Idée Fixe IV

1.4K 241 77
                                    


"Jaket mana?"

Felix mengangkat jaket tinggi-tinggi, menunjukkan pada ayahnya yang sedang mengabsen setiap barang yang harus dibawanya ke sekolah.

"Obat flu?"

"Di tas, yah."

"Mana lihat."

Felix mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya sebelum kemudian kembali memasukkannya setelah ayahnya mengangguk.

"Ponsel aktif kan?"

"Aktif, yah."

"Powerbank?"

"Bawa."

Ayah Felix menempelkan punggung tangannya ke kening Felix sebelum kemudian merapikan rambut anaknya dengan sayang.

"Nanti ayah yang jemput, kalau pusing izin ke UKS saja. Jika memang sudah tidak sanggup, telepon ayah atau papa untuk menjemput."

"Aku baik-baik saja, yah."

"Badanmu hangat begitu apanya yang baik-baik saja."

Felix hanya pasrah ketika ayahnya memasangkan masker yang katanya untuk mengantisipasi agar teman-temannya tidak tertular. Padahal Felix hanya demam sedikit, pilek pun tidak, tapi biasalah ayahnya selalu berlebihan.

"Sudah?" Tanya Felix yang merasa sudah terlalu lama berada di dalam mobil ayahnya.

"Iya, sana turun. Semangat sekolahnya."

"Semangat juga kerjanya, yah."

Felix memeluk ayahnya sebelum kemudian turun dari mobil itu. Bak bumi dan langit kan dibanding ketika ia bersama papanya yang penuh kerusuhan? Iya lah, sifat papa dan ayahnya saja sudah mencerminkan demikian.









Felix berjalan santai memasuki sekolah hingga sesuatu yang tidak diinginkan menghambat perjalanannya. Chris menghalangi jalan Felix membuat pemuda manis itu mendengus malas.

"Aku mau bicara denganmu," ucap Chris dengan tenang.

"Disini saja."

Chris mengangguk, mengajak Felix sedikit menepi sebelum melanjutkan bicaranya.

"Aku tidak suka basi-basi."

"Aku juga."

"Aku menyukaimu."

Felix mengerutkan keningnya sebelum kemudian tangannya bergerak mengorek telinganya.

"Kau bilang apa?"

"Aku menyukaimu."

"Otakmu tidak mengalami kerusakan karena terbentur bola basket kan?"

Felix tulus ketika mengatakannya. Tulus menghina. Habisnya aneh saja Chris tiba-tiba bicara begitu setelah sebelumnya selalu mencari gara-gara dengannya.

"Aku serius."

"Aku laki-laki loh. Bola kembarnya di selangkangan, bukan di dada."

"Aku tau."

"Katamu homo menjijikkan."

"Aku tau."

"Lalu?"

"Aku berubah pikiran."

Felix mendengus geli sebelum kemudian melipat tangannya di depan dada dengan sangat menyebalkan.

"Aku tidak suka basa-basi. Yang aku suka Changbin, bukan kau. Maaf ya kau ditolak."

Felix berjalan santai melewati Chris. Sok dingin begitu padahal setelah berbelok di koridor Felix langsung panik. Merasa ngeri karena Chris mendapat karma dengan begitu cepatnya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang