We Met In December IV

1.3K 202 92
                                    

Tujuh tahun yang lalu di bulan Desember, seorang mahasiwa baru yang belum tau apa-apa mengikuti sebuah demonstrasi mengenai peraturan baru. Mungkin baginya mengikuti demo terlihat keren namun kenyataannya demonstrasi kali itu diwarnai kerusuhan yang menyebabkan banyak mahasiswa terluka. Changbin menjadi salah satunya. Mata perih terkena gas air mata juga kepala yang berdenyut sakit karena luka yang tak ia sadari penyebabnya. Dengan masker kain pemberian mahasiswa lainnya pemuda itu berlari menyingkir sembari memegangi kepalanya yang ternyata sudah mengeluarkan banyak darah.

Pemuda itu mencoba mencari tempat berlindung yang aman. Gerbang-gerbang gedung perkantoran di sekitar sana telah ditutup, mengantisipasi pengunjuk rasa agar tak membuat onar masuk kesana. Ketika ia sedang berlari menjauh untuk mencari tempat aman, seorang mahasiswa berparas manis menariknya ke tepian dan tanpa banyak bicara membuka kotak obat yang diletakkan di sana.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pemuda manis itu dengan raut khawatir.

Changbin tak menjawab. Ia terpana pada seseorang yang kini tengah menuangkan alkohol ke atas kapas. Mata pemuda manis itu diselimuti ketakutan namun Changbin juga bisa menangkap kepedulian di dalam mata indahnya.

"Bagaimana bisa kau terluka separah ini?" Tanya pemuda manis itu sembari meringis ngilu ketika menempelkan kapas ke luka di kepala Changbin.

"Hei, kau baik-baik saja? Jangan pingsan," ucap pemuda manis itu ketika Changbin tak kunjung memberikan jawaban.

"Siapa namamu?" Tanya Changbin membuka suara setelah diam cukup lama.

"Apa itu penting di saat seperti ini?"

Pemuda manis itu terlihat kesal namun Changbin tak peduli dan kembali menanyakan hal yang sama.

"Siapa namamu?"

"Lee Felix," ucap pemuda manis itu pada akhirnya membuat Changbin tersenyum tipis di balik maskernya.

"Aku hanya bisa membersihkan lukamu dan mengobati seadanya, setelah ini kau tetap harus ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut."

Felix menempelkan kain kasa ke kepala Changbin sebelum kemudian pemuda manis itu berlari pergi untuk menolong mahasiswa lain. Changbin terus memperhatikan pergerakan Felix hingga sebuah bisikan muncul dari bibirnya.

"Seperti malaikat."













"Kau tidak mengingatku?" Tanya Changbin sembari memperhatikan Felix yang tengah makan di meja ruang tengah. Saat itu hari sudah gelap dan Changbin kembali ke apartemen Felix sepulang kerja. Siang tadi dirinya tak bisa berlama-lama disana. Pemuda itu hanya memesankan makanan sebelum kemudian kembali ke kantor untuk bekerja.

"Ada banyak orang yang aku tolong hari itu, aku tidak bisa mengingat semuanya."

"Tapi aku selalu mengingatmu," ucap Changbin membuat Felix diam sembari menatap makanannya.

"Ini milikmu kan?"

Felix menoleh menatap Changbin yang menunjukkan sebuah gantungan kunci bergambar hati. Pemuda manis itu menatap sebentar sebelum kemudian memalingkan wajahnya dan kembali makan setelah berucap pelan.

"Buang saja," ucap pemuda manis itu.

"Aku menyimpannya selama 7 tahun dan baru sekarang aku memiliki kesempatan untuk mengembalikannya padamu. Kenapa kau memintaku membuangnya begitu saja?"

"Aku bisa memberikan gantungan kunci yang lain, jadi kau buang saja yang itu."

"Kenapa?"

Felix diam sejenak kemudian pemuda manis itu berucap pelan tanpa mau menatap ke arah Changbin.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang