Color Palette VI

964 190 64
                                    


Felix bersantai di karpet ruang tengah. Memejamkan mata sembari menikmati angin yang berembus pelan. Ternyata bersantai di rumah ketika hari kerja menyenangkan juga, tau begini dari dulu saja ia menyisihkan jatah cuti untuk bersantai seharian di rumah.

"Kak, tidur?"

Felix membuka sebelah matanya, menatap Changbin yang muncul di jendela dengan penampilan rapi.

"Apa?"

"Aku mau ke kampus."

"Lalu?"

"Ayo ikut denganku."

Changbin gila ya? Mau ke kampus saja untuk apa mengajaknya? Ini kan bukan acara penerimaan rapor anak SD yang harus didampingi orangtua.

"Pergi sendiri sana."

"Aku hanya mau mengambil berkas di ruang UKM, setelah itu free. Ayo kencan lagi, daripada kakak diam saja di rumah kan? Tidak sayang sudah ambil cuti?"

Iya sih, agak sayang juga kalau cuti hanya untuk tiduran di rumah, tapi malas ah kalau pergi kencan dengan Changbin. Felix kan masih kemusuhan soal kejadian semalam meski itu bukan salah Changbin.

"Kak."

"Malas, pergi sendiri saja."

Tanpa permisi Changbin melompat masuk membuat Felix melotot kaget dan seketika mendudukkan dirinya. Tubuh tegap Changbin makin mendekat, menarik tangan Felix hingga kini mereka berdiri berhadapan.

"Cepat ganti baju, tidak perlu dandan sudah manis apa adanya," ucap Changbin sembari mengusap rambut Felix membuat sang empunya salah tingkah karena tak siap diberi serangan mendadak.

"Kak ayo... Minggu depan aku sibuk dengan kegiatan kampus jadi jatah kencan kita diganti sekarang saja," bujuk Changbin menunjukkan sedikit sisi manjanya pada Felix.

"Tapi aku tidak mau ikut ke kampus."

Iya, untuk apa? Felix sudah bukan mahasiswa, agak canggung jika ia berkeliaran di kampus orang meski tak akan ada yang mengenalinya juga. Felix kan lebih mirip mahasiswa baru ketimbang mahasiswa yang sudah lulus beberapa tahun lalu.

"Nanti tunggu di mobil tidak apa-apa, aku hanya sebentar kok."

Dan begitulah, bujuk rayu Changbin berhasil membawa Felix menatap canggung sekitaran kampus yang dikelilingi pepohonan rimbun. Bukan hanya menunggu di mobil, Felix akhirnya ikut turun dan duduk di halaman gedung UKM yang dekat dengan auditorium.

"Hai," sapa seseorang membuat Felix menoleh.

Seorang wanita berdiri di depan Felix, wajahnya cantik, kelihatan sekali masih muda, mungkin masih seusia Changbin. Felix tersenyum tipis sebelum kemudian balas menyapa sebagai sopan santun.

"Hai."

"Boleh kenalan? Aku El," ucap si wanita sambil menjulurkan tangannya.

"Felix."

Sejenak mereka berjabat tangan hingga Felix merasa aneh ketika si wanita tak kunjung mau melepas tangannya. Kenapa sih? Sedang membaca pikiran atau apa?

Akhirnya setelah Felix memaksa melepas tangannya, wanita itu mau menyerah dan berpindah duduk di samping Felix. Jujur Felix paling malas ketika ada seorang wanita yang dekat-dekat begini, Felix tidak bodoh untuk mengartikan gerak-geriknya jadi ia akan memberikan tembok besar sebagai tanda bahwa ia tak mau diganggu. Lebih tepatnya Felix tak mau berurusan dengan seorang wanita untuk urusan hati. Ia kan gay.

Dalam hati merutuk pada Changbin yang tak kunjung keluar. Mau menghubungi juga tak bisa mengingat mereka belum bertukar nomor sampai sekarang.

"Kalau boleh tau kau dari jurusan apa?"

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang