Felix kembali membuka lembar selanjutnya dan terus membaca isinya sampai seluruhnya selesai ia baca tepat ketika kakek dan neneknya pulang dari kebun. Felix buru-buru mengembalikan buku itu ke tempatnya sebelum kemudian keluar dari ruangan itu untuk menemui kakek dan neneknya yang sedang beristirahat di ruang santai.
"Felix sudah makan?" Tanya neneknya dengan perhatian.
"Belum nek," jawab Felix yang kemudian duduk di samping kakeknya yang sedang menonton televisi.
"Nenek buatkan masakan spesial mau?"
"Masakan apa?"
"Resep rahasia."
Felix tersenyum dan mengangguk semangat membuat neneknya segera bangun untuk membuatkan makanan. Sepeninggal neneknya, Felix melirik ke arah kakeknya sebelum kemudian angkat bicara.
"Cantik ya kek," ucap Felix menarik perhatian kakeknya.
"Apanya?"
"Ukiran di cermin itu," tunjuk Felix pada cermin di ujung ruangan.
"Iya cantik."
"Apakah secantik penghuninya?"
Felix berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Tangannya saling bertaut, memainkan jemarinya sendiri untuk mengurangi rasa panik. Air mata bisa menetes kapan saja jika Felix tak menahannya namun pemuda manis itu sekuat tenaga mengalihkan pikirannya agar tak ada tangisan yang keluar. Perkataan dukun tempo hari kembali terngiang di kepalanya, pikiran adalah hal paling penting yang harus ia jaga. Ia tak boleh membiarkan pikirannya kacau atau hal buruk akan menimpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Words 6 [ChangLix]
FanfictionKumpulan oneshoot, twoshoot, manyshoot ChangLix Even though I look like I don't care, actually my heart is just for you. Three Words, I Love You Started : July 3rd, 2022 Ended : August 2nd, 2023 ⚠️BXB AREA⚠️ Cerita dan ide original dari Sweetbearr...