No Right To Love You III

743 135 106
                                    


"Sungguh?"

Felix memutar tubuhnya menghadap Changbin, mencoba menerka ekspresi si pemuda yang kini terlihat sangat tenang.

"Sungguhan," jawab Changbin sembari menatap Felix dengan senyuman.

"Mahasiswa sini juga?"

Changbin mengangguk, mengamati wajah manis Felix yang kelihatan penasaran.

"Angkatan kita?"

"Iya."

"Woah.. Dari jurusan apa?"

"Seni dan teater."

"Sama denganku?!" Pekik Felix tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Lagi, Changbin mengangguk sebagai jawaban.

"Apa aku mengenalnya?"

"Mungkin?"

"Siapa, Bin?"

"Kau mau tau?"

Felix mengangguk semangat membuat Changbin tersenyum makin lebar.

"Belum waktunya kau tau," ucap Changbin yang kemudian bangun dari duduknya.

"Kau mau kemana?"

"Cari minum."

Felix berlari kecil menyusul Changbin. Dua pemuda itu pun masih sibuk membicarakan soal siapa orang yang Changbin suka. Changbin jelas bersikeras tak menyebutkan nama lantaran orang yang dimaksud berada tepat di sampingnya.











Changbin kembali sibuk dengan kegiatannya. Kuliah, mengerjakan tugas, dan juga latihan dengan anggota band yang lainnya. Kini kegiatannya juga bertambah satu, yaitu mempersiapkan sebuah video cover lagu.

Setelah pembicaraannya dengan Felix di malam inaugurasi fakultas hukum, Changbin jadi teringat dengan seorang gadis yang pernah ia temui di sekretariat BEM universitas. Saat itu keduanya berbincang sesaat sampai si gadis menyampaikan keinginannya untuk berkolaborasi dengan Changbin yang memiliki suara merdu. Gadis itu memiliki sebuah kanal youtube dimana ia sering mengunggah cover lagu sehingga ia tertarik mengajak Changbin untuk bergabung dalam salah satu projectnya. Tak ada hubungan apapun diantara keduanya, mereka murni menjadi teman yang saling bantu.

Yang jadi masalah adalah gadis itu pernah datang ke kos Changbin untuk memberikan flashdisk berisi instrumen yang akan mereka gunakan dalam video. Kebetulan gadis itu seangkatan dengannya dan merupakan mahasiswa jurusan seni dan teater menyebabkan Felix yang tak sengaja melihat mereka beranggapan bahwa orang yang disukai Changbin adalah gadis itu.

"Kesempatan emas ya, Bin?"

Felix duduk di karpet kamar Changbin dengan piring berisi nasi di depannya. Keduanya tengah makan malam bersama, menikmati masakan Felix sesuai dengan kesepakatan mereka beberapa waktu lalu.

"Sudah aku bilang aku tidak ada hubungan apapun dengannya," jawab Changbin yang mendadak tak nafsu makan karena perasaannya disalah pahami oleh gebetannya sendiri.

"Tidak perlu malu, aku tidak akan membocorkan pada siapapun kok."

Changbin kesal sehingga pemuda itu menyuapkan sesendok nasi terakhir dan bangun untuk mencuci piring. Mendidih, Changbin tak masalah dianggap sebagai laki-laki tukang tebar pesona, tapi ia tidak suka jika ada orang yang tanpa dasar apa-apa menuduhnya menyukai seseorang. Terlebih ini Felix, orang yang pada kenyataannya ia sukai.

Selesai mencuci piring Changbin diam sejenak di dapur untuk meredakan kekesalannya. Pemuda itu memejamkan mata, mencoba mengatur perasaanya sebelum kemudian ia kembali ke kamar karena ingat masih ada Felix disana.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang