No Right To Love You IV

697 126 53
                                    


Jika hidup adalah angin maka Changbin adalah daun kering yang terbang seiring angin menerpanya. Mengikuti kemana angin itu membawanya Changbin berhenti di atas tanah basah, tanah yang bisa diartikan sebagai cinta. Tahap hidup Changbin saat ini terfokus pada cinta. Lebih jelasnya terfokus pada seorang pemuda manis yang kini terlelap di sampingnya.

Hampir setahun memendam rasa Changbin tak pernah menyangka bahwa imajinasinya bisa menjadi nyata. Imajinasi menyesakkan dimana ia selalu berharap cintanya bersambut. Meski belum jelas ujungnya namun ia mendapat secercah harapan dari sebuah kesempatan yang terbuka.

Setelah memastikan Felix tidur dengan nyenyak, Changbin perlahan bangun dan kembali duduk di meja belajar menyelesaikan tugasnya yang belum rampung. Seberapapun inginnya untuk berbaring di samping Felix, pemuda itu tetap menomor satukan kewajiban di atas keinginan.

Hampir 3 jam berlalu, jam menunjukkan pukul 2 lewat 10 menit. Changbin menutup laptopnya sebelum kemudian kembali ke ranjang dimana Felix masih terlelap dengan memeluk bantal. Tangannya bergerak pelan, mengusap lembut pipi si pemuda manis hingga senyumnya mengembang.

"Semoga mimpi indah," gumamnya yang kemudian turut berbaring di samping Felix.











Alarm membangunkan Changbin dari tidur nyenyaknya. Pukul 7 Changbin bangun dan mendapati Felix tak ada di sampingnya. Ia tak ambil pusing, tau bahwa Felix adalah morning person yang suka berkegiatan sejak pagi. Pemuda itupun bergegas mandi, dan tanpa sempat menyentuh sarapan buatan Felix pemuda itu pergi menemui si gadis jurusan seni sesusai janji mereka beberapa waktu lalu.

"Kau kelihatan lebih cerah dari kali terakhir kita bertemu," ucap gadis itu sembari menyodorkan sebotol air mineral pada Changbin.

Changbin tersenyum seolah mengiyakan, kemudian meminum air mineralnya tanpa menjawab ucapan gadis tersebut.

"Bisa mulai sekarang?" Tanya si gadis yang diangguki oleh Changbin.

Seorang laki-laki yang merupakan tim youtube gadis itu memberikan aba-aba sebelum kemudian Changbin dan si gadis memulai proses rekaman. Sesuatu yang Changbin kira mudah ternyata tak semudah kelihatannya. Rekaman untuk sebuah lagu membutuhkan proses panjang hingga mereka menghabiskan waktu 5 jam disana.

Changbin terlalu fokus pada kegiatannya hingga ia tak sadar bahwa ponselnya berdering sejak tadi. Selesai rekaman barulah Changbin membuka ponselnya dan mendapati beberapa notifikasi panggilan dari Felix. Dengan segera Changbin menghubungi pemuda manis itu hingga pada dering ketiga panggilannya diangkat.

"Sedang pergi ya?" Tanya Felix sebagai pembuka.

Perasaan Changbin menghangat. Tak biasanya ada yang bertanya ketika ia pergi, tapi sekarang ia punya Felix yang mempedulikan keberadaannya.

"Iya, ada kegiatan di luar. Ada apa?"

"Tidak apa-apa, sudah makan?"

"Setelah ini akan makan dengan teman. Kau sudah makan?"

"Belum."

"Masih sedih ya? Mau titip sesutau ketika aku pulang nanti?"

"Um.. Bin."

"Ya?"

"Boleh pesan sesuatu?"

"Tentu, ingin pesan apa?"

"Pulangnya jangan lama-lama."

Changbin seperti tersengat listrik di siang bolong. Ia tidak sedang bermimpi kan? Ini sungguhan Felix yang bicara kan?

"Iya, setelah makan nanti aku akan pulang. Kau ingin titip apa?"

"Tidak ada, pesanku kau cepat pulang saja."

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang