Color Palette III

1K 211 116
                                    


Felix terengah dengan tubuh yang basah akibat peluh bercampur cairan pembersih kaca. Di lain sisi Changbin tengah menenggak sebotol air putih hingga habis tak bersisa. Kondisi Changbin tak jauh beda, bahkan lebih parah dengan garis merah yang memenuhi tangannya. Bekas cakaran Felix jika kalian ingin tau.

Dua pemuda beda usia itu baru saja menyelesaikan aksi kejar-kejaran setelah Felix kehabisan tenaga. Maklum, biasanya Felix duduk manis di kantor dengan pendingin udara yang terus menyala, tapi sekarang ia berlarian ketika cuaca agak panas, di usia yang sudah tidak muda pula. Ia sendiri tidak tau kenapa dirinya bisa bertingkah kekanakan begini, tapi memang tiap menatap Changbin ia merasa seperti ada dorongan yang membuatnya ingin terus marah-marah.

"Minum dulu," ucap Changbin sembari memberikan satu botol air pada Felix.

Felix gengsi tapi ia butuh energi untuk mengisi tenaganya kembali.

"Thanks," ucap Felix seadanya sebelum kemudian menghabiskan seluruh air di botol itu.

"EH?!"

"Eh?" Sahut Felix yang bingung dengan pekikan tiba-tiba dari Changbin.

"Itu air mentah," ucap Changbin yang tentunya membangkitkan harimau di dalam diri Felix.

"KAU MEMBERIKU AIR MENTAH?"

Mungkin efek sering makan bakso urat membuat Felix jadi emosian dan selalu bicara pakai urat. Changbin yang sebenarnya baru sadar tentang kesalahannya memilih diam, tersenyum canggung, sebelum kemudian tertawa yang kelihatan sangat dipaksakan.

"Bercanda kak, itu air matang kok," ucap Changbin mencoba menyelamatkan dirinya, padahal itu semua hanyalah omong kosong.

Untungnya Felix percaya begitu saja. Pemuda manis itu bangun sebelum kemudian melompat keluar dari jendela rumah Changbin, kembali ke rumahnya dengan cara yang sama seperti ketika ia pergi tadi.

"Kak!" Panggil Changbin ketika Felix sedang sibuk melangkah melewati jendela.

"Hm," jawab Felix seadanya.

"Boleh minta nomor kakak tidak?"

"Tidak."

Felix menjawab cuek sebelum kemudian menutup jendela rumahnya dengan agak membanting. Pemuda manis itu segera mandi, berharap kejadian tadi segera hilang dari ingatannya. Iya, Felix tidak mau berhubungan dengan Changbin lagi.












Dikarenakan rumah yang bersebelahan Changbin dan Felix jadi sering bertemu secara tidak sengaja. Mau seberapa keraspun Felix menghindar mereka akan tetap bersinggungan. Sore itu Felix baru pulang dari kantor ketika beberapa orang seumuran Changbin sedang asik nongkrong di teras rumah pemuda itu.

"Changbin sudah gila ya, punya pacar cantik dan seksi begitu masih saja disia-siakan. Kalau aku jadi dia sudah aku pakai dulu sebelum aku putuskan."

Felix melirik malas sembari memasukkan kunci rumahnya, sekilas ia tidak melihat Changbin ada disana tapi ia tak peduli dan segera masuk tanpa berminat mendengar lebih jauh pembicaraan orang-orang itu.

"Mana nafsu dia menyentuh mantan kekasihnya, kau tau sendiri dia lebih suka batangan."

Oke, Felix cukup tertarik meski ia tau menguping pembicaraan orang lain adalah hal yang salah. Setelah menutup pintu rumahnya, pemuda manis itu tak langsung masuk, ia justru diam di ruang tamu untuk bisa mendengar lebih banyak.

"Terkadang aku takut ketika berenang bersamanya, takut disentuh-sentuh," ucap salah seorang lainnya membuat orang-orang disana tertawa.

"Sama seperti orang pada umumnya, gay juga punya selera masing-masing. Aku yakin melihatmu yang kurang gizi tidak akan membuatnya nafsu."

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang